“Kamu pulangnya mau naik taksi atau bareng aku-” “Dia pulang sama saya.” Alea menelan salivanya dengan kasar setelah mendengar suara dingin khas suaminya itu. Menyusul Alea, Gio yang saat itu sedang berdiri berhadapan dengan Alea pun sontak menoleh ke sumber datangnya suara. Tatapan Bian kala itu benar-benar dingin dan mengisyaratkan ketidak sukaan. “Anda siapa? Tunggu! Sepertinya saya pernah melihat ada di suatu tempat,” kata Gio. Alea benar-benar takut. Ia khawatir, Bian akan keceplosan mengatakan yang sebenarnya. Jujur saja, Alea masih belum siap untuk mempublikasikan hubungannya dengan Bian. Terlebih, pada Gio yang cukup mengenal teman-teman Alea di kampus. Namun, apabila dipikir secara logika, seharusnya Bian tidak akan berkata jujur, kan? Toh sejak awal pria itu yang kekeh ingi