09 - Curiga

1039 Words
Shanum menatap dirinya di depan cermin, dan melihat pada perut datarnya. Dengan lembut dirinya mengusap perutnya yang di dalam sana ada anaknya, dia tertawa kecil dan mengambil tas kerjanya. Dia akan pergi kerja sekarang, setelah dia berhenti di tempat kerja lama dan mendapatkan pekerjaan yang baru, yang tidak berat sama sekali. Walau gajinya agak kecil dari tempat lama. Shanum keluar dari dalam kamar, melihat pada ayah dan ibunya yang duduk dengan santai di ruang makan. Mia tersenyum melihat kehadiran anaknya, dia berjalan mendekati putrinya, namun dia menghentikan langkahnya ketika melihat Shanum berlari sambil membekap mulut. Apa yang terjadi pada Shanum? Shanum memuntahkan cairan bening di kamar mandi dekat dengan dapur. Dirinya tidak bisa mencium bau parfum ibunya yang baginya begitu menyengat sekali, padahal ibunya selalu memakai parfum itu dan tidak pernah menggantinya. “Shanum, apa yang terjadi Nak?” tanya Mia khawatir, dan mengusap tengkuk Shanum, dan segera mengambilkan air hangat untuk Shanum. Shanum menahan mualnya kembali, ketika mencium bau parfum dari ibunya yang tidak enak sama sekali. Shanum menjaga jarak dari ibunya, dan mengambil minuman yang dibawa oleh ibunya, untuk diminum oleh dirinya. Shanum mengusap mulutnya dan tersenyum pada ibunya. “Shanum pergi dulu Ma! Shanum udah terlambat.” Ucapnya berjalan menjauh dari situ, dan segera keluar dari dalam rumahnya, padahal dia belum terlambat dan masih banyak waktu. Maafkan dirinya sudah banyak berbohong pada orang tuanya. Mia yang menatap Shanum pergi berdiri di samping Bibik dan memberikan gelas yang tidak terisi itu pada Bibik dan langsung diambil oleh Bibik. “Bik, ada keganjalan nggak sama Shanum?” tanyanya, karena dia merasa ada yang tidak beres pada putrinya itu. Bibik yang mendengarnya mengangguk. “Ada Nya. Dan Non Shanum belakangan ini, suka banget sama makanan aneh. Dan dia juga doyan banget sama buah asem. Padahal dia nggak bisa makan buah asem.” Jawab Bibik, dia mau mengatakan kalau Shanum seperti orang hamil. Tapi, dia tidak berani mengatakannya, yang ada dia dipecat nanti di sini. Karena anak majikannya itu selalu saja disayang dan dimanja, kalau anak majikannya tidak merengek minta bekerja, mungkin dia tidak akan bekerja, dan selalu saja di rumah. “Kayak orng hamil. Tapi, mana mungkin Shanum Hamil Bik. Dia anak yang sangat baik, dia anak kesayangan saya,” ucapnya menggeleng, dan tidak menerima anaknya yang hamil. Mana mungkin anaknya akan melakukan itu. Shanum selalu pandai menjaga diri, dan dari dia dengar dari pemuda kompleks ini, kalau Shanum susah sekali diajak pacaran dan disentuh. Bibik mengangguk. “Iya, benar Nya. Mana mungkin Non Shanum hamil. Dia itu anak yang baik Nya, dan selalu bertingkah baik. Kayaknya memang Non Shanum lagi kurang enak badan, dia itu sering pulang dalam keadaan hujan. Udah Nyonya jangan berpikir yang macam-macam,” ucap Bibik berjalan menjauhi majikannya itu. Mia masih berdiri di tempat, lalu berjalan mendekati suaminya, dan duduk di samping suaminya dengan dehaman pelan. “Mas, kamu nggak merasa curiga sama anak kita?” tanyanya, mana tahu suaminya memiliki pemikiran yang seperti dirinya sekarang. Darma melihat pada istrinya dan mengangguk, dia juga merasa ada yang beda dari anaknya. Dia melihat beberapa kali anaknya yang menghapus air mata diam-diam dan setelahnya dia akan menatap ke perutnya. Dia tidak mau berpikiran yang macam-macam. Karena anaknya itu sangat baik. “Papa juga berpikiran yang aneh pad Shanum. Belakangan ini, dia kayaknya sering nangis dan ngusap perut dia Ma. Tapi, dia nggak mungkin hamil. Dia itu anak kita yang baik, mungkin efek masih diputusin pacar dan bentar lagi Mauren nikah,” jawab Darma masih saja berpikiran positif. Mia mengangguk. “Iya, Mama juga menduga dia hamil. Tapi, dia itu selalu pandai jaga diri, nggak mungkin dia mau lakuin hal penuh dosa kayak gitu. Dan dia udah tahu kalau di keluarga kita itu, nggak ada yang namanya hamil di luar nikah. Itu aib besar Pa!” ucap Mia, yang mana dia tidak akan sanggup kalau mendengar anaknya hamil luar nikah. “Iya, Papa juga nggak bisa bayangkan kalau itu benar Ma. Itu aib yang sangat luar biasa memalukan. Walau sekarang di mata masyarakat, hamil luar nikah adalah hal yang lumrah, tapi di tempat kita ini masih saja mencemooh tentang hamil luar nikah. Apalagi di mata keluarga kit, yang semuanya tidak pernah ada hamil di luar pernikahan.” Kata Darma. “Kalau Shanum sungguh hamil, apa yang kita lakukan nanti?” tanya Mia. Darma menatap pada istrinya dan tertawa kecil. Istrinya ini selalu memikirkan hal yang tak mungkin, dan Shanum tidak mungkin hamil. Memangnya Shanum dihamili oleh siapa? Anaknya itu selalu saja di rumah dan fokus pekerjaan. Dan pacaran kemarin, dia hanya berani pacaran lewat ponsel saja. “Mama jangan memikirkan hal yang tidak mungkin. Shanum itu anak yang baik, sudah Mama sekarang berpikiran positif. Katanya mau menjodohkan Shanum sama anak teman Mama, yang katanya anak baik-baik. Dan akan mempertemukan Shanum dengan lelaki itu, setelah pesta pernikahan Mauren,” ucap Darma membawa istrinya ke dalam pelukannya. Mia mengangguk. “Iya, Pa. Cuman Mama takut aja gitu, kalau Shanum beneran hamil di luar nikah, mau ditaruh mana muka kita. Dan kalau untuk yang jodohin itu. Mama udah lihat sendiri cowoknya kayak mana. Ya Allah! Cakep banget Pa! dia cocok banget sama Shanum, anak kita yang cantik dan kalem itu,” kata Mia tertawa kecil, dia sudah klop dengan lelaki yang akan dijodohkan dengan anaknya. “Wah! Mama memang pandai cari calon mantu. Nanti setelah pesta Mauren, kita atur pertemuan Shanum dan lelaki itu. Pasti nanti Shanum suka dengan pilihan Mama,” ucap Darma dan sangat yakin dengan pilihan istrinya yang akan disukai oleh anaknya. Mia mengangguk. “Siap Pa! Mama sangat yakin, dan Mama nggak boleh berpikiran mencurigakan pada anak Mama sendiri, dia tidak akan merusak kepercayaan kita. Dia masih anak perawan kita yang lugu dan tidak akan berani bermain api di belakang kita,” ucap Mia percaya kembali pada Shanum. Anaknya yang polos itu. Bibik yang mendengar semuanya, menghela napasnya kasar. Dan dia menatap satu buah testpack di tangannya. Dia mendapatkan ini dari kamar anak majikannya. Dia menghapus air matanya kasar, dan berharap kalau apa yang ditemukan oleh dirinya sekarang tidaklah benar, dan dia tidak akan bilang pada majikanya tentang ini. Dia tak mau Shanum kenapa-napa. “Semoga ini nggak benar Nduk. Kamu anak yang baik dan polos.” Ucap Bibik dan berjalan pergi mengerjakan pekerjaannya yang lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD