Kebaikan Kayla

2000 Words
Resti dan Linda segera menuju meja makan setelah Resti mencuci mukanya terlebih dahulu. "Wah, kenapa banyak sekali makanan disini?" tanya Resti saat melihat meja makan yang penuh dengan lauk yang masih panas. "Itu dari tetangga, Nek. Tadi dia bawakan Nenek itu," balas Linda sambil menarikkan kursi untuk Resti duduki. "Oh, seperti itu... Dia memang baik sekali ke kita," ujar Resti, ia lalu duduk di kursinya, "terima kasih," lanjutnya. Linda mengambil piring, ia meletakkan nasi dan beberapa lauk di piring itu lalu memberikannya ke Resti. Setelah itu dia mengambil piringnya sendiri. Mereka mulai makan dengan tenang. "Kayla tadi sebelum pergi makan dulu 'kan Nek?" tanya Linda di tengah kegiatan makannya. "Iya sudah, Nenek juga bawakan dia bekal," balas Nenek. Mereka berdua melanjutkan makan hingga habis. Setelah itu mereka duduk-duduk sebentar sebelum kembali istirahat dan tidur, Linda menginap di rumah Nenek malam ini. *** Pagi ini Vira sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan Risda, ia menatap pantulan dirinya di cermin kamarnya. Dandanan sederhana yang biasa dia gunakan setiap keluar bersama teman-temannya. "Iya, gue keluar sekarang," ucap Vira kepada Risda dari sambungan telefon. Risda telah menunggu di depan rumahnya. Vira segera berlari menghampiri Risda, ia masuk ke dalam mobil. "Mau kemana dulu?" tanya Vira. "Ke toko alat tulis dulu, ada yang harus gue beli," balas Risda sembari menjalankan mobilnya menjauhi rumah Vira. Risda mengarahkan mobilnya segera ke toko alat tulis untuk membeli keperluannya. Selepas itu, mereka kembali ke mobil. "Sekarang langsung ke super market aja?" tanya Risda. "Iya, langsung aja takut kemalaman nanti," jawab Vira. Mereka langsung menuju super market. Sebenarnya mereka berencana untuk pergi ke rumah Resti untuk memasakkan sekaligus mengunjungi Resti. Jadi, mereka sekarang sedang dalam perjalanan menuju super market untuk membeli bahan-bahan terlebih dahulu. "Gua kok udah rindu ya sama Kayla," ucap Vira dan diangguki Risda. "Sama, nanti kita video call sama dia kalau sudah di rumah Nenek," ujar Risda. Mereka berdua memang benar-benar merindukan Kayla walau baru satu hari mereka berpisah. Kini mereka berdua sudah berada di dalam super market. "Ke tempat sayuran dulu," ujar Vira. Mereka berjalan ke bagian sayur-mayur dengan mendorong troli. "Mau masakin apa ya enaknya?" tanya Vira. "Tumis kangkung, sop, sama ikan goreng saja gimana?" Risda balik bertanya. "Boleh tuh." Mereka berdua mengambil beberapa bahan yang dibutuhkan untuk memasak menu-menu yang sudah mereka tetapkan. Tanpa sengaja, mereka melewati lorong khusus kebutuhan rias yang membuat mereka langsung berhenti. Vira dan Risda saling bertatapan dan senyum mereka segera terbit. "Ayo," ujar Vira. Mereka berdua langsung masuk ke dalam bagian make up itu. Mereka berdua sangat bersemangat saat memilih-milih barang. Keduanya berbahagia disana. "Coba aja Kayla ada disini," ujar Risda tiba-tiba. "Iya bener. Ah, kita harus sabar selama sebulan ini tanpa Kayla," balas Vira ikut merenung. Setelah bersenang-senang selama beberapa menit, kini mereka keluar dari super market dengan kedua tangan mereka yang penuh dengan belanjaan. Mereka juga membeli beberapa buah tangan untuk mengisi kulkas Resti agar dia tidak perlu lelah-lelah keluar untuk berbelanja. "Eh, kalian datang," ucap Resti saat melihat Risda dan Vira masuk ke rumahnya. Dia tersenyum senang. "Apa yang kalian bawa?" tanya Resti saat melihat Vira dan Risda membawa banyak kantong belanja. "Ah, kita mau masakin Nenek, ini juga ada beberapa kebutuhan buat Nenek. Kita simpan di kulkas ya," ujar Risda sembari memasukkan semua belanjaan mereka ke dalam kulkas hingga memenuhinya. Sedangkan Vira, dia sedang menyiapkan bahan-bahan yang akan mereka masak di dapur. "Nenek duduk saja disana," ujar Vira. Resti menurut, dia duduk di meja makan sambil melihat Vira dan Risda yang sibuk dengan kegiatannya. "Terima kasih ya, kalian menemani kekosongan Nenek selama Kayla tidak disini," ujar Resti tulus. "Sama-sama, Nek. Tidak masalah selagi Nenek bahagia," balas Risda dan diangguki Vira. "Dimana tante Linda, Nek?" tanya Vira karena sejak tadi dia tidak melihat dimana Linda berada. "Lagi keluar tadi," balas Resti. Vira dan Risda mulai mengerjakan tugasnya, mereka membagi tugas untuk mempersingkat waktu agar masakan mereka tidak terlalu lama jadi dan bisa segera dimakan. "Sisa sopnya, Vir," ucap Risda setelah meletakkan sepiring tumis kangkung di meja makan. Saat mereka sedang sibuk memasak hidangan terakhir, Linda masuk ke dalam rumah. "Wah, ada kalian Vira... Risda," ucap Linda saat dia melihat Vira dan Risda berada di dapur. "Iya, tante," jawab mereka bersamaan. "Lagi masak apa?" "ini semua tante," jawab Vira bersamaan dengan meletakkan semangkuk sop di meja makan. Risda juga menunjuk semua masakan mereka yang sudah dihidangkan. "Ayo makan tante, aku panggil Nenek dulu di kamarnya," ujar Risda dan berlalu pergi ke kamar Resti untuk memanggilnya makan. Mereka berdua kembali ke meja makan tak lama kemudian. "Selamat makan," ucap mereka semua bersama-sama. Meja makan itu kini tampak ramai dengan perbincangan yang mereka lakukan. "Ayo video call Kayla," ujar Vira setelah semua menghabiskan makanan mereka. "Ayo." Vira membuka ponselnya untuk segera menghubungi Kayla. Entah dia sedang apa saat ini. Resti, Linda, dan Risda juga sudah menatap ponsel Vira saat sambunganya masih berdering. "Halo," ujar Kayla di seberang saat panggilan teleponnya diangkat. "Kayla!" seru mereka berempat bersamaan. "Oh, hai. Astaga... Ramai sekali disana," ujar Kayla. "Kita berdua baru aja masak loh Kay," ucap Vira sambil mengangkat piringnya yang sudah kosong. "Wah, terima kasih," ujar Kayla. Mereka semua saling bertukar cerita sepanjang pembicaraan, walau hanya lewat telepon tapi mereka sudah sangat bahagia. "Kamu dari mana, Kay?" tanya Resti karena menyadari pakaian Kayla yang bukan ia kenakan sehari-hari. "Aku habis wawancara di kantor, Nek," balas Kayla. "Aku belum mandi. Sevenarnya aku baru sampai waktu kalian nelfon," lanjut Kayla menjelaskan. "Ya ampun, ya sudah kamu mandi dulu sana terus istirahat," ujar Resti. "Iya, Nek. Ya sudah kalau gitu aku tutup dulu teleponnya ya," ujar Kayla. "Iya, dah.. Kayla, hati-hati di sana ya," balas mereka bersamaan dengan tangan yang melambai ke arah kamera. Kayla lalu mematikan sambungan teleponnya. "Nenek kasihan liat Kayla, dia pasti kecapean tadi," ujar Resti saat sambungan teleponnya baru saja terputus. "Iya, Nek. Tapi kita yakin kok kalau Kayla pasti kuat," balas Risda. Vira dan Linda mengangguk setuju dengan perkataan Risda. "Iya, semoga." "Ya sudah, kita mau bersih-bersihin ini dulu ya," ucap Vira sambil bangkit dari duduknya. "Jangan, biar tante saja yang bersihkan," cegah Linda yang ikut berdiri. "Gapapa tan, kita aja," ucap Vira. "Oke, tante bantu kalian aja kalau gitu," putus Linda mengakhiri perdebatan. *** Di lain sisi, Kayla yang baru memutuskan panggilan teleponnya langsung berbaring lesu. Ia merasa sangat lelah hari ini. Sebenarnya wawancaranya dibatalkan, padahal dia sudah menunggu seharian di sana. Tetapi, dia juga tidak bisa memberi tahukan kebenarannya kepada mereka terutama Resti, karena ia tak mau Neneknya merasa khawatir terhadap dirinya. Dia harus terbiasa di sini, tanpa Nenek, tante Linda, bahkan teman-temannya. Kayla menyewa kontrakan kecil untuk dia tinggali selama satu bulan. Dia tak masalah meski kecil selama dirinya nyaman. Kayla berbaring diatas kasurnya dengan posisi telentang, pandangannya menatap langit-langit yang gelap karena dia tidak menyalakan lampunya. Kayla belum makan dari tadi, ia hanya sempat sarapan tadi pagi sebelum berangkat. Perutnya mulai terasa kosong. Kayla menghela, "Besok harus balik lagi kesana," gumamnya pada diri sendiri. Perjalanannya masih panjang, jadi dia tidak boleh menyerah saat perjalanannya baru akan dimulai. Kaya bangkit dari rebahannya, ia akan membersihkan diri terlebih dulu karena ia tak tahan dengan badannya yang lengket. Selepas itu dia akan keluar mencari makan malam untuk kembali mengisi kekosongan perutnya. Kayla keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang lebih sederhana, dirinya sekarang merasa segar. Dia memoles wajahnya dengan sedikit make up tipis, dia juga memakai jaketnya karena udara malam yang mulai dingin. Kayla keluar setelah mengunci kontrakannya. Ia akan berjalan ke depan lorongnya, tepatnya pinggir jalan raya. Ada banyak pedagang kaki lima di sana, itu sedikit melegakan Kayla saat merantau ke kota orang karena jaraknya yang tak jauh dari kontrakannya serta dia tak perlu pusing lagi mencari makanan saat dia tidak masak. Dia memilih untuk makan sate ayam saja. Kayla masuk ke dalam warung kecil penjual sate ayam, ia lalu memesannya satu porsi. "Seporsi ya bang, makan di sini," ujar Kayla saat memesannya. Dia berbalik, matanya mencari-cari tempat yang kosong untuk ia duduki. Tempat ini lumayan ramai untuk ukuran pedagang kecil di pinggir jalan. Kayla melangkah saat matanya menangkap tempat yang kosong. Ia duduk disana sembari menunggu pesanannya tiba. Tak selang berapa lama hingga pesanannya kini sudah ada di hadapannya. Kayla mulai melahap makanannya dengan tenang. Beberapa menit hingga ia menghabiskan makanannya. Dia berdiri untuk membayar. Tapi seseorang menabraknya saat dia mengeluarkan dompet dari tasnya. "Ya ampun... Maaf aku ga sengaja," ujar seseorang yang menabrak Kayla. Orang itu langsung mengambil dompet Kayla yang terjatuh di tanah, ia bahkan membersihkannya juga. "Tidak apa-apa, aku juga minta maaf," ujar Kayla. Ia melihat orang di depannya. Seorang laki-laki yang lebih tinggi darinya hingga membuatnya harus mendongakkan kepala saat berbicara dengannya. Kening laki-laki itu mengeryit, "kamu bukan asal sini ya?" tanyanya tiba-tiba. Kayla langsung merasa kikuk, "Iya," balasnya. Laki-laki itu mengangguk. "Kalau gitu aku pergi dulu ya," ucap laki-laki itu berpamitan dan berlalu pergi dari hadapan Kayla. Kayla lalu melanjutkan apa yang sempat terhenti tadi, ia membayar makanan yang dipesannya lalu pergi dari sana. Dia akan langsung pulang ke kontrakannya karena waktu yang sudah semakin malam. Kayla tiba di kontakan, ia mencuci tangannya terlebih dulu. Dia kemudian duduk diatas ranjangnya. Tangannya mengambil ponsel miliknya yang sengaja ia tinggal untuk diisi dayanya. Kayla menyalakan ponselnya, ia kemudian membuka media sosialnya. Entah angin apa, tiba-tiba yang muncul pertama kali di berandanya adalah foto Liam bersama calonnya. Matanya terpaku melihat itu. Tiba-tiba juga hatinya merasa getir. Bukan ia tidak menerima fakta kalau sekarang dia sudah tidak bersama Liam lagi. Tetapi, ia masih sedikit tidak menyangka kalau ternyata akan ada jarak diantara mereka. Ingatannya kembali terngiang-ngiang tentang masa lalunya bersama Liam. Kebahagiaan kecil yang menyelimuti keduanya saat bersama, saat Liam yang memahami diri Kayla, bahkan sampai dimana titik terendahnya Liam selalu membantu Kayla tanpa pamrih. Kayla tahu Liam sangat tulus padanya saat itu, iya saat itu. Entah sekarang bagaimana, Kayla tak berani menemuinya bahkan mengontaknya. Bukan Kayla membencinya atau tidak menerima kenyataan, tetapi ia hanya berusaha untuk menjaga hatinya agar tidak terluka terlalu dalam. Kayla selalu menyangati dirinya sendiri. Tak ingin terlalu larut dalam pikirannya tentang Liam, ia memilih keluar dari media sosialnya dan meletakkan ponselnya. Karena sudah semakin malam dan besok dirinya harus kembali ke kantor, ia memilih untuk tidur. *** "Pagi Kayla," ucap Kayla pada dirinya sendiri saat terbangun dari tidurnya. Matanya masih bengkak khas bangun tidur, ia bahkan masih menguap saat berusaha bangun dari kasurnya. Saat ini pukul lima pagi, dia akan ke kantor pukul delapan pagi. Masih ada waktu banyak untuk dirinya masak sarapan. Dia mengambil roti tawar dan selai dari dalam kulkasnya, ia akan makan roti saja dengan s**u karena dia tak terbiasa makan makanan berat saat pagi. Tapi Kayla juga suka bubur ayam buatan Neneknya. Tiba-tiba dia merindukan itu. Kayla mencuci wajahnya dan pergi ke dapur kecilnya. Setelah menyiapkan sarapannya sendiri ia memakannya. Setelah itu dia pergi masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya karena sudah pukul 6 pagi. Selepas mandi, Kayla menyiapkan barang-barangnya. Ia keluar dari rumah secepat kilat karena ia takut akan tertinggal bis. Kayla mengenakan pakaian rapi khas karyawan kantor, ia juga memakai riasan tipis di wajahnya. Kayla menunggu bisnya di halte. Beberapa menit hingga bisnya tiba, Kayla melangkah naik. Bis itu lumayan penuh di jam segini, karena itu ia harus berdiri dan membiarkan seorang ibu hamil mengambil tempat duduknya. Kayla berpegangan untuk menahan tubuhnya. Di tasnya berisi banyak berkas yang akan dia gunakan untuk wawancara terakhirnya. Jarak dari kontrakannya menuju ke kantor sekitar empat puluh lima menit. Ia turun di halte yang dekat dengan kantornya. Kakinya terasa pegal karena harus berdiri sepanjang jalan. Bahkan dia juga harus berjalan kaki ke kantornya sekitar 5 menit. Dia hanya memiliki waktu 10 menit untuk bisa mengikiti wawancara terakhirnya. Mau tidak mau ia sedikit berlari menuju kantor. Meski kakinya terasa sakit apalagi karena dia memakai sepatu hak. Kayla masuk ke dalam kantor tepat 5 menit sebulm dia mulai wawancara. Ia menyempatkan ke kamar mandi sebentar untuk membenahi dirinya. Selepas itu, Kayla pergi menunggu di ruang tunggu hingga namanya terpanggil. Kayla memainkan ponselnya untuk mengirimi pesan ke Vira dan Risda. Saat namanya dipanggil, dia segera masuk ke ruangan yang sudah disiapkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD