"Omaaa!" Dinda berlari ke arah wanita senja yang sedang merajut di kursi goyang. "Cucu Oma sudah pulang. Ketemu sama ibu perinya?" Wanita yang dipanggil Oma meletakkan rajutannya di nakas kecil di samping kursi. Dibiarkannya gadis lima tahun itu naik ke pangkuannya. "Kepangnya bagus nggak, Oma?" Dinda tidak menjawab pertanyaan Oma malah memamerkan dua kepangan yang ujungnya dipita. "Bagus. Rapi dan bergaya. Nggak kayak kepangan Mbak Sri. Pasti bukan papamu yang kepangin, kan?" Dinda menggelengkan kepala kecilnya. "Ibu peri yang kepangin. Tadi kami main salon-salonan. Tadi … rambut Dinda ada mahkotanya. Terus dinaik-naikin ke atas. Dinda juga dikasih sitip sama ibu peri. Dikit aja! Cantik, kan?" Dinda memonyongkan bibirnya. Ingin menunjukkan kalau dia mengenakan lipstik. Oma tergelak.