3 : Nonton

1172 Words
Bianca tak pernah berhenti tersenyum bahkan setelah masuk ke dalam kamarnya.  Hari ini benar-benar tak pernah dia bayangkan apalagi bisa menjadi kekasih dari seorang laki-laki yang begitu populer di sekolahnya.  Bianca kira sampai akhirnya nanti dia akan terus mencintai Radi dalam diam, bahkan tak pernah sekalipun dia membayangkan akan menjadi kekasih Radi, ya membayangkan sedikit sih pernah tetapi Bianca tak menyangka ternyata bisa terwujud juga.  Bianca merasa menjadi gadis yang paling beruntung satu sekolahan karena bisa menjadi pacar Radi Arzan Ravindra. ** Bianca baru saja selesai mengganti pakaian saat ponsel di atas meja belajar berdering begitu nyaring. Panggilan masuk dari nomor Radi yang memang sudah dia simpan kontaknya saat tadi mereka makan bersama di kantin, Bianca pun langsung mengakat telepon tersebut. “Iya kenapa?” tanya Bianca dengan satu tangan menyisir rambutnya. “Nanti pergi jam berapa?” tanya Radi di seberang telepon. “Aku tadi kan bilang nanti pasti aku kabarin kamu, kenapa harus telepon sih,” balas Bianca lalu beranjak dari kursi dan memilih pakaian untuk pergi siang ini bersama dengan Adel dan Laura. “Ya emangnya kenapa kalau aku tanya sekarang?” “Gapapa sih. Aku bentar lagi pergi nunggu Adel jemput aja,” ucap Bianca, “Aku mau siap-siap dulu, udahan ya teleponnya,” lanjut Bianca. “Jangan terlalu sore,” ucap Radi memperingatkan kekasihnya. “Iya, nanti aku kabarin kamu, bye.”  Bianca menutup telepon sebelum Radi kembali mengatakan hal yang menurut Bianca terlalu lebay. Radi : Aku belum selesai ngomong, udah kamu tutup teleponnya. Radi : Nanti kasih tau kalau udah selesai, aku jemput. Radi : Dan aku gak menerima penolakan! Bianca mengerucutkan bibirnya setelah membaca pesan dari Radi, astaga bahkan mereka belum satu hari menjadi kekasih tetapi kenapa Radi sudah posesif seperti ini. Meski begitu Bianca harus menerima sifat Radi, kalau sudah sayang ya mau gimana lagi.  Bianca pun segera bersiap karena seperti janji dia bersama kedua sahabatnya tadi, mereka akan pergi menonton dan meminta traktir dari Bianca kali ini karena jadian dengan Radi.  Emang dua sahabatnya itu tak pernah bisa puas padahal tadi di sekolah sudah dapat traktiran dari Radi ternyata masih meminta kepadanya lagi. ** “Lama amat sih, Bi,” ucap Adel yang sedari tadi menunggu Bianca keluar dari rumah.  Padahal mereka harus menjemput Laura juga, ya maklum saja Adel yang sudah lancar menyetir jadi dia menjadi supir mereka.  Adel mau saja karena ongkos bensin pastinya sudah di tanggung oleh ke dua sahabatnya, dia sih tinggal duduk di balik kemudi, beres. “Ya maaf, gue tadi ganti sepatu dulu,” ucap Bianca sambil menarik sabuk pengamannya. “Ribet ya,  Mbak. Sampe ganti sepatu segala,” sindir Adel kemudian mulai menyalakan mobilnya dan melaju meninggalkan halaman rumah Bianca.  Gadis itu hanya mengedikkan bahunya, menghiraukan sindiran sahabatnya yang memang selalu begitu. “Film jam berapa sih? Gue pesen tiketnya ni online aja,” ucap Bianca saat mereka dalam perjalanan menjemput Laura. “Bebas lah, yang penting duduk di yang A atau B. Gue ogah kalau terlalu bawah, paling bawah D lah. Tapi berharap di A atau B sih,” cerocos Adel tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan. Bianca mengangguk kembali melihat layar ponselnya kemudian memilih film dan kursi untuk mereka bertiga.  Untung saja ada tiga kursi tersisa untuk mereka di barisan B, maklum saja film yang mereka tonton kali ini baru saja tayang dan menjadi incaran setiap orang.  Salah, kalau kalian menyangka mereka akan menonton film romance. Bianca, Adel dan Laura lebih memilih untuk menonton film horor apalagi mereka juga sudah membaca novel horor tersebut, salah satu karya penulis asal Bandung yang beberapa judul bukunya di jadikan film dan Bianca bersama Adel juga Laura selalu menyaksikan video yang di publish di salah satu aplikasi online apalagi saat acara menginap di salah satu rumah mereka. Sudah pasti mereka habiskan dengan menonton penelusuran tersebut. “Laura udah siap belum? Awas aja kalau lama kaya lo tadi,” ucap Adel saat mereka hampir sampai di rumah Laura yang sebenarnya tak begitu jauh dari rumah Bianca. Hanya butuh waktu 20 menit saja kalau tidak macet dalam perjalanan. “Udah, tadi dia kasih kabar di grup udah nungguin depan rumah.” “Nah gitu dong, tepat waktu.” “Jadi maksud lo gue sering gak tepat waktu,” protes Bianca. “Dikit,” balas Adel terkekeh. ** “Gilaa! Serem banget, lebih serem dari baca novelnya,” komentar Adel saat mereka keluar dari pintu teater.  Satu jam lebih mereka selesai menonton film yang begitu menegangkan. Mereka pikir hanya novelnya saja yang membuat bulu kuduk merinding ternyata filmnya lebih dari itu. Bahkan Bianca tadi sampai beberapa kali menutup matanya karena kemunculan hantu yang selalu tiba-tiba, untung saja dia tak mengalami serangan jantung. Meski takut tetap saja mereka menikmati film tersebut dan sangat puas. “Gue butuh yang manis, biar jantung gue kalem dikit. Ini parah sih mana itu hantu kenapa munculnya gak santai banget, gue kan kaget,” ucap Bianca. “Ya namanya juga horor. Pasti hantunya muncul tiba-tiba,” timpal Laura. “Iya sih, tapi itu beneran deh gue gak kuat rasanya.” “Sekarang kita ke mana ni?” tanya Adel. “Cari makan, gue mau es krim juga sih,” jawab Bianca. “Kalau gue ngikut kalian aja,” balas Laura.  Mereka pun mencari tempat makan masih di sekitar Mall ini, mungkin setelah makan di lanjut dengan jalan-jalan sebentar. Menikmati waktu bertiga memang selalu tak terasa waktu cepat berlalu. ** “Kenapa tau kalau kita di sini?” tanya Adel melihat kedatangan Radi, Devon dan Marcel. Saat mereka sedang menikmati makanan yang tadi mereka pesan. “Ya siapa lagi kalau bukan Bianca,” ucap Devon lalu mencicipi kentang goreng milik Adel, meski setelahnya mendapatkan tepisan tangan gadis itu.  “Jangan pelit lo,” lanjut Devon. “Ya gimana dari tadi kirim chat terus,” gerutu Bianca menatap Radi yang sudah duduk di sampingnya. Sementara Marcel duduk di samping Laura yang sedang menikmati makanannya. “Abisnya kamu bilang sebentar, ini udah lama banget. Masa sampe tiga jam lebih,” ucap Radi kemudian membuka mulutnya memberi kode kepada Bianca agar menyuapkan es krim yang sedang kekasihnya nikmati. “Posesif,” cibir Adel. Radi acuh saja dan menikmati suapan dari kekasihnya membuat Adel merasa gemas sendiri. Lihat sekarang, si kapten basket yang tak pernah dekat dengan perempuan mana pun sekarang begitu lengket dengan sahabatnya. “Abis ini kalian mau ke mana?” tanya Marcel. “Keliling aja sebelum pulang,” ucap Adel. “Ya udah kalian keliling, Bianca sama gue."  Bianca menatap Radi tak terima dengan keputusan kekasihnya itu. Rencananya kan dia dan ke dua sahabatnya akan jalan bertiga kenapa sekarang malah Radi yang akan jalan dengannya.  Bianca tak keberatan sih tapi sudah janji dengan Adel dan Laura masa sekarang malah jadi jalan dengan Radi. “Iya udah sana berduaan, kita gak akan ganggu. Tau deh yang lagi kasmaran, pengennya berdua terus,” ucap Adel. “Betul. Dunia berasa milik berdua, yang lain indekost,” celetuk Devon. “Bagus kalau kalian ngerti,” balas Radi seolah merasa tak tersindir sama sekali dengan apa yang di katakan oleh Adel dan Devon. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD