Lan larb 2

1497 Words
… Sebuah ruangan terbuka, dengan empat pilar berwarna putih tulang yang berdiri dengan kokoh di setiap sudutnya, tanpa dinding, tanpa jendela, tanpa atap, bahkan tak ada lantai di dalam ruangan itu, hanya rerumputan Skanilo yang mendominasi pijakan di Negeri Nium. Meski demikian penduduk Nium akan menganggap ruangan tersebut sebagai Oefenruimte ([belanda]ruang latihan). dan Oefenruimte tidak pernah ada hujan dan salju yang masuk ke dalam ruangan tersebut. ada tiga jenis Oefenruimte di Negeri ini, dan itu ditandai dengan warna dari pilar-pilar yang berdiri di sekitarnya. Pilar dengan warna putih tulang dikhususkan untuk mereka yang akan berlatih panah. Bagi bangsa Nium yang ingin berlatih panah, mereka tidak perlu menyiapkan busur serta anak panah, karena Oefenruimte khusus pemanah akan menyiapkannya secara otomatis, peran tanaman Nium lah yang mendominasi di sana. Tanaman-tanaman itu dengan sendirinya akan menyiapkan busur serta anak panah yang mereka punculkan dari dalam batang pohonnya yang besar.   Begitu pula dengan Oefenruimte Pedang, pilar yang menjadi tanda mereka adalah pilar-pilar dengan warna ungu kehitaman. Tidak seperti Oefenruimte Panah, mereka harus menyiapkan pedang mereka sendiri, namun tanaman Nium akan berfungsi sebagai lawannya, karena di dalam Oefenruimte Pedang, akar-akar Nium akan bermunculan dan menyerang mereka layaknya seorang musuh yang tangkas dan gesit. Dan yang terakhir adalah Oefenruimte Nium, pilar yang menjadi tanda darinya adalah pilar dengan warna Silver dan ukurannya lebih lebar dan lebih luas lagi, pilar-pilar itu memiliki jumlah sebanyak 16 buah. Hal itu dikarenakan ruang Oefenruimte Nium lebih diminati oleh Rakyat di sana dibandingkan dengan Oefenruimte lainnya. Dan tentu, Nium sangat berperan aktif di tempatnya.   Disinilah Lan larb dan Eryk, di Oefenruimte panah. Sesuai ajakan dari Eryk, pada akhirnya mereka berlatih panah bersama. Satu anak panah yang dilesatkan oleh Lan larb langsung mengenai dua buah yang tergantung jauh di ujung sana, berbeda dengan Lan larb, ketika Eryk melesatkan anak panahnya dan itu berakhir dengan tertancapnya anak panah tersebut di atas skanilo. Hal itu tentu mengundang tawa bagi Lan larb, yang membuatnya ikut terkekeh merasa malu karenanya. Tidak mau kalah, ia kembali melesatkan satu anak panahnya dan berakhir dengan sama hingga akhirnya Eryk terkekeh kesal karenanya. “aku memang tidak pandai dalam hal ini” gumamnya seraya menoleh menatap busur yang ia genggam, “Eryk!” panggilan dari Lan larb membuatnya menoleh dan segera menangkap pedang miliknya yang sebelumnya dilempar oleh sang Pangeran, beruntung Eryk adalah seseorang yang memiliki reflek yang bagus hingga dapat menangkapnya dengan mudah, ditatapnya sang Pangeran setelah ia menangkap pedang miliknya sendiri, “kau pandai menggunakannya, karena itu adalah keahlianmu, Eryk” penjelasan Lan larb saat itu membuat Eryk menganggukkan kepala dan kembali percaya diri karenanya. Ya, tak ada satupun orang yang bisa mengalahkan kehebatan panah dari Pangeran Lan larb di Negeri Nium, dan tak ada satu orang pun yang bisa mengalahkan kehebatan pedang dari Eryk di Negeri Nium. Keduanya memiliki kehebatan yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun di negeri Nium saat itu.   …   Pagi berganti menjadi siang, dan tidak terasa kini beralih menjadi sore dengan langit senja yang indah menghiasi wilayah di Negeri Nium. Lan larb dan Eryk segera menyelesaikan latihannya dan kini mereka berjalan untuk kembali menuju istana, dalam perjalanan pulang menuju istana, keduanya tidak sengaja bertemu dengan para anak wanita yang baru saja menyelesaikan latihan mereka di Oefenruimte Nium. Ketika melewati sang Pangeran serta Eryk, para anak gadis itu menatap mereka seraya tersenyum manis dan sedikit menunduk untuk hormat pada mereka berdua,   “ selamat sore, Pangeran Lan larb… Eryk” ucap salah seorang anak gadis di antara lima orang itu, dan dia juga termasuk ke dalam salah satu gadis yang tercantik di anatara kelimanya. Rambutnya hitam lurus sebahu, matanya berbentuk cat eyes yang memiliki warna hijau yang indah, kedua pipinya yang merona, hidung kecil yang mancung, serta bibir mungil berwarna red rose sangat pas dengan wajah mungilnya. “selamat sore, Cecilia, Mala, Abigail, Ema, Paula” balas sapa sang Pangeran yang membuat kelima anak gadis itu tersenyum tersipu, “kulihat kalian baru menyelesaikan latihan kalian di Oefenruimte Nium” ucap Eryk yang kini diberi anggukan oleh Paula, anak gadis yang chuby itu, “kenapa Pangeran dan anda tidak berlatih di sana? Seingat saya, terakhir kali melihat Pangeran itu sekitar dua bulan yang lalu di Oefenruimte Nium” pandangan Lan larb serta Eryk kini tertuju pada anak gadis tercantik yang memiliki nama Cecilia yang baru saja berucap, “kami tidak hanya terfokus pada keahlian itu saja, Cecilia… kami memiliki pandang yang berbeda dari kalian yang menganggap bahwa keahlian yang kita miliki lebih baik dibandingkan dengan keahlian yang la..- “Eryk Ivano Zelum!” Ucapan Eryk terputus oleh sebuah suara yang terdengar berat dan tegas, yang membuat ketujuh anak yang berada di sana menoleh dan menatap seorang lelaki bertubuh tegap dan besar, berjalan ke arah mereka, ia adalah Kepercayaan Raja Nium dan sekaligus ayah dari Eryk. Elbert Zelum. “jaga sikapmu di depan Pangeran Lan larb” ucapan sang Ayah membuatnya mengerutkan dahi tidak memahami ucapannya, “beraninya kau mempermalukan keahlian kita di depan sang Pangeran!” sentakan yang dilontarkan oleh Elbert membuat kelima anak gadis itu tertunduk dan Eryk hanya mampu terkekeh mendengar sentakan sang ayah, Lan larb melangkah mendekati sang Panglima dan menatapnya dengan tatapan penuh dengan ketenangan, “Elbert, tak perlu kau merasa kesal… hal yang diucapkan Eryk benar adanya, keahlian yang kita miliki sama saja seperti keturunan lainnya” kata yang dilontarkan Lan larb membuat Elbert menatapnya dengan amat terkejut, “Pangeran! Anda tidak boleh memiliki pandangan seperti itu, keahlian kita adalah keahlian yang tersuci dan tidak bisa dibandingkan dengan keahlian lainnya” ucap Elbert membela dan memberi nasihat kepada Lan larb yang kini mengerutkan dahinya tidak, ia merasa tidak sependapat dengan Elbert sang Kepercayaan Kerajaan, Pandangannya kini menoleh menatap para gadis yang masih setia berdiam di sana, Lan larb seketika tersenyum dengan manis ke arah mereka berlima, “sepertinya kalian harus segera pulang, malam hari adalah waktu yang tidak baik bagi kalian untuk menetap di wilayah ini” ucapan itulah yang membuat kelima anak gadis itu menunduk sebentar dan segera pergi meninggalkan mereka bertiga tanpa kata-kata, setelah dirasa kelima gadis itu menjauh dari mereka, seketika itu pula pandangan Lan larb berubah menjadi serius seraya menatap Elbert sang Kepercayaan, “saya tidak pernah merubah pandangan anda dan pandangan orang lainnya terhadap keahlian yang kita miliki, jadi… akan lebih terhormat jika anda juga melakukan hal yang sama pada saya dan anak anda, Elbert” saran yang diucapkan oleh Lan larb saat itu bagaikan sebuah perintah baginya yang kini memilih untuk bungkam dan menundukkan kepalanya kepada sang Pangeran, “pembicaraan kita bertiga berakhir di sini, karena saya anda akan lebih sibuk lagi jika meneruskannya, anda boleh kembali ke tempat, Elbert. saya rasa ayah lebih membutuhkan anda di ruangannya saat ini” kedua pandang Lan larb kini menoleh menatap Elbert yang menepuk d**a kirinya seraya membungkuk memberi hormat, sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Lan larb dan Eryk yang kini mengeratkan genggamannya, ia merasa kesal dengan sang Ayah, “terima kasih karena telah menahan amarahku, Lan larb” ucap Eryk seraya menoleh ke arah kakinya yang kala itu terlilit oleh akar nium, ya… ternyata selama Lan larb berbincang dengan Elbert, Eryk terdiam karena akar Nium yang dikendalikan oleh Lan larb mengikatnya dan mengendalikan dirinya untuk akhirnya membuatnya terbungkam, ditepuknya bahu Eryk dan iapun melangkah pergi dari tempat itu yang akhirnya diikuti oleh Eryk. Tidak hanya satu kali Lan larb menghadapi orang-orang seperti Elbert, namun banyak sekali dari mereka yang melarang sang Pangeran untuk menggenggam pandangannya mengenai kesetaraan keahlian, dan kadang-kadang ia menjadi tidak paham dengan pemikiran orang dewasa yang terkesan tamak dan sombong, yang akhirnya menurunkan sifat mereka pada anak-anak mereka. Namun ia beruntung, ia berteman dengan Eryk yang juga memiliki pemikiran yang terbuka mengenai semuanya. Setidaknya ia memiliki seorang pembela di Negerinya. … “aku mulai jenuh berada di Negeri ini, Eryk” kedua pandang Eryk menoleh menatap Lan Larb yang masih melangkah menelusuri pohon-pohon di sana,   “kenapa kau merasa demikian?” tanyanya, dan akhirnya mereka pun berhenti salah satu pohon yang telah tumbang, Lan larb menggelengkan kepalanya dan terduduk di atas rumput itu, “kurasa kau hanya perlu berkeliling keluar Kerajaan agar tidak merasa jenuh, Lan larb” jelasnya lagi, kembali sang Pangeran menggelengkan kepalanya, “aku ingin berkelana dan melihat orang-orang yang memiliki keahlian yang lainnya, aku sangat ingin melihat keberagaman yang ada di luar sana, karena selama ini aku hanya mengetahuinya dari buku-buku tua yang mereka buat di masa lalu yang kini tersusun rapih di perpustakaan kerajaan” jelas Lan larb, membuat Eryk tertegun sejenak sebelum akhirnya berucap, “kita bisa melakukannya, Pangeran… tapi tidak untuk saat ini” penjelasan yang diucapkan oleh Eryk pun diberi anggukan setuju oleh Lan larb, “Dan aku akan selalu menantikan hari itu”.   Pandangan Lan larb kini tertuju pada langit senja yang telah berganti menjadi malam, serta bintang-bintang yang indah menghiasi gelapnya malam.   Ucapannya malam itu tidak hanya sebatas keinginannya saja, karena pada kenyataanya Lan larb memberanikan diri meminta idzin kepada sang Raja untuk meninggalkan wilayah kerajaan dan berkelana, namun seperti dugaan Eryk, sang Raja tidak mengidzinkan mereka karena Lan larb masih terlalu muda untuk berkelana.  Ia juga masih membutuhkan banyak sekali ilmu untuk menjadi seseorang yang dapat melindungi dirinya sendiri, hal itu tentu membuatnya bertekad dan akhirnya mempelajari lebih dalam mengenai keahlian Nium serta semakin memantapkan diri dalam keahlian panah, tentu saja ditemani oleh Eryk yang lebih memantapkan dirinya dalam berlatih pedang serta reflek.  ... to be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD