Saat ini Lea benar-benar ingin menangis darah. Setelah dirinya ditinggalkan bersama si wanita berwajah datar, wanita itu dengan kasarnya memaksa Lea untuk menanggalkan pakaiannya segera. Tentu saja Lea tidak mau. Mungkin wanita itu marah dan memaki Lea menggunakan bahasanya, sebelum merobek seluruh pakaian Lea yang kotor dan lusuh dengan kasar oleh dirinya dengan sebuah gunting. Pakaian itu lalu dibuang sebelum Lea diseret untuk memasuki kamar mandi.
Karena kaki serta tangan Lea masih terikat dengan kuat, Lea kemudian dimandikan seperti anak kecil oleh wanita itu. Apa tidak cukup hanya menelanjanginya? Kini ia juga dimandikan seperti ini? Walaupun mereka sama-sama wanita. Tapi tetap saja Lea merasa benar-benar ingin menangis karena terlalu malu, tapi air matanya sama sekali tidak muncul. Mungkin air matanya sudah benar-benar mengering selama dirinya di sekap di ruangan pengap bersama gadis-gadis yang lain. Ah, iya. Bagaimana dengan gadis-gadis yang disekap bersamanya? Bagaimana pula dengan Putri? Apa mereka juga tengah diperlakukan sama dengan dirinya? Semoga saja nasib mereka tidak seburuk dirinya.
Setelah dimandikan hingga tubuhnya kembali bersih dan wangi, Lea kembali diseret untuk mengeringkan tubuh. Lea meringis-ringis karena perlakuan kasar si wanita berwajah datar itu. sempat terlintas dalam benaknya untuk bernegosiasi dengan si wnaita ini, tapi niat Lea sudah ciut lebih dulu karena intimidasi netra tajamnya. Sungguh itu sangat menakutkan. Tatapan tajam yang berpadu dengan ekspresi datar. Coba bayangkan sendiri sebagaimana menyeramkannya itu.
Setelah itu Lea segera dirias serta dipakaikan sebuah gaun berwarna merah darah yang tampak mencetak setiap lekuk tubuhnya. Sungguh, Lea sama sekali tidak menyukai pakaian seperti ini. Terasa sesak dan membuatnya tak bisa bergerak dengan leluasa. Lea juga bisa melihat wajahnya yang telah dirias di sana sunu. Lea tidak menyangka jika dirinya bisa terlihat dewasa dan begitu cantik hanya dengan sentuhan make up. Meskipun merasa lebih cantik, Lea tetap tidak merasa jika riasan ini cocok dengannya. Lea merasa jika dirinya berubah menjadi orang lain.
Tapi mau seberapa tidak nyaman dan tida sukanya Lea saat ini, Lea tidak tengah berada pada posisi di mana dirinya bisa berkomentar atau protes. Lea harus bersikap tenang dan menurut, ia tidak boleh gegabah atau mungkin hal yang lebih buruk daripada ini akan terjadi padanya. Tapi diam-diam, Lea juga tengah bertanya-tanya dalam hatinya, sebenarnya untuk apa dia didandani dengan riasan cantik hingga pakaian mewah seperti? Apa mungkin Lea akan dijadikan wanita malam dan wanita penghibur? Jika benar, saat itu juga, Lea tidak akan pikir panjang untuk melarikan diri.
Persetan dengan negara dan bahasa yang tidak ia kenali ini. Lea akan melarikan diri demi menyelamatkan nyawa dan harga dirinya. Larut dalam pikirannya sendiri, Lea tak sadar jika kini dirinya telah benar-benar selesai dirias. Tak lama, Lea kembali memiliki sebuah kain hitam yang menutupi penglihatannya. Lea tahu jika kini dirinya ditinggalkan di kamar itu.
Dengan tangan serta kaki yang masih terikat, Lea meringkuk di ranjang. Perutnya terasa semakin sakit, karena saat ini ia terlalu lapar. Tentu saja selembar roti tidak akan bisa memuaskan rasa laparnya yang telah menyiksanya selama tiga hari ini. Lea butuh nasi dan lauk saat ini juga. Ah membayakan makanan terasa semakin membuatnya lapar. Lea meringis saat perutnya bersuara dengan keras. Dan ringisannya semakin menjadi karena rasa sakit di kaki kirinya tak berbaik hati, dan membuatnya semakin menderita. Kenapa tidak ada satu pun yang berjalan dengan baik?
Lea berusaha duduk, saat mendengar suara pintu yang terbuka. Lea mendengar suara ketukan sepatu yang menyentuh lantai. Dari langkahya yang berat, Lea bisa menebak jika itu adalah pria. Hati Lea kembali merasa was-was. Apa yang akan pria itu lakukan? Tentu saja Lea berpikiran buruk, apalagi saat dirinya merasakan bagian ranjang di hadapannya melesak, tanda jika ada seseorang yang duduk di sana. Aroma kayu-kayuan segera memenuhi penciuman Lea, dan hal itu tanpa sadar membuatnya lebih rileks daripada sebelumnya.
Lea mendesis saat ikatan di mulutnya dilepaskan. Mulut Lea terasa kaku. Ia berulang kali mencoba untuk merenggangkannya, dan berniat untuk bertanya. Setelah berpikir beberapa saat, Ana mengurungkan niatnya. Percuma saja ia bertanya, toh tidak ada yang mengerti. Lagi, Lea bodoh dalam bahasa inggris, lalu bagaimana caranya Lea bertanya?
Wajah berpikir Lea, tampaknya membuat pria asing itu merasa terusik. Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh sudut bibir Lea yang memar. Lea tersentak dan merintih kesakitan, tapi Lea tak berani untuk menghindar. Lea harus berhati-hati dalam bertidak. Lea kembali disadarkan dari pikirannya saat merasakan benda dingin menyentuh bibirnya. Lalu ia mendengar suara khas pria yang dalam berkata, “Eat!”
Meskipun Lea bodoh dalam mempelajari bahasa Inggris, Lea tetap tahu dasar dalam bahasa inggris. Jadi dengan patuh, Lea membuka mulutnya dan makan dengan bantuan pria asing yang bahkan tak memperkenalkan dirinya. Lea berterima kasih dengan sepenuh hati, karena pria ini telah membantunya mengisi perutnya yang terasa sakit.
Tak butuh waktu lama, Lea kini merasa kenyang. Rupanya pria itu telah menyuapi Lea dengan baik. Pria itu sepertinya mengerti saat Lea merasa kenyang, ia pun menghentikan kegiatannya. Lea menggerakan bibirnya berniat mengucapkan terima kasih. Tapi sayangnya, niat baik Lea ditepis. Mulutnya kembali ditutupi oleh kain, dan membuatnya tak bisa menyuarakan isi hatinya.
Hal itu tentu saja membuat Lea kesal. Ia memaki-maki pria asing tersebut menggunakan bahasa ibunya. Sayangnya makian tersebut hanya terdengar berupa gumaman tidak jelas, karena kondisi mulut Lea yang tertutupi. Gumaman-gumaman Lea tampaknya membuat pria itu terganggu.
Lea terdiam saat merasakan sapuan lembut di pelipisnya, disusul sebuah bisikan yang membuatnya bergetar ketakutan. “I look forward to the next meeting.”
Setelah itu, Lea kembali ditinggalkan seorang diri dengan pikiran yang muali liar. Jujur saja, saat ini Lea merasa semakin takut. Tapi tak lama seseorang kembali datang dan menyentak Lea dari pemikirannya. Untuk kedua kalinya, Lea merasa tubuhnya digendong dan berayun di udara dalam beberapa waktu, hingga kini Lea bisa kembali mendengar hingar bingar yang sangat asing di telinganya.
Tapi hingar bingar tersebut bukannya membuat Lea antusias, melainkan membuatnya tidak nyaman. kini bahkam kepala Lea terasa tidak nyaman. kepalanya berdentum seirama dengan music yang ia dengar. Lea merasa tubuhnya tak lagi berayun, tapi tubuhnya masih berada di dalam gendongan dan mengambang di udara.
“Signori, spero che voi risparmiate ancora abbastanza soldi ora.”* Lea mengerutkan keningnya saat medengar bahasa alien itu lagi. tolonglah bicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, agar Lea bisa mengerti! Maki Lea dalam hati. Sungguh berada jauh dari kampung halaman dalam beberapa hari saja sudah membuat Lea merasa berubah begitu banyak. Bahkan kini Lea tidak segam untuk memaki orang.
*Tuan-tuan, saya harap Anda masih menyimpan cukup uang sekarang.
“Perché proprio ora uscirà il più prezioso. Diamo il benvenuto alla rara ragazza asiatica dagli occhi neri!”*
*Karena saat ini, yang paling berharga akan keluar. Kami menyambut gadis Asia langka dengan mata hitam!
Setelah seruan terakhir, tubuh Lea kembali berayun beberapa saat. Tubuh Lea bergetar pelan saat merasakan udara dingin yang membelai kedua betisnya yang terekspos jelas, karena gaun yang ia kenakan hanya sebatas lutut. Rasa dingin itu semakin menjadi, saat Lea dipaksa untuk berdiri. Telapak kaki Lea yang telanjang merasakan permukaan lantai yang terasa sangat dingin menusuk kulitnya. Untuk kesekian kalinya, Lea merasakan ngilu yang teramat pada kakinya yang cidera.
Ikatan kain yang menutupi pandangan Lea akhirnya dibuka. Seketika firasat buruk kembali menyerang Lea, bahkan firasat buruk ini terasa lebih hebat dari sebelumnya. Bagaimana tidak, kini Lea yang berdiri di hadapan puluhan pria asing berpakaian necis. Usia para pria itu terlihat beragam. Ada yang masih segar di usia dua puluhan, hingga para pria paruh baya bau tanah. Yang sama dari mereka adalah satu, tatapa mata yang menyeramkan seakan-akan pandangan tajam itu menembus kulit serta daging Lea. Tanpa bisa ditahan tubuh Lea bergetar hebat.
“Perché uesta ragazza era molto giovane e sicuramente ancora vergine, il prezzo iniziale sarabbe stato più costoso rispetto alle ragazze precedenti.”* Lea merinding saat mendengar wanita yang berpakaian mewah kembali berbicara dengan seringai yang tak pernah luntur di wajahnya yang Lea yakini telah dipoles ikeh bedak yang berlapis-lapis.
*Karena gadis ini masih sangat muda dan tentu saja masih perawan, harga awal akan lebih mahal dari pada gadis-gadis sebelumnya.
Lea mengalihkan perhatiannya saat mendengar suara batuk dari tempat duduk para pria. Lea bisa melihat seorang pria berambut cokelat gelap berkata dengan seringai merendahkan, “Ma la ragazza non è liscia, c’è una lunga cicatrice sulla sua gamba.”*
*Tapi gadis itu tidak mulus. Ada bekas luka panjang di kakinya.
Sang wanita berpakaian mewah terkejut, ia memang belum sempat mengecek kondisi tubuh bagian bawah tubuh Lea. Wanita yang bernama Mio itu melirik kaki Lea dan menemukan bekas jahitan memanjang di kaki kiri Lea. Sial bagi Mio. Hal itu lebih dari cukup untuk menjatuhkan harga gadis ini di pasaran.
Sedetik wajah Mio meggelap, tapi ia yang telah lama bekerja dalam bidang perdagangan manusia dan prostitusi tidak akan membuat orang lain mengetahui apa yang tengah ia rasakan. rangkaian kalimat manis sudah terangkai indah dalam benaknya. Mio sama sekali tidak mau merugi. Apa pun akan ia lakukan demi mendapatkan keuntungan besar.
“Anche così, è ancora vergine. Al giorno d’oggi è difficile trovare una ragazza che sia ancora vergine. Ovviamente non petirai di acquistarlo a carp prezzo.”*
*Meski begitu, ia masih perawan. Saat ini sulit untuk menemukan seorang gadis yang masih perawan. Jelas Anda tidak akan menyesal membelinya dengan harga tinggi.
Setelah itu, para pria mulai meneliti Lea. Dengan rambut hitam panjang bergelombang, tubuh yang mungil, wajah yang manis, ditambah masih perawan yang tersegel, Lea memang produk yang bisa diunggulkan. Pasti sangat menyenangkan jika memiliki jenis gadis ini di atas ranjang, pikir para pria.
Mio menepuk tangannya dan berbicara dengan penuh semangat. Ia tentu saja sudah bisa membaca apa yang kini dipikirkan oleh pria-pria m***m yang menjadi pelanggannya ini. “Ora iniziamo. I’offerta è aperta!”*
*Sekarang mari kita mulai. Tawaran ini terbuka!
Lalu Lea bisa melihat para pria mulai berebut menngangkat papan kecil berisi nomer-nomer. Kemudian setelah dipersilakan, para pria secara bergantian mengatakan sesuatu yang tetap tak dapat dimengerti oleh Lea. Tapi setelah melihat situasi yang terus berlanjut, akhirnya Lea bisa menangkap sesuatu. Ini pelelangan, dan kini yang menjadi objek lelangnya tak lain adalah dirinya sendiri. Ini hila! Ia sedang dilelang!
Dada Lea terasa sesak. Harga dirinya terasa dijatuhkan. Bagaimana dirinya bisa diperlakukan bak barang dagangan yang tak bernyawa? Ini sama saja dengan Lea yang dijadikan sebagai wanita malam. Atau lebih parah dengan hal itu. karena jika Lea berhasil ditawar dan jatuh pada salah satu pria di sini, sudah dipastikan jika nyawa dan tubuhnya berada dalam kuasa pembelinya. Tanpa sadar Lea mulai meneteskan air mata. Wajahnya yang mungil berubah memerah karena akumulasi dari berbagai emosi yang membuatya sesak. Lalu tak lama kaki kiri Lea kembali terasa sakit dan membuatnya hampir jatuh.
Untungnya ada seseorang yang membantunya untuk duduk di kursi, tapi kondisi Lea sama sekali tak membaik. Sementara itu, para p****************g yang mengenakan jas necis masih saling memberikan penawaran yang tinggi untuk menebus Lea. Sungguh, Lea tidak berbohong, setiap ada yang menawar sengatan rasa sakit di kaki kiri Lea terasa semakin menggigit. Seakan-akan kakinya tengah memberikan tanda jika hidup Lea akan segera berakhir.
Rasa sakit tersebut semakin parah, apalagi setelah melihat seorang pria paruh baya bertubuh pendek dengan kepala hampir botak sepenuhnya, berdiri dengan bangga dan tertawa terbahak-bahak. Pria itu tampak menatap Lea sembari mengelus perutnya yang buncit. Lalu sesekali menjilati bibirnya dengan gerakan yang sangat menjijikan.
Lea lagi-lagi bisa menebak dengan tepat, bahwa pria itu adalah seseorang yang berhasil memenangkan lelang dirinya. Tentu saja dengan harga yang selangit. Si pria paruh baya tersebut menguras isi dompetnya untuk menambah koleksi wanita simpanannya. Bahkan kini, si pria tengah membayangkan hal apa saja yang akan ia lakukan pada wanita Asia yang baru saja ia dapatkan ini. Si pria tengah memikirkan, bagaimana caranya ia memamerkan barang barunya ini pada orang-orang yang memiliki kecendrungan hobi yang sama padanya.
Melihat ekspresi yang menakutkan di wajah pria itu, seketika perut Lea terasa begitu mual ditambah kakinya terasa semakin sakit. Lea terisak menolak kenyataan yang terlalu sulit diterima ini. Ia berdoa agar Tuhan mengirimkan seseorang yang bisa menolongnya. Lea tahu, Tuhan tidak pernah mengabaikan doa umat-Nya yang memohon dengan putus asa. Lea juga yakin, Tuhan tidak akan berbuat jahat pada umat-Nya.
Dan yang Lea pikirkan adalah hal yang tepat. Tuhan memang tak penah tidur. Kini Tuhan kembali mengulurkan bantuan-Nya dengan murah hati pada Lea. Tuhan kembali menyelamatkan Lea, si gadis yatim piatu yang selama ini telah hidup menderita. Karena begitu Mio akan memukul palu sebagai penutup penawaran lelang Lea, ada seorang pria berkacamata yang muncul secara misterius dan melangkah menuju panggung pelelangan.
Pria tersebut mendekat pada Mio dengan senyum yang tidak surut. Pria berkacamata tersebut tesenyum sembari berkata dengan suara yang cukup kuat, “Il mio maestro veole specificamente quella ragazza. Mi ha mandato un assegno in bianco per riempirlo come desideri. Per condizione, la ragazza appartiene al mio padrone.”*
*Tuanku secara khusus menginginkan gadis itu. Dia mengirimiku cek kosong untuk mengisinya seperti yang kauinginkan. Dengan syarat, gadis itu sepenuhnya milik Tuanku.
Pria tersebut kemudian mengeluarkan secarik kertas yang ternyata adalah sebuah cek dari dalam jas mahalnya. Mio segera menerima cek kosong yang diberikan oleh pria tersebut dengan penuh suka cita, tangannya bahkan bergetar saking senang dirinya saat ini. Ia lalu mengangguk dan menyerahkan Lea begitu saja. Netranya yang licik dipenuhi dengan binar yang menunjukkan betapa dirinya begitu bahagia saat ini. Tentu saja merasa begitu bahagia. Mio seakan-akan tengah diberi jaminan untuk hidup pensiunnya nanti.
Ah rupanya kemampuan Mio untuk menilai barang bernilai tinggi ternyata masih menakjubkan. Jika saja Mio tidak memilih gadis Asia itu untuk menjadi barang utama dalam pelalangan malam ini, Mio tidak akan mendapatkan untuk sebesar ini. Kini yang ia pikirkan hanya satu, berapa nominal yang harus ia tulis dalam cek tersebut. Mio harus memanfaatkan cek ini dengan sebaik mungkin.
Sedangkan si pria berkacamata mendekat pada Lea yang masih duduk di kursi. Pria itu terlihat memasang senyum yang seakan-akan tengah menenangkan Lea yang terlihat sangat ketakutan saat ini. Tanpa berkata, pria berkacama itu berjongkok di hadapan Lea dan mengeluarkan sebuah jarum suntik. Lea yang melihatnya segera menggeleng panik. Ia tak tahu kandungan obat itu, dan Lea tak mungkin membiarkannya menyuntik dirinya. Lea tentu saja ingin melarikan diri saat ini juga, sayangnya Lea tidak bisa. Seakan-akan Lea tidak memiliki kuasa atas tubuhnya sendiri.
Kaki Lea diraih dengan lembut, lalu jarum suntik tersebut segera menembus kulit betis kirinya yang sejak tadi terasa sakit. Ajaib, rasa sakit berangsur menghilang. Sayangnya, kesadaran Lea juga ikut menghiang seiring rasa sakitnya itu. Begitu Lea mulai kehilangan fokus, suara tembakan terdengar memekakan telinga. Lalu bau karat serta amis yang pekat segera memenuhi penciuman Lea.
Sangat tidak nyaman. Lea ingin pergi dari tempat asing ini. Kelopak mata Lea memberat, dan pada akhirnya Lea memejamkan matanya. Kini Lea seakan-akan tengah dipeluk dalam kegelapan yang hangat. Lea seakan-akan tengah kembali ke rumahnya. Ke dalam peluk bunda yang ia sayangi. Tepat setelah itu, aroma kayu-kayuan yang kuat menguasai penciuman Lea. Aroma yang sebelumnya pernah Lea cium. Ini aroma pria itu. Pria yang telah menolong dan memberikannya makan.
Entah pria ini adalah orang baik atau tidak, Lea tetap bisa bernapas lega saat ini juga. Tanpa sadar, saat ini dirinya membiarkan dirinya sendiri jatuh ke dalam alam mimpi yang semu. Serta membiarkan dirinya dibawa ke tempat yang lebih berbahaya daripada tempat prostitusi yang barusan menjualnya. Ya, Lea akan sadar jika ada sebuah tempat yang mengerikan di dunia ini. Tempat serupa neraka, yang akan membawanya pada fase baru kehidupannya.