Rencana

1004 Words
"SPADAAAAA!! YUHUUUU!! KU KAMBEK UYEYYY....." Teriakan dengan intonasi yang sangat tidak layak didengar itu memenuhi ruang tamu keluarga Mayza. Tak lama kemudian, keluarlah seorang wanita yang berumur 40 tahun keatas namun dengan wajah yang masih terlihat awet muda. Ia melotot melihat anak gadisnya itu tidak pernah merubah kebiasaannya.  "Zila, kecilin suara kamu!” tegur wanita paruh baya yang bernama Bella itu. Bukannya meminta maaf, saat ini cewek itu malah berlari kecil dan memeluk mamanya erat. "Aduh, Zila itu sekolah. Ngikutin KBM sampe hari menjelang sore gini dan mama ga kangen? Ckck, parah ….” Bella mendelik, lalu menyentil jidat keramat Zila. "Mulut itu dipoles pake apa sih? Ngomong gak ada jedany gitu.” "Pake lip i*ce ma,” ungkap Zila sambil memonyongkan bibirnya yang berwarna merah muda itu. "Fazila! Ganti baju!" titah Bella, tanpa ingin pembatahan yang membuat Zila mengerucutkan bibirnya sebal dan segera pergi ke kamarnya. ***** "CAUSE I'VE GOT A JET BLACK HEART AND THERE'S A HURRICANE UNDERNEATH IT TRYING TO KEEP US APART ….” Zila masih saja bernyanyi, sambil memutar video konser Sounds Live Feels Live-nya 5SOS di laptop yang ditontonnya beberapa waktu lalu bersama dua anak setan lainnya. Dari luar kamar, tampaklah Julian menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh, ia tak sanggup menghadapi sikap kakak yang berjarak satu tahun di atasnya itu. Makanya kadang ia menulikan telinga dari semua yang dilakukan oleh Zila atau bisa disebut kakaknya.  Cklek Pintu kamar cewek itu terbuka, menampilkan sosok Zila yang bermandikan keringat dengan rambut yang tak berbentuk lagi kuncirannya.  "Juli?" tanyanya kaget, lalu menatap kanan-kiri. Memastikan bahwa yang ia liat di depan kamarnya ini adalah Juli, adiknya. Pasalnya, kalau penyakit gila-nya kumat Mama dan papa nya pun tak berani mendekat, apalagi Julian. "Heh Zil, tobat kenapa?" Zila mendekat kearah Julian yang lebih tinggi dibandingnya itu, lalu mencubit pipi Julian kencang. "Heh!! Sakit, ini apa-apaan?  Pengeroyokan tolongg!!!"  Cewek itu melepaskan cubitannya, lalu menatap Julian penuh selidik. "Ade gue kok bisa ada disini?" Ya, kalau dilihat dari segi fisik. Jelas Zila kalah, tingginya pun hanya sampai sepundak Julian. Belum lagi badan Julian yang mulai berotot akibat latihan fitness yang  diikutinya secara rutin. Membuat Julian terlihat seperti kakak. "Lewat kali Zil, noh kamar gue kan samping lu oon ….” balas Julian, sambil merangkul Zila menuju kamarnya.  "Ngapain?" tanya Zila, menatap kamar Julian dengan heran. Namun hanya dibalas cowok itu dengan mengendikkan bahunya. "Gue mau mandi dulu Zil, tunggu aja! Tar kita gitaran lagi.."  Ucapan Julian membuat kakaknya itu tersenyum senang, yea. Rutinitas mereka, Julian yang memainkan gitar dan ia bertugas menyanyikan lagu. Kadang, mereka sengaja merekam aksi cover lagu tersebut dan meng-uploadnya ke youtube. Yah, tipikal kakak-adik yang gila fans. ***** Waktu menunjukkan pukul enam sore saat Zila terbangun dari tidur lelapnya di kamar adiknya, Julian. Dengan langkah yang masih terseok-seok ia segera menuju kamar mandi lalu mencuci mukanya yang sangat kusut ketika habis bangun dari tidur. "Hoam," ia menatap sekeliling. Julian masih tidur dengan posisi tengkurap, nyenyak sekali. Rencana mereka yang ingin main gitar pun gagal karena Zila yang ketiduran saat menunggu Julian mandi. Ia keluar dari sana dan menuruni tangga secara perlahan, kan ga lucu saat Zila tiba-tiba jatuh dari tangga hanya karna ia berjalan sambil merem-melek-merem-melek ala dia. "Zila udah bangun?" Ia disini, sosok yang menjadi pemimpin keluarga mereka, Tomi. "Eh papa, baru pulang?" Tau apa yang dilakukan anak itu? Ya, lagi dan lagi kerjaannya nyengir. "Tuh ada paketan bunga di luar, buat kamu katanya..." Ini pembicaraannya kok jadi yang tanya A, dibalik tanya B, dan dijawab C. "Zila ngomong dikacangin," gerutu cewek itu. Namun tak urung dia mulai berjalan keluar rumah, mencari paketan yang katanya buat dia. Ya, Zila menemukannya. Kotak berwarna dark blue itu tergeletak di atas meja pos satpam. Setengah berlari, ia segera mengambil paketan tersebut. "Pak Ujang, paketan buat Zila kan ini?" Tanya, menatap langsung pada pak Ujang—satpam di rumah mereka. "Iya non, buat non Zila itu.."  Tanpa ba-bi-bu lagi, cewek itu mengambil paketan tersebut dan segera membawanya ke dalam rumah. Penasaran dengan isinya, samoai di ruang tamu Zila segera membuka tutupan kotaknya. And then... Hah(?) Di dalamnya terdapat bunga mawar merah dan putih yang disusun secara rapi memenuhi kotak tersebut. Dan di dalam bagian sisi kotak itu, Zila menemukan note.  Fazila, balikan yuk :) -Vigo- Astaga! Mata Zila melotot membaca tulisan di note tersebut. Rasanya ia seperti mengingat Vigo, siapa ya? Mantannya? Yakali, lagian Zila ga peduli amat siapa aja mantannya. Dengan entengnya, ia melipat kertas itu kecil-kecil kemudian ia selipkan di saku jeans pendek yang dikenakannya. Paling juga kertasnya bakal buram setelah jeans yang dipakainya dimasukin mesin cuci. Ya, pemikiran Zila sesimple itu. "Dari siapa Zil?" Tanya Tomi, menatap Zila yang sedari tadi memasuki ruang tamu tanpa menatapnya. "Gatau, ngajak balikan. Zila ogah!" Ucapnya singkat, lalu menaruh kotak itu di atas meja dekat tv keluarga.  "Astaga, kelakuanmu Zil..." Tomi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar penuturan Zila.  "Pa, air hangatnya udah—” ucapan Bella terhenti ketika melihat Tomi dengan Zila yang tampaknya sedang berbicara. "Eh udah ya ma? Oke, papa mau mandi … Dan bilangin rencana besok ke Zila ma, masih aja dia itu..."   Zila mengerutkan dahinya sesaat, apa maksud perkatan Tomi alias papanya itu? Jangan bilang dia akan dijodohkan seperti novel-novel melankolis itu, hiyyyy seram. "Ma, rencana apa?" Tanya Zila penuh antisipasi. "Besok kita bakal makan malam—” "Wait.. Dinner maksud mama?"  Bella mengangguk menyetujui ucapan anaknya, "bareng—” "Relasi atau sahabat papa?" Tebak Zila lagi, ia hanya takut mendengar kata per kata yang keluar dari mulut Bella. Kali ini Bella menyentil jidatnya sadis, membuat anak gadis satu-satunya di keluarga Mayza itu meringis menahan sakit. "Mama sakit!!" Gerutu Zila sebal. "Abisnya mama mau ngomong dipotong terus, lama-lama lehermu yang mama potong..." "Jangan, masih banyak yang nembak Zila tapi belum Zila terima. Kasian nanti mereka jomblo sebelum waktunya.." Zila tersenyum miring, lalu nyengir entah untuk keberapa kalinya hari ini. "Dasar kelinci betina ya! Hobby banget ganti pacar..." "Yee, yang punya suami sirik aja!"  "ZILA!!!" Geram Bella sebal, yang membuat Zila segera ngacir ke kamarnya. Menghindari amukan mamanya yang sebal dikarenakan dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD