Searching the monster of Nightmare (underworld stories) 4.

828 Words
{after Muskar the Bear 2} “ya… dia mengatakan bahwa, kurasa saat ini kau membutuhkan bantuanku. Seperti itu dan setelahnya aku mendengar suara senandungan dari sang duyung. Hah… itu pertama kalinya aku menatap langsung seekor duyung yang selalu menjadi sebuah cerita penghantar tidur anak-anak” dan ucapan dari sang Pangeran pun membuat Rezen sejenak terdiam, sebelum akhirnya bertanya, “apakah anda bisa memberitahukan saya, bagaimana rupa dari sang duyung?” mendengar permintaan dari sang kepercayaan membuatnya mengangguk dengan yakin dan kini ia mengeluarkan sebuah kertas kosong yang selalu ia bawa, ia pun meraih balok kayu kecil yang kini sudah menjadi arang dan menjadikannya sebagai alat untuk mengguratkan lukisan di sana, ia menggambar semacam sketsa dari duyung yang ia lihat saat itu, “dan yang tidak kupahami adalah cara dia memanggilku dan cara dia mengatakan bahwa dia diperintahkan Rajanya untuk membantuku” jelas Abraham masih menggambar sketsa dari duyung tersebut, “bagaimana cara dia memanggil anda??” tanya Rezen kembali mendalami apa yang ia maksud, ia masih menyambungkan dan mengaitkan semuanya satu sama lain dan terlebih mengenai bisikan yang sang Pangeran dengar, “Baginda” ucapnya dan itu mampu membuat Rezen terkejut, seiringan dengan itu sketsa pun selesai dan ia menyerahkannya kepada sang kepercayaan, “bukankah itu aneh, Rezen??” tanyanya, hal itu membuat Rezen terdiam dan memandangi sketsa itu dengan seksama, “Pangeran, apakah anda sering berbicara dengan jiwa kedua anda??” dan pertanyaan yang dilontarkan oleh Rezen membuat Abraham berpikir sejenak, “jiwa kedua?? aku hanya belajar mengenai mereka, tapi aku belum pernah berbicara dengannya sebelumnya dan bahkan sejak kecil aku tidak pernah mengetahui bahwa aku memilikinya, teman bayang yang selalu ada di dalam buku tentang jiwa kedua maksudku” jawab Abraham dan itu membuat Rezen kembali tertegun, “jadi selama ini anda belum pernah berkomunikasi denganya??” dan pertanyaan ini diberi anggukan oleh sang Pangeran, “aku merasa bahwa itu hal yang normal, maksudku karena selama ini Ayah mengatakan bahwa sifat dari Rex (nama jiwa kedua Abraham) adalah pemalu” ucapnya lagi dan itu membuat Rezen menghelakan nafasnya dengan dalam, melihat perubahan raut wajah Rezen yang kini berubah menjadi serius pun membuat sang Pangeran penasaran karenanya, “adakah hal yang kau ketahui??” tanya sang Pangeran, kedua mata Rezen segera menatapnya dan ia menggeleng, “saya tidak mengetahui apapun, namun saya memiliki suatu dugaan yang berasal dari simpulan cerita yang ada ucapkan, Pangeran” penjelasan yang dikeluarkan oleh Rezen membuat Abraham menegakkan bahunya dan menatapnya dengan cukup serius, “apa itu??” tanya sang Pangeran kepada Rezen yang kembali menghela nafasnya, “saya menduga bahwa Raja dari duyung ini adalah jiwa kedua anda, dan keahlian yang anda miliki saat ini merupakan keahlian dari jiwa kedua yang menular kepada anda” mendengar dugaan yang diucapkan Rezen membuatnya terkekeh dan menggeleng, “apakah kau yakin ada keahlian yang menular?? karena setahuku keahlian itu adalah anugerah” ucap Abraham memungkirinya, “selain Anugerah, keahlian juga didapat dari sebuah latihan yang keras, dan kemampuan bahasa merupakan ilmu keahlian yang lainnya yang tidak disadari oleh manusia” jelas Rezen yang membuat Abraham nampak berpikir, “tidakkan anda menyadarinya? Pangeran Re… maksud saya Pangeran pertama pun mendengar bisikan dari jiwa keduanya, dan keahlian dirinya dalam membuat Barrier, angin, serta yang lainnya merupakan keahlian yang ditularkan oleh sang jiwa kedua padanya saat itu” timpalnya lagi, dan kini kedua pandang Abraham yang semula menatap bara api dengan raut yang berpikir itu kini menoleh menatap Rezen, “jadi, Rex adalah Raja di sini?” tanya Pangeran Abraham padanya, “saya tidak tau pasti di mana dia berkuasa, dan saya pun tidak bisa menyimpulkan hal ini secara sembarang, karena simpulan serta dugaan yang saya tarik terlampau jauh dari perkataan sang Raja mengenai jiwa kedua anda yang memiliki sifat pemalu” jawab Rezen seraya menggulung sketsa duyung yang digambar oleh sang Pangeran, yang kini ia masukkan ke dalam tasnya, “dan saya pun tidak menyarankan anda untuk membenarkan dugaan saya ini” dan tuturan tersebut membuat sang Pangeran menoleh dengan cepat, “kenapa tidak?!” protes sang Pangeran padanya, “dugaan saya terlampau jauh, pangeran” ucapnya seraya meraih balok kayu yang digenggam oleh sang pangeran yang kemudian ia lempar kembali ke tempat asalnya, “jika dugaan itu ingin dibuktikan benarkan, maka kita harus melakukan perjalanan yang cukup panjang untuk mencari barang bukti serta hal lainnya yang menurut saya akan membuang banyak sekali waktu yang anda miliki, Pangeran. Dan hal itu belum tentu akan terbukti kebenarannya” sambungnya lagi, percakapan yang mereka lakukan akhirnya berakhir, Abraham mengangguk mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan sang Kepercayaan, “baiklah! Jika memang benar begitu, tak masalah bagiku… setidaknya jiwa keduaku memiliki kerajaan, jika itu benar terjadi” ucap Pangeran Abraham akhirnya tidak mau ambil pusing mengenai pembicaraan yang telah mereka lakukan, “terima kasih Rezen, aku merasa bahwa pikiranku lega saat ini” sambung sang Pangeran yang kini diberi anggukan oleh Rezen, Merasa bahwa pikirannya saat ini sudah lega, Abraham pun merebahkan dirinya di samping Pangeran Taber dan akhirnya ia pun tertidur dengan lelap. Sedangkan Rezen kini beranjak dari tempatnya dan menghampiri para Prajurit serta Pangeran Hanxi lan yang masih berbincang di sana, iapun ikut masuk kedalam forum dan ikut berbincang dengan yang lainnya.   Dan malam itu terasa tenang dan terlewat tenang, hingga mereka pun tidak menyadarai hal itu.  to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD