“Urusan kita sudah beres. Apa lagi? Bukannya kamu mau pergi, ya?” tanya Tania, berusaha melepaskan tangannya yang dipegang erat Aryo. Dia juga merasa tidak enak pada Wulan yang berdiri diam di depan gerbang rumah Aryo. Pandangannya kayak pedang rajawali yang siap emnebas leher Tania sekali ayun. “Masih ada yang mau aku omongin sama kamu.” Aryo bersikeras menahan Tania. Genggamannya pada pergelangan tangan wanita itu semakin kuat. Takut kalau dikendorkan Tania bakal kabur dan dia nggak jadi ngomong. “Oh, ya, Bu Wulan, sepertinya urusan kita sudah selesai, kan? Salam buat Pak Wulan, ya! Kalau dia mau saya ada obat untuk diabetesnya. Herbal tapi manjur.” Senyum Aryo terkembang. Seolah membesarkan hati Wulan yang enggan pergi dari hadapan Aryo. Tapi kata-kata duda ganteng itu sudah menamparny