Kayla dan Juna berjalan keluar bersama. Juna memanggilkan taksi untuk Kayla, dia juga diam-diam membayarkannya.
"Terima kasih banyak ya, Kay," ujar Juna lagi. Setelah itu taksinya berlalu pergi. Juna masuk kembali setelah tak lagi melihat taksi itu.
Juna kembali ke dalam ruangan bundanya. Dia masih melihat bundanya yang masih menutup matanya. Juna melangkah dan duduk di tempat yang tadi. Juna meminta Kayla pulang bukan karena tak nyaman dia ada disini. Justru Juna benar-benar memintanya pulang karena alasan kesehatannya. Sebab tadi saat tangannya digenggam Kayla, dia merasakan tangannya yang hangat. Tanpa Kayla sadari juga sebenarnya Juna sempat merasakan kening Kayla yang terasa panas.
Karena itulah Juna memintanya untuk pulang.
Di lain sisi.
Kayla tiba di kontrakannya beberapa saat kemudian. Saat sampai fia belum mendapat pesan dari Juna tentang kabar bundanya. Kayla lalu berbaring ke atas kasurnya tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
Kayla merasa tubuhnya yang begitu pegal, udaranya pun terasa dingin menusuk kulitnya. Tanpa sadar, Kayla langsung tertidur beberapa menit kemudian.
Kayla terbangun di pukul tiga pagi. Tubuhnya terasa tambah dingin. Ia melihat tubuhnya yang masih memakai pakaian yang tadi. Lalu ia bangkit berdiri dan mengqbil pakaian baru. Dia menuju kamar mandi untuk berganti pakaian.
Setelah selesai, dia kembali ke kasurnya. Kayla mengbil ponselnya dan melihat ada pesan masuk dari Juna.
Bunda sudah sadar, syukur dia baik-baik saja. Ada sesuatu kusimpan depan kontrakanmu. Diambil ya, istirahat yang cukup.
Itu adalah pesan yang dikirim Juna kepadanya. Kayla lalu meletakkan ponselnya kembali dan berjalan keluar. Benar saja, saat dia membuka pintunya ada sebuah kantong plastik yang tergantung di gagangnya. Kayla lalu mengambilnya dan kembali masuk ke dalam.
Kayla duduk terlebih dahulu, tangannya lalu membuka kantong itu untuk melihat apa isinya.
Itu bubur ayam dan sebuah obat. Kayla mengambil obatnya, dia membacanya, "Obat penurun panas?" gumamnya.
Kayla langsung memegang keningnya dan benar saja, keningnya terasa panas. Dia juga mengecek lehernya, hasilnya sama seperti sebelumnya. Kayla kemudian berfikir bagaimana Juna bisa tau kalau dirinya sedang sakit saat ini. Apa karena inilah Juna memintanya untuk pulang?
Kayla mengenyahkan pikirannya, terserah saja. Dia lalu mengambil bubur ayam itu. Kebetulan sekali perutnya sedang lapar saat terbangun tadi. Jadi Kayla memilih untuk memakannya meski tau jam masih menunjukkan pukul tiga pagi.
Setelah selesai makan, Kayla tidak kembali tidur. Dia tidak masuk kantor hari ini karena ini hari minggu. Jadi, Kayla tidak terlalu khawatir jika akan tertidur lagi nanti. Kayla kembali membuka ponselnya, dia juga membuka roomchat nya dengan Juna untuk mengirim pesan balasan kepadanya.
Syukurlah, sampaikan salamku untuk bunda dan terima kasih banyak, Juna.
Itulah pesan balasan dari Kayla. Juna yang belum bisa tidur mengambil ponselnya ketika berdenting. Dia melihat pesan masuk dari Kayla. Juna membacanya dan tersenyum. Juna lalu menatap bundanya yang kini tertidur nyenyak.
"Kayla titip salam, bunda," ujarnya pelan.
Juna lalu mematikan ponselnya. Dia membaringkan kepalanya disebelah lengan bundanya. Matanya perlahan menutup menyusul bundanya ke alam mimpi.
***
Kayla sudah membaik pagi ini. Sesuai dugaannya, dia tertidur pagi sekali dqn bangun saat pukul sepuluh. Kayla mengambil ponselnya yang berdering karena panggilan masuk. Kayla duduk dan melihat nama Risda terpampang diponselnya.
"Halo," sapa Kayla dengan suara khas bangun tidurnya. Badannya masih terasa sakit, tapi panasnya sudah berkurang.
"Kay, lo dimana?" tanya Risda langsung.
"Di kontrakan, kenapa?"
"Kita mau kesana, barang lo ketinggalan di penginapan kita. Kirim lokasi ya," ucao Risda diseberang sana.
"Iya." selepas itu panggilan telefonnya dimatikan. Kayla segera mengirim lokasi kontrakannya ke ponsel Risda.
Setelah itu, Kayla bangun dari kasurnya. Dia berjalan menuju dapur untuk memanaskan air. Dia ingin mandi air hangat sekarang. Kayla menunggu hingga beberapa menit sampai airnya mendidih. Dia lalu membawanya masuk ke dapam kamar mandi dan menuangkannya ke dalam bak mandi. Kayla lalu mencampurnya dengan aie biasa hingga airnya berubah menjadi hangat.
Kayla segera membasuh dirinya. Dia mandi hingga beberapa menit. Tepat saat selesai mandi Vira dan Risda juga sampai di depan kontrakan Kayla.
Kayla selesai mengganti pakaian. Dia lalu membuka pintu saat ada yang mengetuk. Itu Vira dan Risda.
"Hai, Kay," sapa mereka berdua. Mereka lalu masuk saat Kayla menyuruhnya.
"Kemarin kenapa Kay? Kok buru-buru banget sih, sampe ga makan lagi," tanya Vira penasaran.
"Bundanya temen gue habis kecelakaan, gue juga langsung panik pas tau. Sorry ya gue ninggalin kalian," ujar Kayla merasa tak enak. Dia jadi teringat lagi dengan bundanya Juna.
"Ya ampun, terus keadaannya gimana?"
"Pendarahan, tapi untungnya langsung ditangani. Kabarnya sih udah sadar sekarang, ntar gue mau kesana lagi," ucap Kayla.
"Nanti kita anterin," ucap Risda dan disetujui Vira.
"Tapi Kay, lo kok kayak pucet gitu," ucar Risda saat menyadari bibir pucat Kayla padahal tau kalau Kayla baru saja selesai mandi.
Kayla refleks memegang bibirnya, "Oh ini, semalam emang kurang enak badan aja sih. Tapi udah mendingan kok," jelas Kayla.
"Udah minum obat?"
Kayla mengangguk, "Iya sudah juga," ujarnya.
"Nih, Kay. Barang-barang lo yang ketinggalan," uxap Vira sambil meletakkan barang milik Kayla yang tertinggal di penginapan ke atas meja.
"Makasih ya," ujar Kayla.
"Kalian udah makan?" tanya Kayla.
Vira dan Risda kompak menggeleng, "belum," ujar mereka.
Kayla terkekeh. "Ya udah ayo makan diluar. Sekalian gue mau ke rumah sakit," ucap Kayla.
Kayla lalu bersiap-siap sebentar. Sedangkan Vira dan Risda menunggunya diluar. Kaula segera menyusul setelah siap.
Vira lalu melajukan mobilnya menuju sebuah tempat makan. Mereka makan beberapa saat kemudian dan selepas itu, mereka menuju rumah sakit tempat dimana bunda Juna dirawat.
"Lo yakin gapapa Kay?"
"Lo masih kuat Kay?"
Pertanyaan-pertanyaan khawatir Vira dan Risda terus terlontar saat mereka tiba di depan rumah sakit itu dan membuat Kayla terus tidak jadi turun dari mobil. Bagaimana tidak khawatir, sementara tadi saat makan Kayla tak memakan banyak dan malah memuntahkan isi perutnya.
"Kita ikut deh," ujar Vira lagi yang kesekian kalinya.
"Gue gapapa Vira... Risda... Serius, enyar kalau gue ga kuat gue telepon kalian langsung kok," ujar Kayla.
"Beneran Kay?"
Kayla mengangguk sungguh-sungguh, "Iya, beneran," ucapnya.
"Ya udah deh, hati-hati kalau gitu," ucap Risda mulai pasrah.
Kayla tersenyum dengan tingkah kedua temannya ini. "Gue pergi dulu ya, makasih," ucap Kayla dan turun dari mobil. Dia juga melambaikan tangannya saat mobil teman-temannya berlalu pergi dari hadapannya.
Kini tinggal dirinya sendiri. Sebenarnya kepalanya mulai pusing lagi. Tapi dia menahannya sejak tadi, karena dia tak ingin membuat teman-temannya lebih khawatir.
Kepalanya mulai sakit, Kayla memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Dia juga menutup matanya berusaha menghilangkan rasa sakitnya. Kayla hampir saja berjongkok ketika seseorang menahan tubuhnya untuk tetap berdiri.
Kayla menoleh untuk melihat siapa orang itu.
"Liam?"
Itu adalah Liam. Lakiclaki yang menahan tubuh Kayla agar tetap berdiri.
"Kamu kenapa?" yanya Liam mengabaikan raut terkejut Kayla.
Kayla menggeleng, "Gapapa," ujarnya sambil menyingkirkan tangan liam yang berada dipundaknya.
Tapi Liam tak percaya, dia memegang kening Kayla, "Panas," gumamnya.
"Kamu sakit, Kay," ujar Liam lagi.
Kayla tetap menggeleng, "Aku gapapa," ucapnya lagi.
Baru Kayla akan melangkah masuk ke dalam rumah sakit, pertanyaan Liam kembalu menghentikannya.
"Kamu ngapain ke sana Kay?" tanya Liam saat melihat Kayla menuju ke arah rumah sakit.
Kayla berbalik, "Bukan urusan kamu," ujar Kayla.
"Aku ikut," putus Liam pada akhirnya. Dia juga melanglah mendahului Kayla.
"Bundanya Juna yang sakit, bukan aku," ujar Kayla di belakang Liam. Laki-laki itu lalu berhenti melangkah. Dia berbalik menatap Kayla.
"Juna?" Liam berfikir sebentar, "Ah, laki-laki itu," ingatnya.
"Ya sudah gapapa, aku tetap ikut. Ayo," panggil Liam mengajak Kayla untuk segera masuk ke dalam.
Kayla menghela pasrah. Di tak lagi membantah Liam. Dia lalu berjalan mendahului Liam, tapi Liam malah mensejajarkan langkah mereka. Liam merogoh kantongnya. Dia memberikan sesuatu kepada Kayla.
"Apa?" tanya Kayla bingung.
"Di minum, Kay. Ini airnya," Liam memberikan obat dan juga memberikan sebotol air ke Kayla. Kayla bahkan tak sadar jika Liam mebawa botol air itu sedari tadi ditangannya.
"Ga usah, makasih," tolak Kayla. Tapi Liam mengambil satu tangan Kayla dan memberikan obat itu ke tangannya. Setelah itu, Liam menari Kayla untuk duduk di salah satu kursi disana.
"Minum Kay," ujar Liam lagi.
Kayla lalu meminumnya, Liam segera memberikan sebotol air kepada Kayla yang langsung diterima perempuan itu. Kayla segera meminum airnya.
Setelah selesai ia memberikan airnya kembali ke Liam, "Makasih," ucapnya. Kini ia kembali berdiri dan melanjutkan perjalanan disusul Liam yang terus mensejajarkan langkah mereka.
Kayla dan Liam kini tiba di depan ruang rawat inap bunda Juna. Kayla mengetuknya lebih dulu dan membukanya. Juna tersenyum melihat kedatangan Kayla. Pandangannya lalu teralihlan dengan sosok Liam yang berada di belakang perempuan itu.
"Halo," sapa Liam saat melihat Juna yang sedang duduk di samping ranjang bundanya.
"Ah iya, halo," balas Juna. Dia lalu mempersilahkan mereka untuk masuk.
"Aku bertemu dengannya di depan, dia ingin menjenguk bunda juga," jelas Kayla memberitahu Juna.
'Bunda?' tanya Liam dalam hati saat mendengar Kayla memanggil bunda Juna dengan sebutan bunda juga.
Liam dan Kayla lau menatap bunda Juna yang sedang tidur.
"Baru selesai makan bunda langsung tidur," ujar Juna memberitahu. Kayla dan Liam mengangguk mengerti.
"Keadaannya gimana?" tanya Liam meski ini pertama kalinya dia bertemu dengan orang tua Juna dan dia juga sebenarnya tidak begitu akrab dengan Juna.
"Sudah membaik," balas Juna.
Entah kenapa Kayla merasa kalaubsuasananya menjadi canggung.
"Kita bicara diluar saja bagaimana? Takut bunda terganggu nanti," ujar Kayla dan disetujui kedua lelaki itu.
Setwlah itu mereka bertiga keluar dan Juna menutup pintunya perlahan.
"Ada cafe di depan, ayo kesana saja," saran Liam dan diangguki Juna, sedangkan Kayla tak bereaksi apa-apa.
Juna dan Liam memimpin perjalanan, Kayla membuntuti mereka dari belakang. Tapu, tak lama kedua laki-laki itu menyadarinya hingga membuat keduanya berjalan d belakang Kayla. Kayla yang awalnya bingung dengan tingkah keduanya menjadi tak acuh. Dia terus melangkah keluar rumah sakit diikuti kedua lelaku dibelakangnya.
Kayla melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Itu adalah penjual ice cream.
"Kalian duluan saja, aku menyusul," ucap Kayla tiba-tiba.
"Eh, Kay," Liam dan Juna sama-sama menghentikan Kayla.
"Mau kemana?" tanya Juna.
"Mau beli sesuatu," balasnya.
"Aku temani," ujar Liam. Saat Liam baru akan melangkah, Kayla langsung menghentikannya.
"Ga usah. Jangan, aku cuma sebentar kok, kalian duluan saja sana," tolak Kayla langsung.
Liam hanya bisa menghela pasrah. Dia dan Juna lalu menuruti Kayla. Mereka kembali berjalan dan menyebrangi jalanan untuk sampai ke sebuah cafe yang dimaksud Liam tadi.
Setelah memastikan kedua laki-laki itu pergi duluan, Kayla baru berlari kecil menuju penjual ice cream. Sudah lama dia tak makan ice cream di pinggir jalan. Dia lalu membeli rasa cokelat, vanila, dan stroberi.
Lalu ada seorang anak kecil yang datang seorang diri. "Pak, harganya berapa ya?" tanya anak itu.
"Lima ribuk dek," jawab sang penjual. Lalu si anak kecil itu menghitung uangnya.
"Selibu... Dua libu... Tiga libu..., yah kulang uangnya," ujar anak itu dengan raut cemberut. Hal itu menarik perhatian Kayla.
Kayla lalu berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan anak kecil itu.
"Orang tua adek kemana?" Kayla bertanya karena anak itu datang sendirian.
"Mama sakit di lumah, papa kelja cali uang," jelas anak itu.
"Adek mau ice cream?" tanya Kayla.
"Iya, kak," balas anak itu sambil menunduk lesu. Kayla dibuat tertawa karenanya. "Adek suka ice cream rasa apa emangnya?" tanyanya lagi.
"Stlobeli," jawabnya lucu karena belum bisa mengucapkan huruf R. Dia lalu kembali berdiri.
"Pak kasih satu yang rasa stroberi ya buat anak ini, saya yang bayar," ujar Kayla sambil memesankan ice cream untuk anak itu. Tangannya yang satunya sudah memegang ice creamnya. Sedangkan yang kanannya menerima ice cream milik anak itu. Dia kembali berjongkok.
"Ini dek," ucap Kayla sambil memberikan ice cream itu.
Anak kecil itu langsung berbinar, dia tampak senang, "Ini buat aku kak?" tanyanya.
Kayla mengangguk. Anak itu segera mwnerimanya dengan senang, "Yeay... Makasih kakak cantik," ujar anak itu bahagia. Dia lalu belalu pergi, "d**a kakak," pamitnya sambil melambaikan tangan dan dibalas juga oleh Kayla yang tertawa melihat tingkah anak itu yang menggemaskan.
Dia lalu membayar semua ice creamnya. Setelah itu dia akan menyusul Juna dan Liam sesuai ucapannya. Kayla berhenti di penyebrangan jalan.
Kayla langsung saja menyeberang.
Tin tin
Suara klakson mobil terdengar dari sisi yang mengarah ke Kayla. Kayla menoleh melihat sebuah mobil yang melaju ke arahnya. Entah kenapa tubuhnya kaku. Ia tak bisa menggerakkan tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang tatkala klakson mobil itu terus berbunnyi. Jarak Kayla demgan mobil semakin dekat. Kayla menutup matanya bersiap menerima keadaan.
"Awas!" teriak seseorang yang berlari ke arah Kayla dan mendorongnya agar menjauh dari jalanan.
Bugh
"Akh."
Orang-orang yang berada disana seketika mendekat untuk melihat sebuah kecelakaan yang baru saja terjadi.