Pentingnya Sebuah Kabar

2017 Words
"Aku tidak menuntut setiap saat harus dihubungi, aku hanya ingin kamu tetap menghubungiku di waktu senggangmu. Aku tidak ingin menuntut menjadi prioritas, hanya saja kamu tahu aku pun butuh sebuah kabar walaupun hanya sekadar mengabari bahwa kamu sibuk, sesederhana itu tapi apakah sangat sulit untuk kamu?" ***   Sudah hampir seminggu Revan tidak menghubunginya. Keynara pun sudah mencoba mengalah untuk menghubunginya lebih dulu, tapi hasilnya nihil hanya centang satu abu-abu yang tak kunjung berganti menjadi dua garis biru eh dua centang biru. Keynara tetap sabar menunggu mungkin memang Revan sibuk walaupun, pikiran negatif bermunculan di kepalanya.    "Aya, kamu udah siap?" tanya Papanya yang masuk ke kamar anaknya. Melihat anaknya yang masih saja termenung di meja riasnya. Dia pun masuk untuk menghampirinya.    "Aya...." panggil Reno sambil menggoyangkan bahu anaknya, membuat Keynara tersadar dari lamunannya, "Iya, Pa?" jawab Keynara yang melihat Papanya sudah di dekatnya.   "Kamu kenapa melamun nanti kita telat kesananya sayang. Kamu udah siap?" tanya Reno lagi.   "Eh, maaf Pa, udah kok. Papa duluan aja nanti aku nyusul aku ngambil tas dulu, Pa," ucap Aya tersenyum. "Yaudah tapi jangan bengong lagi loh, malem-malem nanti kesambet aja," ucap Papanya bergurau.   "Iih Papa jahat banget," ucap Keynara sambil mengerucutkan bibirnya. Malam ini Keynara diajak untuk menemani Papanya untuk bertemu temannya. Sebenarnya Keynara malas tapi Papanya memaksanya jadilah ia menuruti saja ucapan Ayahnya itu.    "Tadi aja Papa panggil dari bawah kamu enggak nyaut-nyaut. Papa Kira kamu kenapa-kenapa makanya Papa susul," kata Papanya mengelus kepala Aya.   "Hehe, maaf Pa. Sekarang enggak kok. Papa duluan aja nanti aku beneran nyusul Pa enggak lama kok," jawab Keynara meyakinkan.   "Yaudah Papa tunggu di bawah ya, kamu jangan lama-lama takut nanti kita kena macet." "Iya Papa sayang...." goda Keynara membuat Papanya tersenyum. Reno keluar lebih dulu dari kamar Aya, Aya mengecek ponselnya sekali lagi berharap notif dari Revan masuk tapi tetap saja nihil tidak ada balasan sejak seminggu yang lalu. Apa memang hubungannya itu harus berakhir. Dan akhirnya dia akan kecewa karna jatuh cinta di saat yang tidak tepat dengan jalur yang salah. Mencintai sebelum halal.   "Keynara...." panggil Papanya lagi membuat Keynara segera mengambil tasnya untuk berangkat, "Iya Papa."   Keynara segera turun menghampiri Papanya yang sedang duduk di sofa sambil memakai jam tangannya. "Udah yuk, Pa," kata Aya di samping Papanya.   "Seandainya Mama kamu masih ada mungkin dia akan seperti kamu, berdandannya sangat lama," ucap Reno sambil tertawa namun tersirat kesedihan dan penyesalan di raut wajahnya yang semakin bertambah usia.    "Semua yang pergi akan digantikan dengan yang lebih baik Papa. Sekarang kan ada Aya yang nemenin Papa," ucap Aya memeluk leher Papanya.   "Seandainya Papa dulu tidak melakukan kesalahan fatal pasti kita sekarang bisa bareng-bareng sama Mama," ucap Reno lagi.   "Papa udah enggak usah sedih lagi yuk kita berangkat," kata Aya melepaskan pelukannya dan menghibur Papanya. Aya tidak tahu apa yang sudah terjadi di masa lalu. Aya pun enggan membahasnya jika hanya membuat Papanya sedih. Aya bersyukur masih bisa bersama Papa jadi tugasnya adalah berbakti dengan Papanya tidak peduli masa lalu mereka seperti apa.   "Iya ayo," jawab Papanya lalu berdiri untuk berangkat ke pertemuan bersama dengan temannya. ....     Mereka sudah sampai di sebuah restaurant tempat mereka janjian. Di bangku sana terlihat sepasang suami istri yang sudah berumur dan tersenyum menyambut kedatangan Reno dan Aya. Ada satu laki-laki dan perempuan yang membelakangi mereka. Sehingga tidak bisa melihat siapa mereka.    "Assalamualaikum," ucap Reno lebih dulu mereka bersalaman layaknya bertemu kawan lama.   "Waalaikumsalam," jawab mereka semua.    "Kenalin ini anakku Keynara," ucap Reno memperkenalkan anaknya kepada mereka. Keynara yang sedari tadi menunduk malu pun mengadahkan kepalanya untuk bersalaman.    "Keynara om," ucap Aya bersama laki-laki berumur itu, "Gunawan," jawabnya dengan suara berat.   "Keynara, Tante," ucap Keynara lagi dengan ramah. "Saya Sinta. Wah kamu ternyata cantik juga ya," kata wanita itu memuji Aya. Aya hanya tersenyum malu menanggapinya setelah bersalaman dengan mereka. Kini beralih pada dua orang anak muda, yang laki-laki mungkin sepantarannya dan yang perempuan terlihat lebih muda darinya.    "Kenalin ini anak Om sama Tante. Kenzo dengan Kezia," ucapnya mengenalkan anaknya.   "Keynara."    "Kenzo."     "Keynara."     "Kezia kak."   Setelah mereka saling mengenalkan satu sama lain, Keynara dan Papanya dipersilahkan duduk dan merekapun memesan makanan terlebih dahulu. Acara makan malam ini hanya diisi oleh pembicaraan para orang tua saja sedangkan anak-anak mereka makan dengan tenang. Mereka sesekali menimpali hanya pada saat ditanya saja selebihnya mereka memilih diam.     Selesai acara makan mereka mulai membahas maksud pertemuan mereka. Awalnya hanya tentang kerja sama antara perusahaan mereka saja. Namun, tiba-tiba saja Sinta menanyakan sesuatu kepada Keynara.   "Udah dong kalian dari tadi bahas kerjaan aja. Kasihan anak Kita bengong aja dari tadi," ucap Sinta membuat Kezia yang memang supel pun membenarkan ucapan Mamanya. "Iya nih, kalau mau ngobrolin kerjaan aja kenapa Kezia harus ikut tadi," ucap Kezia memberengut, membuat Reno dan Gunawan tertawa sedangkan Kenzo hanya diam memainkan ponselnya sesekali melihat ke arah mereka terutama Aya.    "Haha maaf-maaf kita saking serunya bahas kerjaan sampai lupa ada kalian," ucap Gunawan dan dianggukan oleh Reno.   "Oiya Keynara ini sekarang kegiatannya ngapain sayang?" tanya Sinta dengan ramah sambil memanggilnya dengan Sayang dibagian akhir pertanyaannya, bukan bawa perasaan hanya terdengar aneh saja baru kenal seperti sudah mengenal lama.   "Ehm Aya jadi guru di TK sembari kuliah Tante," jawab Aya. Sudah lama dia memilih untuk mengajar di Taman kanak-kanak atas suruhan Bundanya Mila. Mila tidak memaksanya, jika ia tidak cocok Aya boleh mengundurkan diri dan ternyata Aya cocok dengan kerjaannya melihat anak-anak kecil membuatnya bahagia saja rasanya. Sekalian dia kuliah di tempat sesuai rekomendasi Bundanya juga, walaupun dia yang memilih jurusannya.    "Suka anak kecil ya berarti cocok deh sama Kenzo," ucap Sinta membuat Keynara tersedak. Entah kenapa Kenzo pun dengan refleks memberikan minum untuk Keynara yang berada di sampingnya, walaupun tidak terlalu dekat. Keynara mengambil minum dari Kenzo membuat Sinta tersenyum diam-diam melihat anaknya yang peka.    Setelah selesai minum Keynara meletekkan gelasnya, dia menengok ke arah Kenzo dan mengucapkan terimakasih, "Makasih."    "Ehem...." godaan Sinta membuat muka Keynara memerah, dia tidak bermaksud apa tapi sepertinya wanita itu sengaja menggodanya.   "Cocok ya, Pa," ucap Sinta menyenggol bahu suaminya itu. Keynara hanya diam saja begitupun dengan Reno yang tersenyum tipis.    "Ehm, aku izin ke toilet sebentar ya," pamit Keynara setelah mereka mengangguk Keynara lantas pamit sejenak membawa tas selempangnya itu. Kenzo pun pamit sejenak ingin keluar katanya ada telepon masuk dari temannya. Kepergian anak-anak mereka membuat orang di sana saling mengkode satu sama lain. Tetapi, Reno lagi-lagi hanya tersenyum tipis. Semua keputusan ada di tangan anaknya, dia tidak mau memaksanya. ....    Setelah selesai ke toilet Aya segera keluar sambil merapihkan pakaiannya. Saat keluar toilet dia bertabrakan dengan seseorang membuatnya yang sedang membereskan tasnya pun menjadi jatuh berantakan.    "Eh sorry," ucap orang itu. Mereka berdua saling memandang satu sama lain. Ternyata laki-laki itu Kenzo yang menabraknya.   "Enggak papa Kenzo," ucap Aya lalu berdiri setelah memasukan perlengkapan yang tadi terjatuh.   Mereka berdua berdiri dengan canggung entah ingin mengatakan apa. Kemudian Kenzo memilih mengatakannya lebih dulu.    "Ehm ... Ucapan mama tadi enggak usah di dengerin, Key." Hanya itu kata yang terpikirkan oleh Kenzo saat ini, ia berdiri dengan kikuk bingung harus memulai percakapan dari mana.   "Oh itu, enggak papa kok," jawab Keynara santai.   "Lo tadi ngajar anak-anak TK bener?" tanya Kenzo lagi sambil mereka berjalan ke tempat duduk.   "Iya kenapa?" tanya Aya menengok ke arah Kenzo membuat Kenzo salah tingkah.   "Oh enggak papa, keren aja masih muda suka sama anak kecil biasanya banyak yang jarang suka sama anak kecil," ucap Kenzo lagi.   "Enggak kok, lagian anak kecil itu lucu. Ngeliat mereka jadi nginspirasi aku buat ngerangkai cerita gitu," jawab Keynara lagi.   "Kamu penulis?" tanya Kenzo lagi.    "Ya bisa dibilang seperti itu, tapi sebenernya hobi doang kok sekalian nambah uang jajan," jawab Keynara sambil tersenyum. Senyumnya benar-benar membuat Kenzo kehilangan fokus. Padahal, Keynara ini anak orang kaya tapi kenapa nambah uang jajan dari penulis padahal ia yakin saat meminta Ayahnya pun pasti diberikan karna Kenzo pun demikian.    "Oh gitu," jawab Kenzo lagi. Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka sampai mereka duduk. Kedatangan mereka yang barengan membuat para orang tua semakin tersenyum menggoda namun keduanya hanya diam saja.     Setelah lama mereka di sana, akhirnya mereka saling pamit untuk pulang ke rumah  saat acara pertemuan mereka selesai. Sebelum pulang Kenzo tadi sempat meminta nomor telepon Keynara supaya bisa menghubunginya sewaktu-waktu. ....     "Pa, apa pertemuan tadi itu ada maksud lain selain bahas pekerjaan?" tanya Aya saat mereka sedang berada di mobil menuju ke rumah mereka.   "Maksud lain maksud kamu?" tanya Reno tidak mengerti.   "Ya, kalau membahas masalah kerja aja, Aya masih paham tapi ini kenapa harus ada anak-anak mereka yang ikut. Dan mendengar tadi ucapan Mama Kenzo seperti ada maksud yang me mengarah ke perjodohan, Pa," jelas Keynara. Sedari tadi dia ingin mengemukakan apa yang Keynara fikirkan tapi dia tidak enak kalau harus membahasnya tadi.   "Enggak kok. Tapi, kalau kamu cocok dan kamu suka juga enggak papa lagian Kenzo juga sepantaran sama kamu."   "Pa, Papa 'kan tahu aku Masih sama Revan."   "Hubungan kamu sama Revan apa coba statusnya, Papa mau tahu?" Keynara terdiam, ucapan Papanya tidak bisa dia jawab karena memang dia tidak tahu apa hubungannya dengan Revan. Mereka dekat tapi tanpa status, menyakitkan memang tapi ini sudah menjadi kesepatakan mereka berdua.   "Kamu diam saja 'kan? Kamu sendiri aja enggak tahu apa hubungan kamu sama, Revan jadi belum bisa kamu dikatakan milik Revan." Keynara memandang Papanya ada rasa tersentil dalam hatinya setelah Papanya mengucapkan Hal tersebut walaupun, Keynara memang membenarkan apa yang Papanya ucapkan.   "Tapi, Aya sayang sama, Revan. Revan juga kok pasti."   "Aya Papa enggak mau sampai kamu cuma dimainin aja sama Revan. Selagu kamu memang tidak ada hubungan dengan Revan apa salahnya mencoba membuka hati dengan orang lain yang bisa lebih serius dengan kamu."   "Revan serius juga kok, Pa. Dia bilang serius juga."   "Serius 'kan artinya luas."   "Keynara cuma mau fokus sama Keynara dulu, Pa."   "Selagi kamu fokus yasudah kamu jangan terlalu berharap dengan Revan, nak."   "Papa enggak setuju aku sama, Revan?" tanya Keynara balik. Reno menghembuskan nafasnya kasar. Siapapun yang dekat dengan anaknya selagi anaknya bahagia Reno setuju saja. Tapi, entah kenapa melihat Revan dia tidak bisa melepaskan Keynara begitu saja apalagi sampai Keynara jatuh cinta terlalu jauh oleh Revan.   "Revan pernah bahas kalau kalian benar akan menikah atau cuma formalitas untuk menyenangkan kamu aja?" tanya Reno lagi.  Keynara membuang arah pandangnya ke arah lain.   "Formalitas apa benar selama ini dia hanya formalitas?"  batin Keynara.     "Yaudahlah, Pa kita bahas ini lain kali aja. Lagian kalau emang jodoh kita bakal bersama 'kan?"   "Iya, Papa tahu. Tapi, semakin lama hubungan kamu tidak jelas. Semakin lama perasaan kamu pasti semakin dalam. Kamu belum tahu keluarganya juga apa keluarganya setuju sama kita? Dan lain-lain juga belum tahu 'kan." Entah ini hanya karena sifat posesif Reno terhadap anaknya atau memang firasatnya Revan bukanlah yang terbaik untuk anaknya.    "Pa emang aku enggak pantes ya sama Revan? Karena pendidikan Revan lebih tinggi dari Aya? Karena dia lulusan universitas luar negri jadi Aya enggak pantes sama dia?"   "Bukan gitu maksud, Papa. Maksudnya Papa itu kamu juga harus pikirin baik-baik hubungan kamu mau dibawa ke mana dan lain-lain."   "Iya, Pa aku juga mikir kayak gitu, aku enggak pantes ya, Pa sama Revan." Keynara mengucapkannya dengan lesu. Reno tidak bermaksud membuat putrinya menyalahkan dirinya sendiri.   "Oke ini bisa kita bahas lain kali. Udah sampe rumah juga kamu perlu istirahat." Mereka sudah sampai di rumah tanpa terasa obrolan singkat mereka membuat Keynara pun tidak sadar mereka sudah sampai di rumah.   Keynara melihat ke depan benar mereka sudah sampai di rumah. Keynara mengangguk kemudian dia turun dari mobilnya. Papanya mengambil tas laptopnya di bangku belakang baru menyusul Keynara masuk.     Keynara membuka kunci rumah mereka. Setelah itu mereka masuk ke dalam bersama. "Pa, Keynara langsung masuk ke kamar ya, Pa," ucap Keynara.   "Maafin, ucapan Papa tadi ya." Keynara tersenyum dan mengangguk. Papanya membawa Keynara dalam pelukannya, mengecup kening anak perempuannya.   "Enggak papa kok, Pa. Keynara paham. Yaudah Papa juga istirahat ya. Jangan tidur malem-malem. Dan jangan coba-coba kerja kalau udah di rumah." Reno terkekeh mendengar ocehan anaknya.   "Iya-iya."   "Selamat malam Papa."   "Selamat malam sayang." Mereka berdua menuju kamarnya masing-masing untuk beristirahat. ..... ..... "Komunikasi itu penting dalam sebuah hubungan agar berjalan harmonis. Tapi, Apakah hubungan ini benar?" *** *** Tbc.... Jangan lupa vote and comment. Typo Komen ya gais....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD