Mereka masih di jalanan kompleks jadi masih sunyi saat itulah Ren pun melemparkan baru sekuat tenaga. Tepat pada sasaran bidikannya, batu itu mengenai kepala orang yang menguntit Aliana. Orang itu tidak berhasil mengenai Aliana. Ren kemudian membiarkan Aliana untuk pergi tanpa tahu apa yang terjadi di belakangnya. Sedangkan Ren mengejar orang yang tadi berhenti karena timpukan batu di kepalanya.
“Sial!” umpat orang itu, sambil memegang kepala belakangnya.
“Sama-sama,” balas Ren yang tiba di dekat orang yang sudah ingin berniat jalat pada Aliana.
“Siapa kau?! Jangan ikut campur urusan orang!” kesal orang tersebut.
Ren tidak perduli. “Kau sudah ingin mencelakai sahabatku, jadi itu urusanku juga,” balas Ren santai.
“b*****h!” marah orang itu lalu ia menyerang Ren dengan pukulan di jawah mengenai pipi Ren. Orang itu kembali meninju Ren tepat di bagian sudut bibir Ren yang mengakibatkan sedikit koyak di bagai sudut bibirnya.
Ren terhuyung ke belakang, kepalanya sedikit pening karena ia tidak biasa melakukan kegiatan fisik seperti bekelahi seperti itu. Ren kemudian membalas menendang orang itu tepat mengenai perutnya. “Ya setidaknya aku mempunyai bela diri,” ucap Ren mengeluarkan gerakan bela dirinya saat masih SMP.
Ren memberikan pukulan tinju pada d**a orang tersebut. Orang itu pun membalas Ren dengan pukulan yang mengenai bahu kiri Ren.
Ren kemudian memelintir orang tersebut untuk berniat menguncinya tetapi yang Ren dapatkan adalah sayatan dari pisau yang tiba-tiba orang itu keluarkan begitu saja dari sakunya.
Ren pun terluka di bagian ruas lengan atasnya. Ren meringis karena itu pengalaman pertamanya mendapat luka sebesar itu. kemudian orang itu menendang Ren hingga Ren terpental ke belakang dan terbaring di aspal jalan area kompleks itu. Kemudian orang itu akan menusuk Ren dari atas, Ren tidak tinggal diam ia pun menahan orang itu dengan kakinya membuat orang terpental ke atas kepala Ren yang terbaring, sekuat tenaga setelah membuat orang itu juga terpental karena tendangan yang Ren arahkan ke atas tadi. Ren bangkit dan orang itu juga sudah bangkit.
Orang itu kembali menyerang dengan sigap Ren menghindar dan menangkap tangan orang tersebut, dengan kekuatan otot tangan dan kaki Ren, ia kemudian membuat tangan orang itu patah setelah metahakannya dengan menekan di lutut milik Ren sambil memilinnya dengan sekuat tenaga.
Orang itu kesakitan, kemudian orang itu mengambil pisau miliknya tadi yang terjatuh lalu akan menusukkannya kembali pada Ren dengan tangan bebasnya. Ren yang menyadari itu, kemudian Ren merubah posisinya dengan berlindung di belakang tubuh orang itu, lalu pisau Ren arahkan pada perut orang tersebut. Kini yang tertusuk bukanlah Ren melainkan orang itu menusuk dirinya sendiri.
Orang itu seketika memegang perutnya karena terluka oleh tusukannya sendiri. Ren melepaskan orang tersebut, lalu ia membiarkan orang tersebut.
“Kau telah berurusan dengan orang yang salah,” ucap Ren lalu ia pergi meninggalkan tempat itu sebelum ada orang yang melihatnya.
Begitulah yang Ren ceritakan pada Aliana, Aliana terperangah tidak menyangka Ren bisa mengalahkan seorang penjahat dengan tangan kosong.
“Kau darimana bisa bela diri?” tanya Aliana penasaran.
“Aku ini belajar saat SMP, tapi tidak pernah kugunakan untuk berkelahi tetapi kemarin aku terpaksa,” jelas Ren, Ren memang memiliki tubuh kekar untuk ukuran anak SMA, tubuh Ren pun tinggi dan tegap tidak heran jika Ren bisa bela diri.
….
Ren sedang pasrah diseret oleh Aliana pergi ke rumah sakit, Aliana khawatir dengan luka di lengan atas tersebut, luka yang ia lihat saat ia membantu membersihkannya saat itu adalah luka besar yang menganga.
“Assamualaikum… permisi, tante Billa!” teriak Aliana dari pintu depan rumah tetangganya. Aliana sudah memencet bel beberapa kali tetapi belum juga ada yang membukankan pintu untuknya.
Kebetulan hari itu adalah hari dimana Aliana tidak kerja siang jadi ia bisa melihat Ren yang katanya sedikit terkena demam. Maka dari itu Aliana bergegas datang ke rumah tetangganya itu.
Mengetuk, memencet, bel dan juga berteriak sudah semua Aliana lakukan agar seseorang segera membukakan pintu untuknya.
“Assalamualaiku…! Permisi! Tante Billa! Ini Aliana…!” teriak Aliana lagi sedikit lebih keras tetapi nihil tidak ada satupun yang membukakan pintu untuknya. Hingga tiba-tiba ada timpukan yang Aliana rasa itu adalah buku tebal yang mendarat indah di atas kepalanya.
“Phuk!”
“AW! Siapa si…” kesal Aliana saat timpukan itu mendarat di atas kepalanya, ia ingin marah tetapi saat ia melihat orang yang berdiri di belakangnya dengan buku kedokteran tebal yang sudah menimpuk kepalanya tadi. “Ehehe maaf Bri,” ucap Aliana saat melihat Brian yang berada di belakangnya, pelaku yang sudah menimpuk kepalanya tadi.
Brian hanya melihat Aliana dengan tatapan datarnya.
“Bri boleh buka pintunya? Dari tadi aku memanggil dari sini tetapi tidak ada yang membukakan pintu aku kan jadi khawatir dengan Ren tante Billa juga tidak membukakan pintu ayo buka pintunya Bri,” ujar Aliana cepat, sangat cepat tanpa jeda. Ia gugup tetapi ia harus berbicara lancar jadilah ia berbicara dengan cepat tanpa jeda.
“Kau ini, Mama tidak ada, Ren pastilah dia tidur, menyusahkan saja di depan rumah orang syukur pintu rumah ini tidak rusak,” ucap Brian ketus.
Aliana yang diketusi oleh Brian hanya mencibirkan bibirnya, dan memutar bola matanya menurutnya Brian terlalu lebay jika ia sampai bisa merusak pintu rumah tersebut.
“Yasudah tinggal kau buka saja pintunya apa susahnya! Aku juga tidak akan menggangumu! Aku hanya ingin bertemu Ren, karena dia deman!” jelas Aliana dengan segara penekanannya .
“Minggir,” ucap Brian menyuruh Aliana yang berada di depan pintu untuk menyingkir.
“Heh! Tempat pin pintukan di situ sedangkan aku di dekat bel dari mana aku menghalangimu!” kesal Aliana tanpa sadar ia membentak Brian dengan keras karena kekesalannya.
Brian yang tidak ambil pusing memasukkan pin rumah tersebut dan kunci pintu terbuka. Brian kemudian ingin merah ganggang pintu tetapi keduluan oleh Aliana yang lebih dulu meraih ganggang pintu dan membuka pintu di depannya itu. Aliana dengan tanpa izin pun langsung masuk ke rumah tersebut dengan seenaknya.
“Hey kau tidak tau malu di rumah orang,” seru Brian karena Aliana sudah masuk ke dalam rumah.
Aliana mendengar ucapan Brian pun kesa. “Heh! Kau masuk ke rumahku tanpa izin dan seenaknya aku tidak marah, dan malah kau berbuat m***m di rumah kami! Dasar tidak tau malu,” balas Aliana yang tidak terima dirinya dikatai tadi.
Brian tidak bisa membantas ucapan Aliana karena memang benar adanya ia bahkan mengetahui pin pintu rumah mereka dan dengan mudah keluar masuk dari rumah tersebut.
Sedangkan Aliana tidak ambil pusing dengan Brian yang masih di belakangnya. Aliana kemudian mencari kamar Ren di lantai dua tempat berada 2 kamar di lantai dua itu. Dengan kekuatan ingatan dari Aliana ia mencari pintu kamar Ren dan dengan mudah menemukannya. Walau ia sudah lama tidak datang ke rumah itu.
(a)
….