Prepare Nanti Malam

2027 Words
"Sampai ketemu nanti malam ya, Kay," ujar Fanny. "Iya. Terima kasih banyak ya, Fan," balas Kayla. Dia lalu turun dari mobil Fanny dan masuk ke dalam kontrakannya setelah mobil Fanny sudah tak terlihat lagi di pandangan matanya. Kayla langsung menyimpan barangnya terlebih dahulu. Saat ini sudah pukul empat sore. Juna dan dia sudah berjanji akan berangkat pukul setengah tujuh. Jadi Kayla masih punya waktu untuk mempersiapkan diri. Kayla akan mandi terlebih dahulu, lagi pula dia juga merasa gerah sekali sejak tadi. Kayla keluar beberapa menit setelahnya. Dia masih mengenakan pakaian biasa karena masih memiliki waktu yang cukup lama sebelum ke acara. Dia mengambil bingkisan yang berisi gaun yang dibelikan oleh Fanny. Mereka tadi sempat ke salon juga. Kayla berdiri didepan kaca cermin. Dia mencoba gaun itu di tubuhnya, senyumnya merekah. Dia berterima kasih pada Fanny yang memberikan gaun itu untuknya. Dia lalu teringat Vira dan Risda. Kayla meraih ponselnya, dia menghubungi Vira dan juga Risda dengan video call grub. Hanya butuh beberapa detik hingga mereka menjawabnya. Kayla duduk diatas kasur. "Kayla," sapa mereka bersamaan saat melihat wajah Kayla dilayar ponsel mereka. "Hai Vir, Risda," balas Kayla menyapa. "Lo pakai apa Kay?" tanya Vira saat melihat sekilas gaun Kayla. "Gaun, gimana cantik ga?" Kayla menunjukkan gaun yang dikenakannya. "Cantik, Kay," balas Vira dan Risda. "Emang mau kemana sih kok bagus banget gaunnya?" tanya Risda. "Acara ulang tahun pernikahan atasan di kantor gue yang disini," jawab Kayla. "Pasti besar banget acaranya," gumam Vira. "Katanya sih iya. Sampai-sampai kita tamu undangannya harus membawa pasangan untuk datang kesana," jelas Kayla. "Pasangan? Jadi... Lo sama siapa Kay?" tanya Risda. "Ada kok temen, namanya Juna," jawab Kayla. Mereka berdua lalu tersenyum tenang. "Tapi," ucap Kayla. "Tapi apa?" "Kalian tau ga, kalau Liam ada dikota ini," ujar Kayla. Dan tentu saja itu membuat Vira dan Risda terkejut. Mereka juga sontak menggeleng karena mereka benar-benar tidak tau tentang itu. "Dan lebih parahnya lagi, dia ada kerjaan dikantor gue yang buat dia harus menetap disini beberapa waktu," lanjut Kayla. "Terus Kay." Kayla menghela napas sejenak, "Dia juga dapat undangan seperti karyawan lain," tutur Kayla. Vira dan Risda masih diam terus mendengarkan. "Dia sempat minta gue buat datang bareng dia ke acara itu," ucap Kayla. "Lo tolak?" tebak Risda. "Iya. Gue takut... Gue takut kembali jatuh," ujar Kayla. "Dia juga bilang kalau... Kalau dia gagal dengan pernikahannya," ungkap Kayla yang membuat jantung Vira dan Risda berhenti berdetak sejenak. Satu hal yang mereka tutupi dari Kayla kini diketahui perempuan itu langsung dari mulut Liam. "Kay.." panggil Vira pelan. "Hm?" "Lo bener, Kay. Jangan sampai jatuh lagi. Tapi kita ga bisa nentuin masa depan lo, apapun yang lo pilih nanti, kita akan dukung," ucap Vira yang diangguki Risda. "Sejauh ini gue masih belum mau kembali ke dia. Gue bahkan selalu menghindar dari dia sebisa gue," jelas Kayla menceritakan bagaimana dirinya yang tak ingin berhubungan lagi dengan Liam meski perasaannya terluka. Kayla tahu dia lemah. Tapi Kayla bukan orang yang akan dengan mudahnya menerima kembali orang yang sudah membuat luka di dirinya. Sebenarnya Kayla sendiri masih bingung dengan perasaannya, disatu sisi ia masih mengharapkan Liam terlebih setelah mendengar kabarnya yang gagal menikah, tapi disisi lain dia takut jika harus kembali dengan Liam dan akan merasakan hal yang sama lagi. "Iya Kay, gapapa kita paham," ujar Risda. "Nenek gimana disana?" tanya Kayla yang mengalihkan pembicaraan. "Baik, kok. Kemarin kita baru aja dari taman," jawab Vira. "Makasih ya kalian udah jaga Nenek," ucap Kayla. "Iya, Kay. Sama-sama," balas Vira dan Risda. Setelah itu Kayla mengakhiri panggilannya. Dia melihat jam, sudah pukul lima sore. Kayla lalu mulai menyiapkan dirinya agar nanti saat Juna datang menjemputnya, dia tak perlu menunggu lagi. *** "Mau kemana Jun? Kok sudah mau pulang aja," tanyq Tyo saat melihat Juna melepas apronnya saat waktu baru menunjukkan pukul empat sore. "Mau ke tempat sewa mobil, Yo," balas Juna. "Sewa mobil? Kamu mau sewa mobil? Buat apa?" "Sepertinya aku lupa cerita ke kamu. Jadi, Kayla ajak aku buat ke acara ulang tahun pernikahan atasannya yang disini. Katanya ini acara utamanya dan pasti ramai. Diundangannya tertulis untuk datang berpasangan, jadi ya gitu deh," jelas Juna. Tyo tersenyum-senyum aneh, jika sudah seperti itu Juna jadi kesal melihatnya. "Cuma datang sama-sama ga ada salahnya, Yo," ucap Juna mencoba menghilangkan pikiran Tyo. "Iya tau, yaudah sana. Dandan yang gante ya Jun," ujar Tyo sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda. "Atau mau kubantu untuk dandan?" tanya Tyo. Juna langsung menggeleng, "Ga perlu, terima kasih tawarannu," tolak Juna langsung. Tyo tertawa. "Ya sudah aku pergi dulu," pamit Juna dan pergi menonggalkan Tyo yang masih terus tertawa menggodanya. "Hati-hati, bos," ujar Tyo dengan suara yang dibesarkan karena Juna sudah mencapai pintu cafe. Kini Juna berjalan ke pangkalan ojek, dia akan naik ojek untuk menuju ke tempat penyewaan mobil. Entah kenapa, dia ingin pergi bersama Kayla ke acara itu menggunakan mobil padahal Kayla sama sekali tidak memintanya. Juna sampai di tempat dan mengurus semuanya. Dia hanya akan menyewa untuk satu hari. Mobilnya juga mobil yang biasa saja. Setelah itu, Juna pergi dengan mobil sewaannya. Dia akan ke tempat laundry untuk mengambil pakaian yang akan digunakannya nanti malam. Juna kembali ke rumah pukul setengah enam sore, dia masih punya waktu sekitar satu jam untuk menyiapkan diri. Juna pergi mandi terlebih dahulu. Dia lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian yang sudah dia siapkan. Setelan jas berwarna hitam yang sangat pas ditubuh Juna membuatnya terlihat semakin tampan. Juna melihat pantulan dirinya sendiri di kaca cermin. Sudah lama dia tidak menggunakan pakaian seperti ini, jadi rasanya masih belum terbiasa. Dia juga akan memakai sepatu berwarna senada nanti. Sebelum itu, dia akan merapikan rambutnya terlebih dulu. Beberapa waktu dia gunakan untuk menyiapkan diri. Hingga kini waktu sudah hampir menuju pukul setengah tujuh malam. Juna lalu keluar dari rumahnya setelah memastikan dirinya siap. Dia akan pergi menjemput Kayla dikontrakan perempuan itu setelah Juna mendapat pesan dari Kayla kalau dirinya juga sudah selesai bersiap-siap. Juna mebawa mobil sewanya keluar dari pekarangan rumahnya, dia segera mengemudikannya menuju kontrakan Kayla. Beberapa menit hingga ia tiba di depan kontrakan Kayla. Ternyata Kayla sudah menunggunya di depan rumah. Gaun hitam tampak sangat elegan ditubuhnya. Kayla masuk kedalam mobil Juna. Juna memerhatikan Kayla dengan lekat. "Ayo," ucap Kayla yang menyadarkan Juna. "Ah, iya. Ayo," balas Juna gagap. Dia lalu kembali memanufer mobilnya. Setelah mengatur gas di mobil, Juna segera mengemudikan mobilnya menuju tempat itu. *** Malam ini Liam sudah siap dengan pakaiannya. Dia akan menghadiri acara ulang tahun pernikahan rekan kerjanya. Tapi dia hanya datang seorang diri tanpa membawa pasangan. Liam menghela napasnya saat melihat pantulan dirinya di cermin. Bukan karena penampilannya yang buruk, tapi suasanan hatinya yang buruk. Sepertinya dia nanti akan bertemu Kayla yang datang dengan pria lain yang bukan dirinya. Dan tebakannya itu adalah Juna, laki-laki yang ditemuinya kemarin. Tidak mungkin baginya untuk tidak hadir, terlebih setelah dia dan Dave melakukan kerjasama atas nama kerja. "Semangat, Liam," ujar Liam menyemangati dirinya sendiri. Dia mengambil ponsel serta undangannya. Tertulis alamat serta waktu yang sudah ditentukan untuk acara itu. Liam lalu keluar dari penginapannya. Dia mengemudikan mobilnya menuju lokasi acara tersebut diadakan. Lokasinya tak jauh dari penginapan Liam, jadi dia tak membutuhkan waktu lama untuk sampai kesana. Sebuah gedung putih yang megah teroam0ang didepannya. Dia masuk setelah memarkirkan mobilnya. Terlihat sudah ada banyak orang yang hadir. Tapi kedua pasangan pemilik acara belum memasuki ruangan. Selama menunggu itu Liam mencari tempat duduk. Dia melihat ke sekeliling ruangan gedung ini. Dia sedang mencari keberadaan Kayla, tapi sepertinya dia belum datang. *** Butuh beberapa menit untuk Juna dan Kayla sampai di lokasi acaranya. Mereka turus bersama-sama. "Pelan-pelan, Kay," ucap Juna saat Kayla hampir saja terjatuh karena dia sedikit kesusahan dengan sepatu hak tingginya. Juna refleks memegang lengan Kayla, dia lalu membantu Kayla untuk menaiki anak tangga. Kayla menerimanya, dia berpegangan pada tangan Juna. Dia kembali berjalan dengan hati-hati. Sudah lama fia tidak memakai sepatu hak tinggi. Gaun sepanjang kakinya juga sedikit menghalangi perjalanannya. "Terima kasih," ujar Kayla saat sudah sampai di anak tangga terakhir. Mereka lalu melepaskan pegangan tangan mereka. Kedua orang itu masuk bersama-sama. Sudah ada banyak orang didalam. Kayla melihat-lihat kesekelilingnya seolah mencari seseorang. Dia mencari Liam, tapi hanya sesaat hingga ia tersadar, "kenapa nyari dia sih?" gumamnya kesal pada diri sendiri. Untungnya Juna tidak mendengarnya. Kayla kini mencari keberadaan Fanny. Dia belum melihat perempuan itu. "Ayo duduk disana dulu, Kay. Kakimu pasti capek," ajak Juna sambil menunjuk deretan kursi untuk tamu undangan. Kayla menurut, mereka berjalan menuju kursi yang dimaksud Juna dan duduk disana. Kayla dan Juna juga menyempatkan untuk mengambil segelas minuman yang dibawa pelayan. Acara akan dimulai ketika seorang memberitahu lewat sebuah mic. Kini kedua orang yakni Dave dan istrinya memasuki ruangan. Mereka berdua masuk kedalam dengan Dava yang memakai setelan jas berwarna ptih dan juga istrinya yang menggunakan gaun sepanjang lantai yang berwarna senada. "Dimohon kepada para tamu undangan untuk berdiri karena mita akan menyambut pasangan utama malam ini," ujar seoranf mc saat Dave dan istrinya melangkah maju menuju panggung. Seo.ua tamu serempak berdiri dan sebuah lagu diputar, terus seperti itu hungga Dave dan istrinya tiba diatas panggung. Para tamu undangan kemvali duduk. Dave dan juga istrinya juga duduk diatas sana. "Cantik ya," ucap Juna. Kayla hanya mengangguk membenarkan perkataan Juna tanpa berpaling. Dia berfikir Juna menilai istri Dave yang tampak cantik diatas sana. Padahal, Juna mengatakan itu dambil melihat Kayla yang terus saja tersenyum menatap suami istri itu. Juna memang sedang memuji Kayla yang terlihat sangat cantik malam ini. Dia sebenarnya ingin mengatakannya sejak tadi, tapi entah kenapa baru saat ini dia mengutarakannya dan Kayla bahkan tak mengerti maksudnya mengatakan hal itu. Juna hanya tersenyum mendengar pendapat lain dari Kayla, "Iya, dia cantik," balas Juna yang malah mengikuti maksud Kayla. Beberapa rangkaian acara itu dilaksanakan. Dari hal kecil hingga kini waktunya memotong kue pernikahan mereka. Kue itu setinggi setengah meter dengan warna putih mendominasi. Seseorang lalu menepuk pundak Kayla. "Kayla," panggil orang itu sambil menepuk bahu Kayla pelan. Kayla menoleh dan mendapati Fanny. "Oh, hai Fanny," sapa Kayla langsung. Fanny tidak datang sendirian, dia datang bersama seorang laki-laki yang diperkenalkannya sebagai pacarnya. "Kan benar dugaanku, kamu cantik banget pakai ini," ujar Fanny menilai penampilan Kayla. Kayla terkekeh, "Terima kasih Fanny," ucap Kayla. Fanny lalu beralih melihat seseorang yang berada disamping Kayla dan terlihat memerhatikan percakapan Kayla dan Fanny. Kayla yang menyadari tatapan Fanny langsung berkata, "Namanya Juna, Fan. Temanku," ucap Kayla memperkenalkan Juna kepada Fanny. Juna lalu mengulurkan tangannya, "Juna," ujarnya. Fanny membalasnya dan menyebutkan namanya. "Teman?" tanya Fanny. "Iya, Fan," balas Kayla. "Kalian cocok kok kalau jadi pasangan," ucap Fanny tiba-tiba. Dan itu membuat Kayla dan Juna bertingkah canggung. "Apa sih, Fan. Kita ini cuma teman," ucap Kayla membantah perkataan Fanny dan itu diangguki oleh Juna. "Ah ya udah deh terserah kalian. Aku mau kesana dulu ya," pamit Fanny mengakhiri obrolan mereka. Dia lalu pergi bersama pacarnya. Kayla dan Juna saling bertatapan canggung. "Emm.. Mau makan?" tanya Juna berusaha mengembalikan keadaan. "Ah, i-iya. Ayo," balas Kayla. Mereka lalu melihat ke sekeliling, ada berbagai menu tersedia disana. "Mau makan apa?" tanya Juna. "Batagor. Aku mau itu aja," jawab Kayla saat matanya melihat stand batagor. Kayla akan berjalan mendekat, tetapi Juna menahannya. Kayla menoleh dan mengangkat alisnya seolah bertanya ada apa. "Kamu tunggu disini saja Kay, biar aku yang ambilkan. Kakimu memerah," ujar Juna sambil melihat belakang kaki Kayla yang mulai merah karena sepatu hak tingginya. "Tidak apa-apa kok," balas Kayla. Juna menggeleng, dia lalu menarik Kayla untuk duduk di salah satu kursi terdekat. "Tunggu ya, Kay," ujar Juna dan segera berlalu meninggalkan Kayla agar Kayla tak dapat membantahnya lagi Kayla hanya pasrah. Dia memainkan ponselnya selama menunggu Juna kembali dengan makanannya. Seseorang duduk disebelahnya, Kayla mengangkat kepalanya. "Sudah?" tanya Kayla sambil menoleh mengira itu Juna. Tapi ternyata itu bukan Juna, itu adalah Liam. Dia duduk disebelahnya dengan senyuman manis yang terukir diwajahnya berbanding terbalik dengan ekspresi Kayla yang terlihat datar saat ini. "Hai," sapa Liam. Kayla tak membalasnya, dia juga membung pandangannya kearah lain. "Kamu datang sendiri?" tanya Liam. Kayla masih menyueki Liam. Dalam hati dia berharap agar Juna segera kembali. "Sudah makan, Kay?" tanya Liam meski dirinya terus dicueki Kayla. Setelah beberapa waktu lalu dia terus mencari keberadaan Kayla, kini saat ketemu dia malah tak mendapatkan respon apapun dari Kayla. Liam terus bersabar menghadapi Kayla saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD