Sore itu Agnes baru saja selesai merapikan beberapa buku yang tadi diambilnya di rak perpusatakaan. Perpustakaan sekolah sudah kosong. Tak ada lagi siapapun termasuk guru penjaga.
Sebenarnya Agnes diizinkan bebas keluar masuk pustaka oleh guru penjaga karena mereka bilang mereka semua percaya pada Agnes.
Setelah di rasa rapi, Agnespun segera bergegas keluar dari sana dan mengunci pintu setelah sebelumnya Agnes menerima pesan dari Iqbal kalau lelaki itu sudah menunggu di perkiran.
Saat berjalan di lorong kelas, Agnes merasakan ada yang mengikutinya. Membuat gadis itu seketika mempercepat langkahnya. Suara derap langkah di belakang Agnes semakin terdengar kuat. Agnes ketakutan dan segera meraih ponselnya, mengetik sesuatu lalu menggenggamnya erat.
Agnes masih mencoba berlari sekencang mungkin, saat tiba-tiba saja gadis itu merasakan sebuah tangan membekap mulutnya. Agnes mencoba memberontak, tapi suaranya seolah tertelan oleh bekapan tersebut. Sedangkan ponsel yang tadi dipegangnya terlepas dan jatuh ke lantai.
TIIINGGG
Iqbal yang tengah menunggu di dalam mobilnya dikejutkan dengan dentingan ponsel miliknya yang tadi diletakkan Iqbal di atas dasboard mobil.
Lelaki itu meraih ponsel tersebut dan mengusapnya. Keningnya berkerut karena si pengirim pesan, tapi hanya sebentar karena setelah itu mata Iqbal langsung membola kaget bercampur cemas..
My Sweety Agnes❤
Kakak Tolong
Hanya dua kata itu yang Agnes kirimkan tapi sukses membuat jantung Iqbal berpacu cepat dan kecemasan lelaki itu meningkat drastis saat dia mencoba menghubungi Agnes tapi tak dijawab oleh gadis tersebut.
Iqbal mengumpat kuat, pintu mobilnya dia tutup dengan cukup kasar lalu berlari ke dalam sekolah. Entah ruangan mana yang harus dia datangi lebih dulu. Iqbal tak tahu kelas Agnes dimana.
"TOLOOONG!" Iqbal tercenung saat mendengar sebuah teriakan minta tolong dan itu berasal dari lantai dua. Dengan cepat Iqbal segera melangkahkan kakinya menuju sumber suara.
"AGNEEESS!" Iqbal berteriak sekeras mungkin.
*****
"AGNEEEES!" Agnes mendengar teriakan Iqbal saat penjahat itu terus saja berusaha membuka pakaian Agnes.
Setelah disekap, Agnes di bawa ke sebuah ruangan yang Agnes tahu itu kelasnya. Agnes mencoba terus berontak sampai dia berhasil berteriak tolong.
Tapi sepertinya Agnes harus pasrah karena setelahnya penjahat yang tadi menyeret Agnes ke dalam langsung membekap mulut gadis itu dengan plester begitupun dengan tangan Agnes.
Agnes mencoba terus berteriak dan melawan walaupun itu terasa sia-sia. Agnes menjerit tertahan sejadi-jadinya bahkan air mata gadis itu sudah tak terhitung lagi berapa banyak keluarnya saat penjahat yang agnes tebak seorang pria itu mencoba membuka kancing kemejanya sampai semua kancing itu terlepas.
Kak Iqbal toloooong...! Tolong kaaakkk....! Batin Agnes meratap.
"Sekarang Lo bakal rasain. Makanya jadi cewek jangan belagu Agnes." ucap suara Bass pria itu membuat Agnes bergidik ngeri dan semakin ketakutan.
Pria itu mengeluarkan gunting dari saku celananya dan mengarahkan gunting itu ke Bra Agnes.
Agnes menggeleng kuat.
"Mmmmmm—mmmmmn—mmmmmm" hanya itu yang bisa Agnes teriakan karena mulutnya yang memang dibekap kuat.
TEEKK..
Pria itu berhasil memotong Bra yang Agnes kenakan dari depan, menyingkirkan satu persatu penutup yang p******a miliknya.
JANGAAANN...JANGAAAN..KAK IQBAAAAALLLL.....
BRAAAKKK!!!!
"b******k!!!"
Iqbal kalap saat netranya melihat Agnes yang tampak kacau dengan mulut dibekap dan tangan diikat, serta tubuh atasnya yang tak tertutup sedikitpun.
"b******n! LO APAIN CEWEK GUE b******k!!!" tak peduli lagi jika lawannya akan mati, Iqbal terus melayangkan bogemnya pada pria tersebut.
Iqbal langsung menarik topeng yang tadi dipakai lelaki itu dan mendapati Adrian cowok yang pernah menghajarnya dulu ada di depannya.
"SETAN LO! b******k! ANJING LO SETAN!!! "
Emosi Iqbal semakin memuncak. Iqbal menggunakan Teknik silat yang dia pelajari selama ini, dengan emosi Iqbal membanting bahkan menedang Adrian tanpa ampun membuat lelaki itu tak sadarkan diri.
Iqbal segera mendekati Agnes yang kini tengah terduduk di kaki meja. Melepaskan bekapan pada mulut gadisnya itu. Hati Iqbal sungguh perih melihat kondisi Agnes yang mengenaskan.
Iqbal ingin merangkul Agnes dalam dekapannya, tapi apa yang dia dapatkan. Gadisnya itu meronta ketakutan bahkan berteriak histeris.
"JANGAAN. JANGAN SENTUH AGNES!! JANGAAAAANNN...!!"
"Agnes! Agnes ini aku Nes, Iqbal! Agnes buka mata kamu! Ini aku Iqbal.!” Agnes terus saja memberontak.
"Jangan sentuh Agnes. Jangaaann! aaaaaaa!"
"Nggak! Nggak! ini kakak Nes? Iqbal. Buka dulu mata kamu sayang, Agnes ini Iqbal. AGNES!!" ucap Iqbal yang akhirnya membentak membuat Agnes terkejut dan langsung membuka matanya.
Saat netranya melihat Iqbal tengah duduk di depannya, Agnespun langsung berhamburan memeluk lelaki itu dan meraung sejadi-jadinya membuat Iqbal ikut menangis. Hatinya sungguh sakit.
"b******k!!" umpat Iqbal. Dia tak akan bisa membiarkan Adrian hidup.
Iqbal seketika berdiri membuat Agnes yang masih ketakutan langsung menahan tangannya.
"Kakak! hikss hiikks mau kemana?!" tanya Agnes terbata-bata karena isakannya.
"Kamu disini dulu, aku mau habisin lelaki b******k itu.!" Agnes segera mengeratkan genggamannya pada pergelangan tangan Iqbal membuat Iqbal seketika melirik tepat ke mata Agnes.
Agnes menggeleng kuat "jangan Kak.!"
"Tapi Sayang..."
"Nggak! Jangan bunuh Adrian. Kalau dia mati kakak akan dipenjara. Aku belum siap kakak pergi dari aku..." lirih Agnes.
Iqbal melirik tubuh Agnes yang terbuka dan lagi-lagi membuat hatinya sakit.
Iqbal tak membawa jaketnya. Lelaki itu segera berjongkok dan memasang kembali kemeja Agnes.
Iqbal menggendong Agnes di depannya.
"Tekan tubuh kamu ke aku.!" perintah Iqbal yang langsung dituruti oleh Agnes. Agnes memeluk leher Iqbal erat dan menekankan tubuhnya pada Iqbal tak peduli jika dadanya yang tanpa bra akan menekan d**a Iqbal juga.
Jika kondisinya baik, Iqbal sudah pasti akan tergoda, tapi saat ini kondisinya tak memungkinkan untuk lelaki itu tergoda. Yang ada dia justru ingin menangis lagi.
"Makasi kak. Makasi udah datang cepat." bisik Agnes tepat di depan leher Iqbal.
Tak ada jawaban dari Iqbal membuat Agnes seketika berfikiran buruk. Apa sekarang Iqbal jijik dengan dirinya.? Apa di mata Iqbal sekarang dia sudah kotor? Andrian sempat merenyentuh p******a nya tadi.
"Kak Iqbal..."
"Diam Agnes...!"
Seketika Agnes merasakan hatinya bagai tersayat. Jawaban dingin dari Iqbal membuatnya tersadar kalau dia akan dicampakkan kembali. Iqbal akan membuangnya, membuang dirinya yang sudah kotor layaknya kertas usang yang tak terpakai.
Dalam diam dan tanpa Iqbal ketahui, Agnes kembali menangis. Menangis dalam diam yang sangat menyakitkan.
"Aku siap kak. Aku siap kalau kakak ingin menginggalkanku. Setidaknya kakak pernah memberiku kisah manis yang bisa kukenang sampai akhir nanti."
Iqbal sudah sampai pada mobilnya, membuka pintu penumpang dan mendudukkan Agnes di sana. Iqbal juga membantu gadis itu memasang Seatbeltnya sebelum dia ikut menyusul duduk di bangku sebelahnya.
"Kak!" Agnes mencoba mengajak Iqbal untuk kembali bicara bahkan dia menyentuh lengan Iqbal.
"Tidurlah.! Aku akan mengantarmu pulang." hanya itu jawaban yang Iqbal berikan membuat hati gadis itu kembali meratap.
Agnes memilih melirik keluar jendela saat Iqbal lebih memilih kembali diam dan fokus pada laju mobilnya.
Lagi-lagi Agnes hanya bisa menangis kembali dalam diam. Sebisa mungkin Agnes menyembunyikan isaknya.
Perjalan dari sekolah menuju rumah yang biasa Agnes tempuh sebentar, kini terasa sangat jauh padahal jalanan tak macet sama sekali.
Iqbal masih betah dengan keterdiamannya membuat Agnes bingung harus bertindak seperti apa. Dikondisinya saat ini, dia sangat ingin memeluk Iqbal, meratap dalam pelukan lelaki itu. Tapi kini dia harus menggigit jari. Karena mungkin mulai hari ini, Iqbal akan menjauhinya, tak mau lagi menatapnya dan akan menjadikannya sebagai gadis yang menjijikkan.
Tanpa melihat ke arah Agnes, Iqbal meraih jaketnya yang ada di kursi belakang dan menyerahkannya pada Agnes.
"Pake ini!" perintah Iqbal masih dalam nada dinginnya.
Apa sebegitu menjijikkannya aku sekarang di mata kakak? Bahkan untuk melihatku saja kakak nggak mau.
Untuk beberapa saat Agnes menyesal sudah mengirimkan pesan itu pada Iqbal. Untuk beberapa saat Agnes menyesal sudah membawa Iqbal dalam kondisinya saat ini.
Mobil yang dikendarai Iqbalpun akhirnya sampai di depan rumah Agnes.
Saat Iqbal hendak turun, Agnespun segera mencegahnya.
"Nggak apa-apa kak! Agnes bisa sendiri..!" ucap Agnes membuat Iqbal terdiam kaku. "Oya, jika kakak jijik sama Agnes, bicaralah. Jangan diam.!"
BAAANG!
Iqbal tercenung mendengar kalimat yang keluar dari mulut Agnes.
"Nes..."
"Makasi ya udah nolong Agnes...!" gadis itu seketika keluar dengan cepat dan segera berlari ke dalam rumahnya.
"AAAAAAGGGGRRRR!!! Bukan itu maksud aku sayang! Aku hanya sedang menyumpahi diriku sendiri karena sudah menjadi lelaki bodoh yang tak bisa melindungi gadis yang aku sayang. Kamu salah paham Nes!" lirih Iqbal yang tentu tak akan bisa didengar oleh Agnes.
Agnes berlari kedalam sembari menangis. Daniel yang tengah asik menonton TV pub seketika terkejut melihat kondisi Agnes yang tampak sangat kacau.
"Dek? Agnes.."
BAAAMMM
Agnes membanting pintu kamarnya kuat dan menguncinya tak peduli gedoran bahkan bentakan keras dari kakaknya terdengar begitu memekakkan. Agnes tak mempedulikan itu. Dalam otaknya sekarang yaitu mengguyur tubuh kotornya di bawah pancuran shower.
Agnes berlari menuju kamar mandi, menghidupkan showernya dan langsung terduduk meratap bahkan memekik kuat membuat Daniel semakin cemas. "Agnes buka pintunya!!" teriak Daniel dari luar. Bukannya membuka pintu tersebut, Agnes justru semakin memekik kuat mengusap semua tubuhnya dengan kasar menggunakan brush mandi sampai kulit gadis itu merah bahkan ada yang sampai luka.
Iqbal yang kini tengah berdiri di depan pintu rumah Aqnes langsung terkejut saat lelaki itu mendengar teriakan Daniel sekaligus suara gedoran yang cukup keras.
Dengan cemas Iqbal langsung berlari ke dalam dan mendapati Daniel yang tengah panik sembari terus menggedor-gedor pintu kamar adiknya.
"Dan.!?" panggil Iqbal dengan wajah yang sama kacaunya dengan Agnes. Daniel yang melihat keberadaan Iqbal dirumahnya segera menarik krah baju Iqbal.
"b******k!! Lo apain adek Gue? LO APAIN AGNES, b******k!"
"BUKAN GUE! bukan gue yang bikin Agnes kayak gitu."
"Kalau bukan Lo siapa lagi..!!"
"Lo ingat! Temen sekolah Agnes yang lo bilang calon imamnya Agnes? Dia nyaris perkosa Agnes, DIA YANG BIKIN AGNES KAYAK GINI, BUKAN GUE!" ucap Iqbal balas membentak membuat Daniel tercenung dan langsung melepaskan cengramannya di baju Iqbal.
Daniel seketika terduduk. Lelaki itu kini diselimuti emosi. Bahkan dalam hatinya sekarang dia ingin membunuh Adrian.
"BRENGSEEEK..! SIALAN!" teriak Daniel sambil meninju lantai.
Iqbal melihat itu dengan tatapan dinginnya. Tak ingin berlama-lama dengan Daniel. Iqbal segera mengambil ancang-ancang untuk menendang pintu kamar Agnes dan entah itu memang kebetulan atau Iqbal yang ahli bela diri, pintu yang tadi di tendang Iqbal langsung terbuka.
Iqbal langsung berlari kedalam, tepatnya menuju kamar mandi dan mendapati Agnes yang sudah basah kuyup dan pucat tengah menggosok tubuhnya kuat. Tatapan gadis itu kosong.
Tak peduli dia akan basah, Iqbal segera mematikan Kran shower, meraih handuk yang tergantung dan melilitkannya pada tubuh Gadisnya.
"Agnes takut. Jangan tinggalin Agnes1 Jangan jijik sama Agnes.! Janganmmmmm...."
Iqbal membekap bibir Agnes dengan bibirnya, melumat benda kenyal yang sudah dingin memutih itu. Hati dan pikirannya sungguh tak kuat melihat Agnes seperti ini. Apalagi mendengar Agnes yang memohon agar dia tak meninggalkan gadis itu.
Agnes seketika menegang saat bibir Iqbal melumat bibirnya lembut. Agnes tak melawan. Gadis itu justru menerimanya. Dia ingin Iqbal melenyapkan semuanya yang Adrian tinggalkan ditubuhnya tadi.
Ada yang bertanya dimana Daniel? Ketahuilah saudara saudara, lelaki itu kini tengah berdiri dengan wajah bodohnya di depan pintu kamar mandi Agnes.
Dengan ekspresi bodohnya, Daniel menyaksikan adik dan sahabatnya itu tengah b******u mesra. Padahal suasana yang tadi begitu tegang membuatnya nyaris jantungan dalam sedetik berubah menjadi tontonan dewasa yang nyaris membuatnya menyesal jadi Jomblo.
"Setidaknya kalau ingin berciuman beritahu aku dulu!!" teriak Daniel. Lelaki itu mendengus sebal dan langsung berlari keluar.
Sedangkan Agnes kini malah tengah menyembunyikan wajahnya pada d**a bidang Iqbal karena sudah kepergok berciuman oleh kakaknya.
Agnes kembali terisak. Dijauhkannya wajah Agnes dari dadanya, menatap mata yang sudah bengkak itu dan mengusapnya lembut.
"Jangan pergi kak! Jangan jauhin Agnes! Agnes nggak tahu jika...."
"Ssssttt... Sayang, nggak ada yang akan jauhin kamu..." ucap Iqbal lembut.
"Tapi tadi kakak...hikkss..."
"Aku minta maaf. aku masih shock sayang. Tapi percayalah Aku shock bukan karena jijik sama kamu atau apapun yang buruk, nggak. Aku merasa bodoh karena tak bisa melindungi gadisku sendiri. Aku bodoh karena tak bisa menjagamu, aku..." Ucapan Iqbal terhenti saat Aqnes tiba-tiba berhamburan ke pelukannya. Iqbal menegang seketika.
Jantungnya berdetak semakin tak karuan saat handuk yang dia lilitkan pada Agnes tadi terlepas. Memperlihatkan seragam Agnes yang tembus memperlihatkan tubuhnya yang memang tak menggunakan bra. Jika tadi kondisinya tak memungkinkan dia untuk bereaksi, tapi sekarang? Sekarang berbeda. Sekarang kondisinya hubungan mereka sudah membaik dan otak m***m lelaki itu sedang diuji.
"Sa...sayang..."
"Hilangkan ini kak...!"
"Eh?"
"Hilangkan jejak Adrian di tubuh Agnes.!"
Deg...
Iqbal mematung. Tubuhnya menegang dan jantungnya berpacu hebat.
"Sa... Sayang..Agnes ini...."
"Agnes mohon kak! Jangan biarin bayang-bayang Adrian menghantui Agnes terus." Iqbal melepaskan pelukan Aqnes dari tubuhnya. Otomatis membuat bayangan tubuh Agnes mencetak jelas di pakaian basahnya.
"Shiitttt!" umpatnya pelan.
"Please kak.!" Ucap Agnes kembali memohon. Iqbal mengacak rambutnya gusar. Ditatapnya tubuh Agnes yang penuh bekas gosokan brush mandi yang dilakukan gadis itu tadi. Seketika hatinya serasa dicubit melihat hal itu.
Tanpa pemberitahuan, Iqbal langsung menggendong Agnes ala bridal style menatap mata dan d**a Agnes secara bergantian membuat Agnes malu.
Iqbal terus merapalkan umpatan dalam hatinya. Jujur dia sungguh tak kuat sekarang. Jika berhadapan dengan Agnes, tubuhnya seketika melemah.
Iqbal merebahkan tubuh Agnes di atas ranjang gadis itu. Iqbal seketika berdiri dan menatap Agnes lekat dari atas sampai bawah. Agnes yang ditatap seperti itu hanya bisa malu dan menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
"Shiitt.! Ini cobaan terberat buat aku sayang..." Iqbal menutup tubuh Agnes dengan selimut membuat Agnes sedikit kecewa.
Bukan ini yang dia mau "Jangan berpikir buruk sayang.! Aku bukan lelaki b******k yang memanfaatkan ketakutanmu. Kau hanya memintaku menyentuhmu. Tunjukkan saja padaku bagian mana yang si b******k itu sentuh.!" Iqbal lalu menurunkan selimut Yang metutupi tubuh gadis itu sampai perutnya.
"Ini!" kata Agnes sembari menunjuk kedua payudaranya.
"Lalu?"
Agnes seketika menggeleng. "Tidak ada lagi, hanya itu!"
"b******k! Kupastikan akan kupatahkan tangan si b******k itu." umpat Iqbal dingin membuat perasaan Agnes menghangat. Iqbal membelanya.
"Benar hanya ini?" Agnes lagi-lagi mengangguk. Iqbal kembali menutupi tubuh bagian atas Agnes, tapi kali ini bukan dengan selimut hanya dengan handuk kecil.
Ditutupnya d**a Agnes, dan dari bawah Iqbal memasukkan tangannya sampai kedua telapaknya menyentuh kulit mulus d**a gadis itu.
Agnes memejamkan matanya seketika, ketakutan yang dia rasakan tadi kembali muncul. Bayangan Adrian yang meremas dadanya kuat membuatnya nyaris terpekik.
Untung Iqbal dengan sigap langsung membekap mulut Agnes, kalau tidak sudah dipastikan Daniel akan kembali menggila.
"Ssstt! Jangan bersuara Agnes! Kamu mau Daniel akan menggila di kamarmu?" bisik Iqbal yang langsung digelengkan oleh Agnes.
"Tapi...tapi...dia...dia melihat tubuhku saat menyentuhnya..." adu Agnes polos..
"Shiitt...Agnes, aku...."
"Kakak nggak mau bantu?" Agnes mengerjap polos.
"Bukannya nggak mau Nes, aku takut nanti khilaf.." batin Iqbal bersuara.
"Kak...." Agnes lagi-lagi merajuk..
"Huuff.. Aku nggak bisa sambil lihat Nes.. Nanti... Nanti..."
"Kakak jijik sama Agnes?"
"Shittt! bukan itu! " bantahnya "bukan Agnes, bukan. Aku pastikan bukan jijik. hanya saja..."
"Ya udah nggak apa-apa. Biarkan seperti ini. Agnes berharap nanti tak akan jadi trauma bagi Agnes kak. Nggak apa kok.!" Iqbal cengo mendengar ucapan Agnes. Apa lagi ini?-batinnya.
"Jangan salahin aku jika nanti aku tak bisa berhenti sayang."
Iqbal membuktikan ucapannya, lelaki itu langsung melumat bibir Agnes tanpa komando. Mengecap bibir bawah dan atas Agnes secara bergantian.
Agnes sudah paham bagaimana cara membalas ciuman, karena setiap berciuman dengan Iqbal dia akan mencoba belajar dan sekarang dia sudah mengerti. Agnespun membuka mulutnya, membuat Iqbal dengan mudahnya menyesap setiap rongga dalam mulut gadis tersebut.
Iqbal melepaskan lumatannya. Merebut udara sebanyak mungkin dan menatap tepat di mata Agnes. Dengan sekali sentak, handuk yang tadi menutup d**a Agnes kini sudah terbang entah kemana.
Melihat tatapan Iqbal yang menggelap, seketika membuat Agnes ketakutan. Untuk saat ini, dia akan menyesali permintaannya.
"Ka...kak Iqbal.. Aku..."
Iqbal meneguk ludahnya kasar, mencoba hanya fokus menatap pada mata Agnes.
"Kenapa?"
"I...itu.. Kak... Kalau..kalau di stop aja gi....."
"Tidak!"
GLEEKK
Agnes menelan ludahnya susah payah.
"Ka...kak Iqbal..."
"Aku sudah menolaknya tapi kamu selalu memaksa. Sekarang jangan salahkan aku jika aku tak bisa berhenti." ucap Iqbal dingin.
Agnes sungguh ketakutan. Bukan karena traumanya, tapi karena dari buku-buku yang dia baca, pertama kali melakukannya itu seperti serasa disilet. Agnes takut membayangkannya.
"Kak...."
"Diamlah! jangan menolak.!" Iqbal duduk di pinggiran ranjang di sebelah Agnes. Lelaki itu menatap Agnes lekat lalu turun ke d**a Agnes. Sungguh, jika Iqbal khilaf sekarang, dia yakin tak akan pernah berhenti lagi.
Tapi kepalang tanggung. Agnes memaksanya walaupum tadi dia sudah menolak.
Iqbal menyentuh leher Agnes lembut sembari terus menatap mata gadis itu. Agnes tegang, Iqbal tahu itu. Semuanya terpancar dari tatapan mata Agnes.
"Kamu harus tenang! jangan tegang.!"
Gimana bisa tenang, yang nyuruh tenang aja juga tegang- batin Agnes menggila.
Agnes semakin gelisah saat Iqbal menunduk semakin dekat dengannya. Saat wajah Iqbal semakin mendekat, Agnespun memilih menutup matanya sampai...
"Iqbal bagaimana de.....YAAA!! APA YANG LO LAKUIN SAMA AGNES?!" Agnes seketika terlonjak kaget. Gadis itu langsung menarik selimut sampai menutupi hidungnya. Jantungnya kini menggila, siapa lagi penyebabnya kalau bukan Daniel yang muncul secara mendadak di kamarnya.
Berbeda dengan Agnes, Iqbal justru terlihat santai mendengar ceramah gila dari Daniel. "Ganggu aja Lo! Padahal bentar lagi kerasa tu.." ucap Iqbal dengan wajah datarnya membuat Daniel langsung menggila.
Apa-apaan bentar lagi kerasa!? Pengen disunat sekali lagi kayaknya ni bocah! Rutuk Daniel geram.
"Apa? Kesenangan? Cih! Lo ikut gue keluar,! dan Agnes pake baju kamu..!!" perintah Daniel tak terbantahkan.
Iqbal seketika ditarik paksa oleh Daniel keluar. Untuk sesaat gadis itu bersyukur karena Daniel datang, tapi untuk rasa lainnya dia juga merutuki kemunculan Daniel.
Dengan lesu, Agnespun berjalan ke lemari pakaiannya memilihnya satu dan memakainya setelah sebelumnya gadis itu memakai pakaian dalamnya.
Sedangkan di luar, Daniel yang belum berhenti berceramah seketika terdiam saat Iqbal mengucapkan terima kasihnya.
"Ngapain minta makasi Lo? Bukannya tadi Lo kerasa diganggu?"
"Jujur gue nggak mau. Gue udah tolak Agnes buat lakuin itu tapi adek Lo nggak mau dibilangin."
"Hey Bung! Lo pikir Agnes cewek apaan minta cowok lakuin itu ke dia.!?"
"Ya udah kalau Lo nggak percaya, tanya dia aja.!" baru saja Iqbal mengatakan hal itu, Gadis yang sedari tadi menjadi pusat pembicaraan mereka pun muncul.
Daniel menatap Agnes penuh selidik, sedangkan Agnes yang ditatap hanya bisa menundukkan wajahnya melirik ke lantai.
"Apa benar Agnes yang dibilang Iqbal?" Agnes tersentak kaget mendengar pertanyaan kakaknya.
"A..apanya kak?"
"Kamu yang minta Iqbal buat lakuin itu ke kamu?" Agnes menatap Iqbal lekat. Ada rasa kesal bercampul menyesal dari tatapan matanya ke lelaki itu.
Iqbal juga ikut menatap Agnes.
"Udahlah Dan. Toh kalau nggak agnes yang minta pasti gue yang nyosor..."
"Kak Iqbal!!!" pekik Agnes.
"Bener kan? Kalau bukan kamu yang nyuruh, mungkin aku yang akan serang kamu duluan. Sayangnya aja si cunguk ini masuk."
"Siapa yang lo panggil cunguk?"
"Ya Lo lah siapa lagi..."
"Sialan Lo..." rutuknya “Kalian benar-benar mencurigakan! Seperti setelah ini Lo dan kamu dek, akan selalu berada dalam pantauan kakak.
*****
Kasus percobaan pemerkosaan yang dilakukan Adrian akhirnya ditangani pihak berwajib. Adrian ditemukan pingsan dengan luka lebam sekujur wajah di dalam kelas yang sama dimana dia melakukan hal b***t itu pada Agnes.
Sedangkan Iqbal, dibebaskan dari hukuman karena dia tak terbukti bersalah. Dalam rekaman CCTV kelas, Iqbal datang saat Adrian sedang melakukan hal bejatnya dan langsung menghantam Adrian. Karena itu, Iqbal dibebaskan dan tak tejerat hukuman apapun.
"Mau kemana dek?" tanya Daniel yang tengah asik nonton spongebob.
"Mau jalan sama Kak Iqbal. Heheheh!"
"Haaaahh! Kencan lagi kencan lagi. Kapaaan coba kakak juga bisa kayak kamu..." gerutu Daniel.
"Makanyaa, kakak tu cari pacar! Ini masa pacaran sama si Choko terus sih!"
"Adik macam apa sih kamu Nes!? bisa dengan santainya bilang kakaknya pacaran sama guling."
"Lah iya kan? Libur tidur, pulang kuliah tidur, habis makan tidur. apa namanya coba kalau nggak kencannya sama Choko kesayangan kakak itu." Daniel mendengus mendengar perkataan adiknya.
Tiiittt tiiiittt..
Mendengar suara klakson mobil yang diyakini Agnes milik Iqbal langsung membuat gadis itu menyambar tasnya penuh semangat. Setelah berpamitan pada Daniel, Agnespun langsung berlari keluar dan benar, mobil Iqbal sudah ada di luar.
Seperti biasanya, Iqbal akan selalu tampan dengan jaket ARMY nya. "Udah siap?" tanya lelaki itu sembari merapikan poni Agnes yang sedikit berantakan.
"Udah kok.! Yuk pergi.!"
"Nggak pamit Daniel dulu?" tanya Iqbal yang hendak masuk ke dalam.
"Nggak usah! Agnes udah pamitin sekalian kok tadi."
"Ya udah ayuk.!" Iqbal menggandeng jemari Agnes, membukakan pintu mobil untuk gadis itu.
"Silahkan masuk My Princes!" Agnes tersenyum malu mendengar panggilan Iqbal padanya. Itu panggilan baru lagi sesudah panggilan sayang.
"Terima kasih kak Iqbal."
BAAAMMM!!
Pintu mobil tertutup kuat hingga membuat Agnes kaget. Padahal gadis itu belum masuk.
"Kak?"
"Panggil My Prince dulu!"
Ha? My prince?
"Ih apaan sih kakak. Jangan bilang bakalan sama kayak panggil sayang waktu di toko buku."
"Nggak.! Beda."
"Beda apanya?"
"Beda kata-katanya beda tempatnya dan beda situasinya."
"Ih, jayus deh. Sama aja kak."
"Beda My Princes.!"
"Sama My Priiiiince..."
"Gitu aja terus ampe matahari tenggelam..!" Agnes dan Iqbal dikejutkan oleh suara Daniel yang tiba-tiba sudah berdiri didepan pintu.
"Ngapain berdiri disana? Jelangkung ya Lo? " bentak Iqbal kesal. Pasalnya lelaki jomblo itu lagi-lagi mengganggu mesra-mesraannya sama Agnes.
"Tokek sialan Lo!"
"Eiittss.! panggilan itu hanya terkhusus dari Angel ke gue dan Lo nggak gue izinin make kata itu." sergah Iqbal cepat.
"Ya udah! kalau nggak tokek, ya mak nya tokek Lo , buaya."
"Buahahahahahahhaha!!!"
Bukan Daniel yang ketawa, tapi Agnes. Gadis itu sedari tadi hanya mendengarkan pertengkaran tak berfaedah kakaknya dan Iqbal.
"Ih adek Lo gila Dan..."
PLAAAKK
"Aawww.! sakit sayang..."
"Siapa yang gila?"
"Kamu kan? Kenapa ketawa sendiri?" jawab Iqbal tanpa saringan membuat Agnes kesal. Gadis itu langsung masuk ke dalam mobil.
"Mampus Lo! Makanya punya mulut disaring jek tiap ngomong! bujuk deh tu boneka berbie!" gelak Daniel yang langsung masuk ke dalam meninggal Iqbal dengan kegelisahannya.
Haaaahh! Bakalan gagal jalan nih!.