Berpura-pura Itu Sulit

1214 Words
Setelah menghabiskan waktu seharian di rumah Eve, Tara memutuskan kembali ke rumah sebelum jam pulang kerja Abimanyu. Ia tak ingin lelaki itu curiga jika dirinya berusaha menghindari dari pembicaraan yang akan membunuh hati dan juga akal sehatnya. Tara tak mampu menyembunyikan keterkejutannya begitu masuk ke rumah dan sudah menemukan Abimanyu duduk di sofa ruang tamu, tampak menunggunya. Tara tersenyum miris, lelaki itu pasti sudah tak sabar untuk segera mengusirnya dari hidupnya dan mengakhiri apa yang ada di antara mereka. Tersa begitu sulitkan kebersamaan mereka baginya? Apa lelaki itu tak memikirkan bagaimana hancurnya Tara jika mengetahui apa yang telah lelaki itu lakukan di belakangnya. Apalagi Tara harus berhadapan dengan orang yang harus dihindarinya setiap hari. Tak ada sedikitpun rasa iba saat lelaki itu mau menghancurkan dunianya? “Kamu baru pulang?” tanya Abimanyu begitu Tara melewatinya begitu saja. Tara mencoba memasang senyum pada wajahnya. “Ya, kamu udah dari tadi, Mas?” “Lumayan,” ucap Abimanyu seraya berdiri dan berjalan mendekati Tara. Jantung Tara seakan diremas, ketakutan memenuhi setiap relung hatinya, tanpa sadar, dirinya menahan napas selama beberapa detik. Ia takut, inilah saatnya. “Aku mandi dulu, Mas,” ucapan Tara menghentikan langkah Abimanyu. Lelaki itu tersenyum tipis, lalu mengangguk pelan, memberikan izin pada Tara untuk meninggalkannya. Tara memberikan senyum tipis pada Abimanyu, lalu cepat-cepat berlari kecil ke kamar mereka. Mengucapkan jauh lebih mudah dari pada melakukannya. Lihatlah betapa pengecutnya Tara yang tak berani menatap atau mendengarkan ungkapan hati yang akan semakin menambah perih pada hatinya yang telah terluka begitu parahnya. Padahal, Tara sudah berniat untuk melakukan semua saran Eve. Tak lagi dari kenyataan, memasang wajah datar, dan berpura-pura melupakan rasa yang bergelayut di hati, tak mau pergi. Kini, rasa cinta itu diselimuti pedih, akan tetapi pedihnya seakan tak mampu mengalahkan cinta yang Tara miliki untuknya. “Tara ... habis mandi, jangan langsung tidur, ada hal penting yang mau kubicarakan.” Tara menghentikan langkah sesaat mendengarkan perkataan Abimanyu. Ia mengangguk tanpa mau bersusah payah menatap ke arah lelaki itu. Air matanya jatuh begitu saja karna pedih yang menikam jantungnya. Tara melanjutkan langkah dengan membawa hati yang patah. Tara segera masuk ke dalam kamar mandi dan membiarkan pancuran air menyamarkan air mata yang tak bisa dihentikan. Jelas-jelas lelaki itu telah menghancurkan hatinya, lalu mengapa dirinya tak bisa pergi dan tak sanggup mendengarkan kata yang harusnya akan mengakhiri semua rasa pedih yang memenuhi setiap relung hatinya? Menit demi menit telah berlalu. Tara terlalu lama di kamar mandi. Ia tak ingin lelaki itu melihat bekas menangisnya dan tak mempunyai nyali menghadapi lelaki yang mungkin sedari tadi tengah menunggunya di tempat tidur. Tara menarik napas panjang dan menghelanya perlahan. Ia tak bisa selamanya bersembunyi di dalam kamar mandi. Cepat atau lambat, dirinya akan segera berhadapan dengan Abimanyu dan keputusan menyakitkan yang tengah menunggunya. Mengapa tak hari ini saja, mereka mengakhiri semua rasa sakit yang membelenggu hati. Mungkin, jika semuanya berakhir, Tara dapat membunuh raganya, agar tak lagi merasakan sakit pada hatinya. Tara menutupi bekas menangis dengan memoles wajahnya dengan alas bedak, berharap apa yang dilkukannya bisa menyamarkan sedikit bukti kebodohannya yang tak bisa membenci walau terus-terusan disakiti. Oh hati ... mengapa bisa sebodoh ini? Tara masih mengingat janji pernikahan mereka, saat itu Abimanyu berkata jika apa yang ada di antara mereka tak ‘kan pernah berakhir. Dirinya akan mencintai Tara dan menua bersama. Terlalu bodoh karna Tara mempercayai janji yang dibuat oleh manusia, pada akhirnya perkataan hanyalah untaian kata yang tak bisa dipegang tangan untuk menjamin kebenarannya. “Kamu tahu arti peribahasa sakit sama mengaduh luka sama mengeluh?” tanya Abimanyu sembari menatap ke dalam manik mata Tara. Keduanya berdiri berhadapan di depan banyak tamu yang hadir pada pesta kebun yang memanggil seorang pendeta yang akan meresmikan mereka sebagai sepasang suami istri yang sah. Setelah saling bertukar janji dan menjalani beberapa prosesi pernikahan mereka, keduanya akan resmi menjadi sepasang suami istri. “Haruskah kita main tebak-tebakkan di saat seperti ini, Mas?” Abimanyu tertawa kecil melihat wajah gusar Tara. Wanita itu memang tak bisa diganggu jika tengah serius, apalagi hari ini adalah hari sakral mereka, tak heran jika wanita itu tampak kesal. Padahal sebentar lagi prosesi pernikahan mereka akan segera berlangsung. Abimanyu mendekatkan wajahnya pada telinga Tara dan berbisik pelan, “artinya, sikap saling setia, sehidup semati, senasib sepenanggungan, seiya sekata. Ini yang kujanjikan padamu, Tara, istri dan calon ibu bagi anak-anakku kelak.” Jantung Tara berpacu kencang, kedua pipinya memanas, dan ia tak kuasa mencegah senyum bahagia yang menghiasi wajah cantiknya. Abimanyu menjauhkan wajahnya dari telinga Tara dan menghanyutkan dirinya dalam netra Tara yang terlihat bagai samudera yang indah. Tara menatap pantulan dirinya yang tampak begitu mengenaskan. Tak ada lagi senyum kebahagiaan yang sama seperti hari itu. Semuanya telah musnah. Tak ada lagi mimpi yang tercipta dari rencana-rencana masa depan yang telah mereka untai bersama. Semuanya akan segera berakhir. Dunia Tara telah kehilangan warna-warninya, menyisakan pekatnya warna hitam yang sesuai dengan hatinya yang kosong. Tara memberanikan diri untuk menghadapi kenyataan, walau hatinya akan semakin tersakiti. Dengan perlahan Tara memutar knop pintu. Ia terpaku di ambang pintu begitu menemukan Abimanyu yang sudah tertidur di tempat tidur mereka dengan sandal rumah yang masih dipakainya. Mungkin, lelaki itu menunggunya hingga kantuk menjemput. Tara tersenyum tipis. Tak ada lagi rasa khawatir yang dulu selalu diberikan Abimanyu padanya. Lelaki itu rela menunggu lama, namun tak mau mengecek keadaannya di kamar mandi yang begitu lama. Tak takutkah lelaki itu bila dirinya akan melakukan hal bodoh seperti menyayat pergelangan tangannya demi mengenyahkan semua rasa sakit yang menyiksa bathin? Tara tersenyum tipis. Siapa dirinya hingga berharap lelaki itu akan mengkhawatirkannya? Dirinya tak lain hanyalah wanita yang tak diinginkan oleh Abimanyu. Tara berjalan mendekat, dengan perlahan melepas sandal yang tengah lelaki itu kenakan dan menyelimuti tubuh lelaki itu. Dengan hati-hati Tara duduk di tepi tempat tidur, menatap sendu wajah tampan lelaki itu. Wajah polos lelaki itu saat tengah tertidur masih sama. Semuanya tak ada yang berbeda, lalu mengapa hubungan mereka tak lagi sama seperti dulu. Tara tersenyum masa saat sadar lelaki itu tidur pada ujung tempat tidur, seakan tak sudi berdekatan dengannya walau dalam keadaan tidur sekalipun. Apa dirinya begitu menjijikkan? Bibir Tara bergetar, air matanya kembali jatuh. Sakitnya tak mau pergi. Sungguh, ia tak tahu, mengapa cinta bisa sirna begitu saja? Mengapa lelaki itu tak lagi mencintainya? Dimana letak kekurangannya? Cinta dan perhatian yang diberikannya untuk lelaki itu masih sama besarnya? Tak dapatkan lelaki itu merasakannya? Mengapa harus dirinya sendiri yang terbuai dalam cinta? Tak menyadari atau memang menolak untuk menerima kenyataan jika sudah jelak lama dirinya kehilangan cinta yang begitu disukainya. Semuanya pasti bermula dari satu tahun yang lalu, saat sikap lelaki itu mulai berubah. Tara begitu bodoh, mengapa ia tak bisa melihat tanda-tanda yang ada. Membiarkan bom waktu meledak tanpa bisa ia hentikan ledakannya. Menghancurkan apa yang ada dirinya. “Kau tahu, Mas. Dadaku sesak karnamu. Bagai diiris sembilu, teramat sakit luka yang kau torehkan pada hatiku, Mas. Apa nggak pernah memikirkanku sedikitpun saat ingin mengkhianati cinta suci yang kuberikan padamu? Aneh ... mengapa cinta bisa sesakit ini?” Air mata Tara kembali lolos. Ia menutup mulut dengan kedua tangan, mencegah isak tangisnya membangunkan pria yang tertidur pulas itu. Pedih menyiksa bathinnya tanpa ampun. **** Happy new year 2021 semuanya. Semoga di tahun yang baru ini, jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Kita semua mendapatkan apa yang kita impikan. Cerita ini mula di up rutin setiap hari, di antara jam 9/10 pagi ya. Happy reading ^_^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD