Sejak mendengar suara deru mobil memasuki pekarangan rumah yang ia tempati, Alea langsung beringsut naik ke tempat tidur dan merebahkan tubuhnya. Ia memaksa matanya untuk terpejam, enggan beradu tatap dengan lelaki yang baru saja kembali dari ‘bekerja’ itu. Cukup lama Alea menunggu, tetapi ia tak kunjung mendengar pintu kamarnya terbuka. Mungkin sudah lebih dari seperempat jam dari saat pertama ia mendengar deru mobil itu. Apa Alea salah mengira, jika itu adalah Bian? Atau ternyata, laki-laki itu sudah masuk ke kamar, tetapi Alea saja yang tak menyadarinya? Alea menyibak selimut, melihat sekeliling kamarnya, khususnya pintu yang masih tertutup rapat. Dari tanda-tandanya, sepertinya tidak ada orang yang masuk selama Alea berusaha berpura-pura tidur. “Apa yang tadi itu bukan Bi-” Alea men