Chapter 7

2891 Words
Cinta bisa datang kapan saja, dimana saja dan dalam kondisi apa saja. Kalian percaya cinta bisa datang dari hal konyol? "Dasar bos gila! Bos sialaaan! Siapa suruh berdiri di belakang gue. Haaaaaa sialaaann!" gadis bernama Elin itu baru saja di pecat karena sebuah kesalahan “fatal”. Kini berkat kesalahannya itu, dia harus menerima ganjarannya yaitu dipecat. "Kenapa lagi sih? Marah-marah mulu.! dan satu lagi. Kenapa Lo nggak pernah tetap sih kerjanya? Heran gue!?” ucap seorang gadis yang sedari tadi menemani Elin menikmati masa-masa kebebasan setelah dipecat. "Kayaknya nasib gue emang begitu deh Cha! Gak pernah lama kalau kerja. Lo bayangin aja? Masa baru seminggu udah didepak lagi gue.” "Emang ngapain sih Lo sama pak bos Lo itu ampe di pecat gitu?" Elin menatap mata Icha dalam. Dia ingin bercerita, tapi apa bakalan baik-baik saja. "Yakin Lo mau denger cerita gue? " "Yakin!  Emang separah apa? " "Oke! kalau Lo maksa ya gue bisa apa..!” ucapnya “Tadi pas istirahat, gue lebih milih dengerin musik di dapur sambil joget-joget dari pada ikut makan siang sama yang lain. Pas gue lagi ikutin Dancenya para oppa oppa keceh, gue inget kalau ada koreografi dancenya yang sambil nendangin kaki muter kebelakang. Lah gue coba dong. Eh mana tahu gue tu pak bos di belakang gue. Alhasil masa depannya gue hantam.!" ceritanya sembari meringiskan wajahnya mencoba mengingat kembali wajah tersiksa si bos tampan saat makan siang tadi. "Iuuuuwww! Parah Lo! Udah tahu tu bos mau nikah, Lo malah tendang asetnya. Mengancam masa depan orang ganteng aja sih lo!” Elin langsung tergelak waktu mendengar teman satu kerjanya itu berbicara. "Idih! Gila ni orang. Ketawa sendiri.!" "Hahaha! Lucu aja gue bayanginnya. ‘mengancam masa depan karena ditendang pegawai sendiri’ Hahahaha... " "Ih,  otak Lo ngeres.!" "Otak Lo juga! pokoknya gue sebel sama si bos sarap ituuuu" PRAAKK!! BUUKK!! "Aduh...!AAwww..!" "Mati gue.! Nah Lho? Nemplok ke siapa tadi tu kaleng?" *****  “Haaahh... “ suara helaan nafas kuat terdengar dari mulut Daniel. Sedari tadi lelaki itu duduk di taman, kerjaannya hanya melihat dan menghitung beberapa pasangan yang berlalu lalang di hapadannya. Malangnya nasib jomblo. Daniel melarikan pandangannya ke sampingnya, lelaki itu justru semakin terasa JoNes karena di sebelahnya tengah duduk pasangan yang sedang asik suap-suapan es krim sambil bercanda manis. Ingin rasanya Daniel mendorong es krim itu ke wajah si cewek karena saking kesalnya. Nggak tahu apa tentang hak-hak para jomblo. Saat lelaki itu melihat ke kanan, netranya menatap sepasang suami istri yang tengah bermain dengan anak mereka. “haaahh, melihat yang seperti ini lebih adem, lebih menyejukkan hati. Kan kalau gini ceritanya malah jadi pengen cepat nikah. Dunia emang nggak adil!” Daniel menengadahkan kepalanya ke atas menatap langit yang sudah mulai gelap padahal masih jam tiga sore. Sepertinya akan turun hujan. Itulah yang dia tangkap dari penglihatannya. Tapi walaupun begitu, taman yang berada cukup dekat dari rumahnya ini masih ramai dikunjungi orang-orang yang ingin bersantai. Contoh nya pasangan di kanan dan kirinya ini. Sedangkan di tempat lain, Iqbal yang tadi pergi bersama Agnes kini tengah berada di rumah pasangan Angel dan Mike. Bukan karena ada hal penting mereka ada di kediaman Angel dan Mike, hanya saja Agnes bilang dia sangat merindukan Angel. Jadilah Iqbal membawanya ke rumah wanita itu walaupun sejujurnya dia malas untuk datang ke sana. Kalian pasti tahu maksudnya. Karena setiap dia datang ke rumah itu, Mike pasti akan berubah menjadi anak usia lima tahun yang takut mainannya dicuri. Benar-benar menyebalkan. Seperti saat ini, Mike tengah menjaga istrinya super ketat. Bahkan dia tak mengizinkan Angel hanya untuk sekedar mendekati Iqbal maupun Andrew. Andrew? Iya, Andrew. Dia juga datang kerumah Angel karena istri pak dokter itu kembali merengek karena ingin memeluk bocah tampan tersebut. Lihatlah bagaimana kacaunya Mike saat Angel dengan gemasnya memeluk lelaki kecil nan tampan itu. Mike bahkan dengan kesalnya menarik tubuh Angel dan membawanya kepelukannya sendiri. “Dasar suami kurang kerjaan Lo.!” sinis Iqbal yang langsung mendapatkan tatapan mematikan dari Mike. “mending gue dari pada Lo. Jomblo sekarat Lo..” “Enak banget Lo ngomongnya Tong!..” “Lo buluk gak laku makanya...” “ dasar kutu kerbau Lo! nah yang satu itu cocok noh buat Lo,! Bini Lo kerbau kan Lo kutunya! hahahhaha” BUUKKKKK “Kak Iqbal!” Agnes seketika berteriak saat gadis itu melihat Iqbal kejengkang dengan tak tampannya karena timpukan bantal kursi dari Mike. “mmm! Mampooss Lo! ngatain Angel kerbau sekali lagi gue bedah Lo..” geram Mike membuat Angel tertawa ngakak dalam dekapan Mike. “Haaahh.! kalau udah kumpul begini, capek Delia tu sama kakak berdua. Beranteeeem aja kerjaannya. Gak pernah akur walaupun hanya sedetik.” Keluh Delia. Gadis itu lalu mendekat pada Andrew, menarik tangan sahabatnya itu untuk berjalan menuju meja makan yang kini sudah dipenuhi oleh banyak makanan enak. ***** Lama duduk di taman itu, Daniel melilih membeli cemilan kacang rebus yang tadi dibelinya dari penjual lewat. Sebenarnya Daniel tak terlalu suka kacang rebus, hanya saja penjual kacang tersebut seorang kakek yang jangankan buat menjunjung loyang kacang, buat jalan saja dia kesusahan. Jadilah Daniel membeli semua jualan kakek tersebut dan membagikannya pada anak-anak jalanan maupun para pengamen yang sedang beristirahat dan menyisakan satu bungkus untuknya. Dalam benaknya, Daniel cukup berbangga diri. Walaupun dia Jomblo, tapi dia masih punya hati untuk membantu orang kesusahan. Daniel membuka satu bungkusan kacang yang tadi tersisa untuknya. Menggigit kacang tersebut dan membelahnya. “sepertinya ini e......” BUUUKK!! “Awwwww....!” Daniel mengiris sembari menatap miris kacang yang tadi dia buka kini tergeletak tak berdaya di atas tanah sambil ditemani sebuah kaleng yang tak tahu tadi terbangnya dari arah mana. “Mati gue. Mas! mas maaf mas saya nggak sengaja, sungguh...” Daniel memutar tubuhnya kebelakang sembari masih memegang kepala sebelah kirinya yang tadi ditimpuk kaleng nyasar tersebut. “YAAA!! Punya mata nggak sih Lo! kalau lempar kaleng, noh tong sampah gede noh!! mata Lo kemana?” bentak Daniel membuat gadis itu sedikit tersentak. Bukannya takut, Elin justru meniup rambut depannya kasar. “Hey Mas.! Tadikan saya sudah minta maaf. Lagian ngapain juga Lo nangkring di sana!? Kurang piknik ya Lo? Bangku di sini banyak, Lo nya malah mojok di pepohonan gini. Jomblo jangan diperjelas dong.!” ledeknya. Sedangkan Icha mencoba melerai Elin untuk tak terlanjur berkelahi. ‘Apa? Apa katanya? Kurang piknik? Jomblo? Waaahh minta di sleding bolak-balik ni cewek...!” “Woi Bar-bar. Lo...” “Bar-Bar.? lo kata gue Barbarita Lo panggil Bar bar. Gue punya nama dan nama gue tu Elin. Lo catet noh di otak Lo nama gue ELIN.” Kesal Elin sembari menekankan suara tepat pada bagian namanya. “gak peduli gue nama lo siapa. mau Elin kek, Elon kek, Beklin atau beklon kek gue nggak peduli. Yang jelas Lo itu udah ngerusak kebersihan lingkungan.!” “eh? Ngerusak dari mana.?” “Elin Udah. jangan dilawan lagi.!” lerai Icha sambil menarik tangan Elin, tapi Elin justru menepis tangan temannya itu kasar. “Bentar cha, gue ngep kalau ketemu cowok kayak gini...” “Jiaaahh.! Sok banget Lo jadi cewek.!” Selengek Daniel. “Kalau gue sok emang Lo mau apa? Lagian Itu kaleng juga bukan punya gue. Asal Lo tahu, tu kaleng ngalain jalan gue, udah untung gue singkirin ke tepi! ya mana gue tahu tu kaleng bakalan jeplak kepala Lo..” Daniel mendengus kesal. Lelaki itu sungguh emosi setengah mati. Dia merasa sudah menjadi manusia paling menyedihkan didunia untuk saat ini dan Kalau ada kategori manusia tertampan yang menyedihkan di dunia, mungkin dia akan masuk nominasi. Gimana nggak. udah Jomblo, jalan-jalan ketaman sendirian, kanan kiri orang mesra-mesraan, sekalinya bisa merasa bahagia karena bisa menikmati kacang rebus walaupun dia tak terlalu suka malah digeplak kaleng. Kurang apa lagi coba. Daniel berjalan mendekati kaleng tersebut, menjangkaunya dan berjalan mendekati gadis yang tadi melemparkan kaleng itu padanya. Daniel sudah berdiri sejajar dengan gadis tersebut. Ada wajah khawatir dan takut terlintas di ekspresi Elin. Bukan hanya Elin, Icha pun yang tadi bersama Elin juga tampak ketakutan. “Lin, udah yuk pulang! Mas maafin teman saya ya.!” Daniel menatap gadis yang baru saja bicara itu lamat. Daniel seketika tersenyum lembut padanya dan kembali berwajah sangar saat tatapannya beralih pada Elin. “eh kagak! apaan.! nggak mau gue udahan gitu aja! Bukan gue pemilik kaleng itu. Lagian ngapain lo senyam-senyum kayak gitu ke temen gue? p*****l ya Lo?” Giiilaaa.  gue dikatain p*****l! tampan gini dibilang p*****l. “Sialan Lo! berapa umur Lo ngatain gue p*****l?" "nah trus apa tu namanya kalau bukan p*****l? senyum Lo itu udah kayak penjahat kelamin tahu nggak." "Elin!" bentak Icha yang masih berusaha melerai Elin. "biarin aja kali Cha! ni cowok harus di kasih pelajaran...!!" "males gue debat sama Lo. Sekarang biar kita impas! Iya udah kalau bukan Lo pemiliknya.” TAAAKKK “kita Impaskan...!?” Elin melongo tak percaya saat Daniel melempar balik kaleng tersebut tepat mengenai kepala kirinya. “Awww. gila ya Lo.!” “Lo yang gila! setidaknya kita impas. Bye!” Daniel segera beranjak dari tempatnya berdiri menyisakan Elin yang masih mencak-mencak karena memosi dan Icha yang berusaha menenangkan gadis tersebut. “DASAR COWOK SINTING KASAR SIAALAAAAAAAAAN!!! AWAS LO YA, SAMPAI p****t AYAM BISA NUNJUK LANGIT PUN GUE NGGAK BAKAL MAU MAAFIN LOOOOOO!!” Daniel mendengar suara teriakan Elin, tapi lelaki itu tak mau ambil pusing. Bahkan Daniel hanya membalas umpatan si gadis tersebut dengan menunjukkan jari tengahnya sembari terus berjalan. Sesampainya di rumah, Daniel segera mematut dirinya di cermin. Daniel meringis saat melihat kepalanya bejol karena pukulan kaleng di taman tadi. “Ahhhh.! iissshhhh. sialan tu cewek.! Niat cuma jalan-jalan aja malah berakhir bengkak kayak gini.” ringisnya lengkap dengan umpatan terindahnya.. “awas aja Lo! Ketemu gue lagi, gue beri lo perhitungan!” geram Daniel mengepalkan tangannya. Setelah memasangkan plester pada bagian bengkak yang sedikit tergores di kepalanya itu, Daniel langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang besar miliknya. Daniel masih mengingat kejadian di taman tadi. Bukan Elin yang menjadi pengisi pikirannya saat ini, tapi teman gadis itu yang tadi berusaha melerai dirinya dengan gadis bar bar itu untuk tak sampai adu jotos. “Cha? Icha-kah? Ocha-kah? Cantik...!” bisik Daniel dengan senyum mengembang di bibirnya. ***** Elin baru saja selesai menyegarkan tubuhnya dan kini tengah membaringkan diri yang kelelahan di atas ranjang kecil di kamar kosnya. Elin kembali mengingat bagaimana kehidupannya selama ini. Orangtua yang tak mempedulikannya. Hidup di kota yang tingkat bahayanya sangat besar seorang diri. Tapi ya Elin harus bersyukur. Setidaknya dia masih memiliki tempat tinggal. Beginilah hidupnya. Wajah cerianya hanya topeng. Dalam hatinya gadis itu sungguh hancur. Bahkan dia sangat iri dengan Icha yang punya keluarga yang sangat lengkap. Bukannya keluarga Elin tak lengkap, hanya saja dia sungguh kekurangan kasih sayang dari orangtuanya di kampung. Lelah beraktivitas seharian dan juga baru saja kehilangan pekerjaan membuat Elin sungguh ingin mengistirahatkan tubuh sepenuhnya sekarang. Setelah mengucapkan beberapa doa, diapun akhirnya tertidur pulas.   Hari ini Agnes baru saja selesai mengadakan study tour sekolahnya ke kota tua dan kini gadis itu tengah berada di dalam mobil bersama Iqbal. Ada yang aneh yang Agnes rasakan sesaat setelah dirinya masuk ke dalam mobil. Iqbal yang hanya diam dan tak bersuara. Apa masih gara-gara masalah kostum? – batin Agnes bertanya. Pasalnya saat tadi pergi Iqbal juga dihebohkan dengan pakaian Agnes yang katanya sangat terbuka, padahal gadis itu menggunakan dress selutut dengan lengan yang panjang. Apa masih karena itu Iqbal marah? Namun tanpa Agnes ketahui, ada sebuah himpitan besar dihati Iqbal sekarang, himpitan yang membuat Iqbal bungkam dan tak sanggup berkata-kata. FLASHBACK Iqbal sudah sampai di kota tua untuk menjemput Agnes. Gadis itu tadi menelponnya agar dijemput di tempat janjian Iqbal menurunkan Agnes tadi pagi. Iqbal memarkirkan mobilnya di parkiran yang sudah disiapkan untuk pengunjung. Lelaki itu mencoba terus menghubungi Agnes tapi tak di jawab oleh gadisnya. Merasa cemas, Iqbalpun berjalan ke dalam dan mencoba bertanya pada beberapa orang apa siswa study Tour dari SMA Karang Taruna sudah pulang? Tapi yang didapatkan Iqbal bukannya jawaban tapi netranya menangkap sosok Agnes yang saat itu tengah berdua bersama seorang lelaki. Iqbal menatap kedua orang itu tajam bahkan tatapan lelaki itu semakin menggelap saat Iqbal melihat Agnes berpegangan tangan dengannya. Iqbal sungguh geram. Lelaki itu sangat ingin melayangkan bogem mentahnya pada cowok yang kini dengan santai menggenggam tangan Agnes. Apalagi senyum si cowok yang tak pernah hilang saat menatap gadisnya itu. Merasa tak terima, Iqbalpun memilih mendekat tapi tetap masih bersembunyi. “Kamu mau kan Nes?” Jantung Iqbal berdegup cukup kencang. Bukan karena dia gugup karena takut ketahuan menguping, Tidak. Tapi karena Iqbal melihat tatapan Agnes berbeda. Dia menatap lelaki itu dengan tatapan yang berbeda. “Hmm. Gimana ya Ren, bukannya nggak mau tapi aku...” “Pliiss.. aku tahu kamu bakalan mau? Kita dekat selama ini, bahkan di kelaspun dan saat makan siang dikantin pun kita selalu sama-sama. Pliisss!” Kali ini ketakutan Iqbal semakin menjadi, apalagi Agnes yang tak kunjung menjawab. Tapi semuanya sudah jelas sekarang saat Iqbal menangkap sebuah anggukan kecil dari kepala Agnes. Kecewa! Itulah yang lelaki itu rasakan. Dia tak tahu apa yang akan dia lakukan setelah ini. Entah dia harus meneriaki Agnes atau apakah dia harus menghajar lelaki yang kini resmi menjadi kekasih Agnes itu. Mereka sudah jadian kan? – batin Iqbal bertanya. Tapi mencoba menelisik ke belakang, Agnes yang kadang menolak perhatiannya dan Agnes yang meragu akannya dan Agnes membuat Iqbal menjadi menguatkan asumsinya kalau sebenarnya Agnes tak mencintainya seperti yang orang-orang katakan padanya selama ini. “Apa ini jawaban kamu atas semua ini Nes? Uluran tangan kamu waktu itu, apa hal itu juga bohong?” bisik Iqbal lirih. Iqbal membalik tubuhnya saat indranya melihat sepasang kekasih itu tengah berpelukan hangat. Bahkan Agnes membalas pelukan ‘pacar barunya’ tersebut. “dan sekarang aku yang akan menyerah untuk mengejarmu.” Setelah kembali ke mobil, Iqbal lebih memilih berdiam diri di sana, meratapi percintaannya yang tak sejalan. Sampai Agnes tiba dan masuk dengan wajah yang seolah tak terjadi apa-apa. FLASHBACK OFF “kak Iqbal kenapa?” tanya Agnes masih dengan ekspresi polosnya. Iqbal tak menjawab, justru netra lelaki itu tengah menatap sebuah pengendara sepeda motor yang baru saja lewat di depan mobilnya dan dia tahu siapa pengendara itu. Pacarnya Agnes. Kecewa dan terluka sebenarnya yang Iqbal rasakan saat dirinya mengatakan kalau sipengendara motor itu sebagai pacarnya Agnes, tapi itulah kenyataannya sekarang. Kenapa Agnes masih memilih pulang dengannya? Kenapa tak dengan lelaki yang baru saja menjadi kekasihnya itu.? - Batin Iqbal kecewa. “Kak Iqbal?” sapa Agnes lagi membuat Iqbal terkejut. “Eh?” “kak Iqbal kenapa? Sakit?” tanya Agnes bingung. “Nggak..! udah? Pulang yuk!” Iqbal mencoba untuk tersenyum menanggapi Agnes. Seolah tak paham atau memang tak paham, Agnes justru menjawab ajakan Iqbal dengan senyum. Setengah jam waktu yang Iqbal pakai untuk mengantarkan Agnes ke rumahnya.  “sampai. aku langsung pulang ya! ” “Eh? Kakak nggak mau ketemu kak Daniel dulu?” “nggak usah, Lagian udah malam juga kan..” “ya udah! Agnes masuk ya...! makasi kakaaakk..^^” “Un. Mimpi indah ya.!” Agnes segera keluar dari mobil Iqbal. Gadis itu melompat kegirangan dan itu sungguh membuat Iqbal sakit. Iqbal meraih sebuah kotak kecil di kantong jaketnya. Kotak beludru berwarna merah hati dengan sepasang cincin bermata berlian kecil di tengah. Iqbal melepas nafasnya kasar dan melempar cincin itu ke samping bahkan kotak tersebut terbentur dan jatuh ke bawah. Tak ada gunanya dia menyimpan cincin itu lagi. Semua sudah berakhir, Agnes bukan miliknya. Perhatian dan rasa sayang yang dia berikan pada gadis itu ternyata tak sampai membuat Agnes tahu kalau dirinya sangat mencintai Agnes. ***** Elin kini tengah duduk di taman belakang kampusnya. Duduk di sini sendirian dan hanya ditemani semilir hembusan angin dan aroma dedaunan membuat hatinya nyaman. Dia lebih suka seperti ini daripada berkumpul bersama teman-temannya. bahkan Icha sendiri tak tahu dia yang seperti ini. Jika harus jujur, Elin tak pernah percaya pada apapun dan siapapun, bahkan pada kedua orangtuanya. Ada banyak rahasia yang mereka sembunyikan dari dirinya. Entahlah... Bahkan Elin sendiri tak tahu rahasia apa itu, hatinya hanya menerka. Saat gadis itu tengah santai menikmati sapaan angin dikulitnya, Indranya seketika menangkap sosok cowok yang membuatnya kesal beberapa hari yang lalu. "Itu kan???" Elin mencoba menajamkan pandangannya. Benar! Itu cowok itu. Elin tak mungkin salah orang. Sambil merutuk Elin mendekati Daniel yang tengah tidur telentang di atas rerumputan dengan telinga yang ditutupi headset. Daniel belum menyadari kalau Elin kini sudah berdiri di sebelahnya yang tengah tertidur. Dengan seringai jahilnya, Elin membuka tutup air mineral miliknya yang masih setengah habis. Tapi saat Elin hendak menuangkan pada wajah Daniel, lelaki itu langsung membuka matanya dan sontak langsung menghindar saat air itu hampir mengenai wajahnya. "Lo!?" Merasa tak percaya dengan siapa yang ada di depannya, Daniel seketika berdiri. "Iya gue...  Kenapa?" "Ngapain Lo di sini? Intilin gue Lo ya?" "Ih Ogah. Ngapain juga gue intilin Lo." "Trus ngapain Lo di kampus gue.?" tanya Daniel masih belum percaya. "Kampus Lo? Helloww!  Ini kampus gue juga. Jangan-jangan...." "Uwaah!  Gak rela gue bisa sekampus sama cewek bar bar ini.! " "Eh Lo pikir gue rela satu kampus sama Lo." "Ya udah kalau Lo nggak mau, cabut Lo dari sini." "Oke gue bakalan pergi. Tapi..." BYUUURR.. Daniel basah hanya dalam beberapa detik saja. Elin berhasil menyiramkan air itu pada Daniel. "Itu buat ganti kepala gue yang Lo teplokin Kaleng." "CEWEK BARBAR SIALAAAANNN! " Teriak Daniel geram. "Nama gue Eliiiinn.! sukurin Lo! " Erin berseru sembari berlari kencang. Gadis itu merasa puas sudah mengerjai Daniel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD