"Lepaskan tangan kotormu dari rambut isteriku!" Arkan dengan tegasnya menghampiri wanita paruh baya yang menjambak rambut Keysa, lantas Arkan menghempaskan tangan itu dengan kasarnya tanpa perasaan.
Syaniah yang mendengar hal itu merasa cukup senang walau dia tebak sebenarnya Arkan akan mendatangkan masalah buruk bagi Keysa. Sementara Riana kian meringis, demi apa rambutnya terasa makin terasa lepas dari kulit kepalanya dan juga beberapa helainya pun telah rontok.
"Tolong aku, lepaskan rambutku dari tangan wanita sialan ini," mohon Riana mengiba menatap Arkan.
Arkan tak mempedulikan hal itu. Dia lebih memilih menarik Keysa lantas membawanya ke dalam gendongannya ala bridel style dengan seenaknya. Membuat Keysa melotot dengan matanya yang memerah akibat tangisannya yang cukup lama meratapi nasibnya.
"Lepas!" Keysa menepis dan memberontak, tapi tenaganya sebagai wanita yang tak seberapa ditambah sudah habis terkuras akibat lama menangis tadi. Sehingga Arkan bukanlah tandingannya.
"Ssstt ... diamlah, Sayang. Lingkarkan kedua tanganmu memeluk leherku atau kamu akan terjatuh." Arkan dinginnya dengan tegas dan nada sedikit berbisik di telinga Keysa.
Hal itu membuat Keysa meremang dan bergidik ngeri, tapi dia malah patuh dan melakukan perintah Arkan. Membuat Syaniah yang melihatnya tak bisa membiarkannya begitu saja. Inilah yang sudah diduganya, Arkan si calon suami atau suami sahabatnya yang katanya secara hukum itu, tak dapat dipercayai kecuali dalam berbuat masalah.
"Lepaskan Keysa, berengsekk! Apa kau tuli tak bisa mendengarkan perkataannya!!" Amuk Syaniah melampiaskan amarahnya lewat jambakannya yang kasar sebelum menghempaskan Riana menjauhinya lalu menghampiri Arkan.
"Lepaskan, berengsekkk!!"
Arkan yang menyadari amukan Syaniah yang dikuasai amarah dan berniat menghentikan dirinya menggendong Keysa, dengan sigap memerintah anak buahnya yang tadinya mengikutinya dibelakang untuk mengurus Syaniah.
"Bereskan wanita bar-bar dan juga kedua wanita matre ini!" Tegas Arkan dengan datar dan mengintimidasi tajam.
"Sekarang waktunya untuk kita berdua, sayang. Hm ... urusan pernikahan yang kita rencanakan kemarin tampaknya masih ada yang kurang." Arkan berbisik di telinga Keysa sambil menyeringai licik.
*****
BRAKK!!
Arkan menghempaskan tubuh Keysa dengan kasarnya ke atas tempat tidur. Membuat Keysa sedikit meringis kesakitan dan segera bangkit menghindari Arkan. Lelaki itu saat ini menatap penuh minat ke arah Keysa, sambil menyeringai aneh seperti hewan buas yang siap menerkam mangsanya.
Keysa sontak menjauh dan berhasil menghindari Arkan lantas mencoba turun dari tempat tidur dan berlari kearah pintu. Sayangnya Arkan yang bisa membaca pergerakannya, kini malah berhasil menangkapnya. Segera mendekap Keysa dalam kungkungannya.
Arkan mendekatkan bibirnya berbisik ditelinga Keysa dengan penuh ancaman.
"Aku lelah bermain-main hari ini, Keysa. Dan aku pun berpikir kamu pun sepertinya juga lelah, sebab hampir setengah hari ini menangis terus-menerus akibat terlalu bahagia terhadap kenyataan, kamu sudah jadi isteriku secara resmi dimata hukum dan besok kamu juga akan sah jadi isteriku secara agama."
"Aku tak mau jadi isterimu, tidak akan pernah sudi menjadi wanita dari seorang pria biadap yang sembarangan menabur benihnya kepada wanita jalang. Aku tak mau bekas, apa kau paham?" balas Keysa sengit dan dengan beraninya menghina Arkan meskipun sedikit gemetar.
Arkan seketika mengeram menahan marah, matanya memerah, tangannya mengepal serta rahangnya mengetat dan memerah.
"Tutup bibir tipismu, diamlah jangan membuatku marah atau kamu akan tahu akibatnya!!"
Keysa tersenyum sinis meremehkan, menguatkan jiwanya yang meronta ketakutan ingin kabur dari Arkan agar berani melawan. Lelaki yang mendekapnya, sudah sangat Keysa kenali sebagai lelaki b******n sejak Arkan menghianatinya di zaman SMA. Arkan sebenarnya adalah mantan kekasihnya dulu.
Mereka menjalin hubungan sepasang kekasih sebagaimana pasangan pada umumnya saling mencintai. Sampai lima bulan berlalu seorang wanita datang merusak segalanya dengan mengaku hamil anak Arkan dan berita itu diperkuat dengan mata Keysa yang melihatnya secara langsung, Arkan dan wanita itu berduaan begitu mesra.
Dalam sekejap hal tersebut meluluhlantahkan dua hati yang belum lamanya menikmati gelenyar-gelenyar aneh, terpaksa berhenti dan merasakan kecewa yang mendalam akibat hancurnya hubungan keduanya.
Mengingatnya kejadian lampau tersebut menyebabkan Keysa jadi muak kepada Arkan hingga brontak keluar dari kungkungan tubuh tinggi tegap yang mengurungnya.
"Bukan aku yang harus menutup bibirku, tetapi bibir kotormu yang menjijikan bekas wanita-w************n itu!"
"KEYSA .....!!!!"
"Kenapa? kau ingin marah?? Maka marahlah aku tak pernah takut pada amarahmu harusnya kau mengingatnya ...." perkataan Keysa tersebut memang seakan tak ada takutnya kepada Arkan yang bisa melakukan apapun kepadanya termasuk hal terburuk sekalipun. Namun perkataan itu bertolak belakang dengan reaksi yang Keysa tunjukkan. Wajahnya memucat, jantungnya berdebar keras dan juga tubuhnya gemetar. Bukti tersebut membuat Keysa tidak mampu mengelak kalau sebenarnya Keysa sungguh sangat takut.
Arkan yang menyadari keadaan Keysa tersebut berubah haluan yang tadinya marah, kini beralih menyunggingkan seulas senyuman devil-nya sambil menyeringai menatap tajam menghunus tepat ke retina mata Keysa.
"Satu-satunya yang aku takutkan didunia ini hanyalah bibirmu ini," ungkap Arkan dengan paksa mengelus bibir Keysa menggunakan ibu jarinya. "Kamu tahu kenapa? Karena hanya bibirmu inilah yang berhasil melukai sekaligus membuatku terhina dan akupun selalu tak bisa mengelak racunnya yang selalu membuatku terpancing marah. Menurutmu aku harus apa sekarang, Keysa?" sambung Arkan mengamati bibir Keysa.
Satu hal lain yang tidak Arkan katakan kepada Keysa adalah bagian bibir itu yang membuatnya selalu tak pernah mampu mengelak pesonanya, ketika menyengkung memperlihatkan senyuman memabukkannya.
"Harusnya kamu mati, pria sampah b******n sepertimu tak pantas hidup di muka bumi ini!"
Arkan tak marah malah terkekeh, tapi detik berikutnya tanpa perasaan dia hempaskan tubuh Keysa kedua kalinya keatas tempat tidur.
"Bibirmu memang handal mengeluarkan ocehan yang berani melawanku, tapi tidak dengan bagian tubuhmu yang lain. Ch!! semuanya tak lebih dari kucing kecil yang butuh belas kasihan." Arkan menilap tangannya sambil tersenyum kecil penuh ejekan terhadap Keysa. "Baiklah perdebatan kita hari ini cukup sampai disini saja. Aku harap meski bibirmu ini melawan setidaknya anggota tubuhmu yang lain bisa patuh tidak mencoba kabur dari kamar ini." Arkan berbalik berjalan keluar ruangan tak lupa mengunci pintunya dari luar.
Menyebabkan pergerakan Keysa yang buru-buru bangkit untuk menyusulnya berakhir sia-sia karena kini dia sudah terkurung.
Brakk!
Brakk!
"Buka pintunya, berengsekk!! Aaarrrggghh ... buka!!"
*****