Doa Membatin

1090 Words
"Udah ada?" "Apaan, Thur?" "Pengumuman anggota BEM baru." Ia kan penasaran. Temannya menunjuk ke arah mading. Ia bergerak ke sana. Baru berjalan beberapa langkah, kerah belakangnya langsung ditarik. Hahaha. "Mau lihat gebetanmu heh? Siapa gebetanmu?" Ia terkekeh. "Berisik!" Ia melepaskan diri. Ia berjalan menuju mading di sana dan mengabaikan teriakan temannya yang penasaran. Hari ini akan ada perkumpulan perdana juga anggota BEM baru. Tapi beberapa hari belakangan ia tidak di Jogja karena ada acara di Bandung. Baru kemarin kembali dan hari ini sudah kembali kuliah tapi sibuk juga di BEM. Tiba di depan mading, dengan cepat ia mencari nama Salwa di sana. Ada beberapa nama Salwa. Hal yang membuatnya mengingat-ingat. Tapi seingatnya ya Salwa itu anak arsitektur bukan? Dalam sekejab, sudah ia temukan. "Salwa Inara.....," ucapnya pelan. Tak lama ada dua tangan yang mendarat di bahunya. Merangkulnya. Hahaha. "Oooh jadi Salwa tho, Thuur!" Yang satu lagi langsung terbahak. Ia ikut tertawa. Tertangkap basah deh. "Pantesan yo, semalem dibilangin gak perlu hadir tapi masih ngotot mau hadir hari ini. Ini tho sebabnya yo?" Ia hanya bisa tertawa kalau sudah begini. Habis sudah kalau urusannya dengan dua orang ini. Bisa tersebar parah kalau begini. "Kalau kalian macem-macem, aku tinggalin yo!" Ia langsung kabur. Kedua temannya menggelengkan kepala melihatnya. "Jarang-jarang lo Fathur suka sama cewek." "Biasanya?" "Sama cowok!" Keduanya terkikik-kikik. Tentu saja hanya bercanda. Hahaha. Sementara Fathur ya sudah ke parkiran untuk kembali ke fakultasnya yang ada di depan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan. Ya lebih tepatnya, fakultasnya adalah Fakultas Kedokteran Gigi. Ia memang seorang calon dokter gigi sih. Lantas yang namanya dicari berada di mana? Ohooo. Sedang heboh di aula terbuka fakultas. Ia mendadak menjadi pusat perhatian karena audisi terbuka komunitas yang ia ikuti. Ya paduan suaranya. Ternyata ada semacam audisi terbukanya juga. Ada tim penilaiannya juga. Ada seratus orang yang sudah duduk di lantai. Jika peserta mendapatkan vote di atas atau sama dengan 60, maka bisa bergabung dengan tim paduan suara fakultas. Tiba giliran Salwa yang dari wajah manisnya saja sudah mengundang keriuhan. Meski bukan yang paling cantik di fakultas, dengan senyuman manisnya, ia justru jauh lebih terkenal dibandingkan yang cantik-cantik itu. "Wooooooo! Salwaaaaaaa!" Teman-teman seangkatannya dari jurusan yang sama tentu saja heboh. Mereka sudah berdiri, berkerumun di sekeliling aula untuk melihat para peserta bernyanyi. Salwa tersenyum kecil. Ia benar-benar tak tampak gugup sama sekali. Ia memang pandai menyanyi sejak dulu. Ia juga tak sungkan untuk unjuk kebolehan. Anaknya juga ramah kan ya? Paket komplit kalau kata orang. Meski pasti ada kurangnya juga. Ia duduk santai di atas kursi dengan memangku sebuah gitar yang ia bawa sendiri. Teman-temannya sudah heboh merekam dari kejauhan. Ada yang sudah pernah mendengarnya bernyanyi dan sedang heboh memberitahu orang-orang sekitar kalau ia sangat pandai menyanyi. Karena? Suaranya unik. Terdengar genit tapi lucu. Hal yang mungkin akan membuat cowok-cowok jadi gemas. Ia membawakan lagu...... Jreeeeng...... "I......loooooveeee youuuuuu baby and if it's quite all riiiiiiight......." "WUUUUUUUUUUUUU!" Sorakan tak tertahankan begitu mendengar suaranya. Ia sengaja memulai dari bagian reff lagu untuk menarik perhatian dan tampaknya berhasil karena suasana menjadi ramai. Bahkan banyak yang akhirnya berbelok ke aula. Penasaran dengan penyanyinya. Ia membawakan lagu lawas yang sangat enak dibawakan. Suara seruan dan teriakan semakin kencang apalagi ketika ia menyanyikan bait kedua dari bagian reff itu. Tepuk tangan bergemuruh bahkan ia belum menyelesaikan nyanyiannya. Kalau ada yang bilang tak ada manusia yang sempurna itu memang benar. Tapi hari ini, ia mendapatkan voting sempurna untuk nyanyiannya. Tak hanya itu. Bahkan videonya sampai trending di kalangan kampusnya. Hal yang membuat namanya ikut melambung hanya dalam beberapa jam saja. Nama Salwa Inara mendadak dibicarakan di mana-mana. Sampai juga ke telinga Said. Wohoooo. Saking bangganya, ia terus menyebut kalau Salwa adalah adik kandungnya. Hahahaha. @@@ Sejak meninggalkan fakultas, banyak sekali lelaki yang memanggil-manggil namanya. Bahkan beberapa kakak tingkat ya tentunya laki-laki, banyak yang mengajaknya berkenalan. Dari yang paling jelek tapi percaya diri sampai yang paling ganteng di fakultas meski punya pacar, ingin berkenalan dengannya. Hahaha. Mungkin kalau si penyanyinya tak semanis Salwa, akan berbeda efeknya. Ya anggap saja ini privilege orang cantik. Hahaha. Ia berangkat ke BEM usai solat ashar di fakultas. Jadwal berkumpulnya sih jam 4 sore. Tentu masih ada waktu jadi ia makan dulu karena sejak siang belum makan sama sekali. Pagi tadi pun hanya makan roti. Tiba di parkiran BEM, dari kejauhan, Ahmad sudah melihat kemunculannya. Si gadis manis yang mendadak dibicarakan. Bahkan posisi kepopulerannya berhasil menggeser Renita yang selama satu minggu terus dibicarakan karena kecantikannya dan prestasinya juga. Salwa berjalan masuk dan sudah disambut tepuk tangan oleh Ahmad. Ia terkekeh. Soal videonya kah? Ia tahu kok kalau sudah tersebar luas bahkan ini belum sampai 24 jam. "Mas lihat videomu. Keren sekali. Perasaan si Said malah gak bisa nyanyi." Ia tertawa. Gen nyanyi ini diturunkan dari ibu mereka. Ya suara ibunya juga sangat bagus. "Tapi seenggaknya abang bisa main alat musik." Ya kalau itu, Ahmad juga tahu. Kalau Ahmad? "Mas bisa?" "Bisa apa?" "Nyanyi atau main alat musik gitu?" "Bisa roboh nanti sayu kampus kalo aku lakuin itu, Sal." Salwa tertawa mendengarnya. Keduanya berjalan bersama menuju ruangan berkumpul. Keakraban yang berjalan secara natural begitu saja. Meski tampaknya perasaan masih belum tertuju eeh terbalas mungkin ya? Sementara itu, di kejauhan sana, ada tiga pasang mata yang mengawasi keduanya. Perempuan pertama dan kedua memang tak suka melihat keduanya begitu akrab. Tentu menjadi pertanyaan di dalam benak. Bagaimana Ahmad bisa kenal dan tampaknya cukup dekat dengan perempuan itu? Sementara perempuan ketiga tidak ada urusannya dengan rasa cemburu. Tapi rasa jengkel atau mungkin....iri? Karena ada yang menjadi pusat perhatian di kampus ini. Ia tak suka. Namun tentu saja semua hal itu ditutupi. Tak mau diketahui oleh orang lain sehingga ia memutuskan untuk berjalan meninggalkan dua perempuan lain yang masih sinis. "Eh tapi mas mau ngucapin deh." "Ngucapin apa?" "Selamat sudah diterima menjadi anggota BEM." Salwa terkekeh. Tentu saja senang. Tapi mungkin rasa senang yang berbeda karena ia menganggap Ahmad sama seperti Said untuk saat ini. Ahmad mengantarnya hingga ke ruang pertemuan. Hal yang membuat banyak orang menatap ke arah mereka. "Mas pamit dulu ya? Kalau buuh apa atau perlu tanya sesuatu, kontak aja ke mas. Tanya nomornya ke abangmu." Kalau hanya sebatas itu, ia sih tak masalah. Karena ya sama seperti Said, ia juga menjaga. Tapi kalau saling membantu juga tak masalah kan? Salwa menganggukan kepala. Ia masih sempat melihat Ahmad pergi. Cowok itu hendak melakukan wawancara. Tak enak hati karena terus menunda. Apalagi si pewawancara juga sudah dikejar deadline. Kalau gak suka sama kak Fathur, kayaknya udah suka samamu deh, mas, batinnya. Ya setengah bercanda, setengah serius sih. Kira-kira akan dijabah gak ya? @@@
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD