9 - Tentang Sumpah Langit

1271 Words
Tetua Endless Heavens Sect, sudah akan menyampaikan beberapa ide. Hanya saja, baru satu detik ia membuka mulut, sebelum bahkan suara keluar dari dalam mulutnya… *Jleppp…!!! Tak terduga, Putri Asoka yang berjalan pindah posisi dibelakang Sang Tetua, menarik bilah Slashing Sword, menusuk Tetuanya sendiri dari arah belakang. Bilah Slashing Sword, tembus dari punggung hingga dadaa. "Urrgghhh….!!!" Dengan mulut serta dadaa mulai bersimbah darah, Tetua Endless Heavens Sect memasang wajah sangat terkejut. Sebelum kemudian membuka mata lebar berusaha menoleh kebelakang. Berusaha untuk menatap langsung sosok Sang Nona Muda. Namun begitu, menyambut saat Tetua Endless Heavens Sect masih setengah jalan menoleh kebelakang, adalah tarikan bilah Slashing Sword. "Guuuhgh..!!!" Aksi lanjutkan Putri Asoka, membuat Tetua Endless Heavens Sect kembali memuntahkan darah segar. *Slaaaassshhh…!!! Bertahan memasang senyum lebar penuh kelicikan, Putri Asoka tanpa riak keraguan sama sekali, bahkan tanpa berkedip, menutup peristiwa tak terduga yang hadir di hadapan Theo, dengan melakukan satu tebasan cepat. Tebasan bilah Slashing Sword, kini menargetkan leher. *Duugg…!!! Kepala Tetua Endless Heavens Sect, jatuh untuk menyentuh tanah dibawah kakinya sendiri. Mati dalam raut wajah sepenuhnya kebingungan. Tampak sama sekali tak mengerti kenapa Sang Nona Muda bertindak demikian. Tak menduga bahwa nyawanya, akan melayang di tangan Nona Muda Sekte sendiri. Jika mitos tentang roh gentayangan benar-benar ada, maka Tetua Endless Heavens Sect, pasti akan menjadi satu diantara jenis roh-roh tersebut. Menghantui Putri Asoka untuk menuntut penjelasan. "Sebelum mulai mengangkat topik yang lebih serius, memulai percakapan pribadi, kita perlu memastikan bahwa tak ada yang mendengar!" Bertahan memasang senyum lebar penuh kelicikan, seperti tak memiliki rasa empati sama sekali, Putri Asoka menutup kalimat awal dengan memainkan kepala Tetua Endless Heavens Sect menggunakan kakinya. "Baru setelah cukup sepi, kita bisa melanjutkan untuk masuk pada pembahasan utama!" *Duuggg…!!! Kepala Tetua Endless Heavens Sect, ditendang untuk menggelinding kearah Theo. "Sebagai tambahan, klaim tentang kematian pak tua ini, ada padamu, oke?" tutup Putri Asoka. "Hmmmm…!!" Mendengus singkat, Theo menatap lekat sosok Nona Muda Endless Heavens Sect. Sepenuhnya mengabaikan kepala yang kini berada tepat di bawah kakinya. Bertahan diam untuk beberapa saat, hanya terus memandang lekat pihak lawan, Theo tiba-tiba justru menarik wujud Iblis Mammon. Membatalkan aktivasi teknik Ketiga Dosa Keserakahan, Sikap Menginginkan Segala Bentuk Surga. *Bammmm…!!! Kembali pada wujud manusia normal, Theo menginjak kepala sampai hancur berantakan. "Satu menit!" gumam Theo. Meskipun telah kembali ke wujud manusia normal, perangkat Pisau Lempar Mammon, masih bertahan tak kembali ke dalam tatto segel Gerbang Dosa. Mengambil posisi untuk terselip mengitari pinggang Boss Besar Bandit Serigala. Bagaimanapun juga, walau dari awal memahami alur yang sedang dijalankan oleh Putri Asoka, memiliki beberapa dugaan tentang kemana semua akan bermuara, tetap saja, perangai Nona Muda Endless Heavens Sect yang cukup tak biasa, membuat Theo bertahan dalam sikap waspada. Membunuh dengan keji tanpa keraguan sama sekali Tetuanya sendiri, harus jujur diakui oleh Theo bahwa itu diluar kemungkinan-kemungkinan yang ia perhitungkan. "Aku akan menjadi pendengar selama satu menit!" Bertahan dalam sikap waspada, Theo melanjutkan kalimat. "Satu menit adalah batas yang menghalangi dewa kematian untuk sementara tak bisa bergerak mendekat memanen nyawamu!" "Gunakan satu menit dengan baik untuk menarik minatku!" tutup Theo. Dengan intonasi sepenuhnya dingin. Sebaran hawa membunuh, sengaja ia bocorkan dari dalam tubuhnya. "Sepupu, kau sungguh menarik!" Menerima sebaran hawa membunuh intens yang begitu dingin menusuk tulang, Putri Asoka, justru semakin melebarkan senyum licik diwajahnya. Tampak malah menikmati hujaman hawa membunuh pada sekujur tubuh. Sempat menggigil, sorot mata Sang Iron Maiden berkembang melebar penuh minat menatap Theo. "Terlalu menarik! Terlalu menyeramkan! Membuat hasratku meninggi, justru ingin memilikimu! Hahahhaha…!" Theo, hanya diam. Waktu satu menit, terus berjalan. "Apakah kau tak tertarik melakukan hubungan intimm tertentu denganku?" lanjut Putri Asoka. "Hubungan antar sepupu, pasti lebih menantang dan menggairahkann!" Waktu satu menit, sudah hampir menyentuh ujung. Sementara Putri Asoka, masih melempar kalimat kosong yang tak jelas. Terdengar ganjil di telinga Theo. *Tagg…!!! Menyambut batas waktu yang ia beri sudah semakin dekat, Theo meraih salah satu Pisau Lempar Mammon, Pisau bercorak hitam atribut Kegelapan. "Sumpah langitmu…. Itu berkenaan dengan menghancurkan Endless Heavens Sect bukan?" Detik-detik terakhir batas waktu satu menit habis, Putri Asoka sekejap merubah ekspresi wajah. Membengkokkan topik pembicaraan dengan mengangkat pembahasan yang sepenuhnya berbeda. Bertanya mengenai sumpah langit. Perubahan sikap serta perangai yang sekejap ditampilkan oleh Nona Muda Endless Heavens Sect, sejujurnya membuat Theo merasa tak nyaman. Hanya saja, topik terakhir yang Putri Asoka putuskan untuk angkat, sukses menarik minatnya. *Tagg…! Theo, kembali menempatkan Pisau Lempar Mammon beratribut kegelapan yang tadi sempat ia ambil. Sementara pada sisi lain, Putri Asoka, menarik aura Mana Cahaya Kuno yang sedari tadi tersebar dari dalam tatto segel Malaikat kontrak. Tatto segel pada kening, perlahan lenyap. *Tagg…!!! Sang Iron Maiden, melanjutkan dengan memasukkan kembali bilah Slashing Sword pada sarungnya. Sarung pedang penuh ukiran bercorak hijau nan indah. "Sepupu, aku juga memiliki garis takdir spesial, karena sama sepertimu, aku juga sempat memicu fenomena alam Sumpah Langit!" ucap Putri Asoka, melanjutkan kalimat saat merasa dua belah pihak, telah siap untuk pembahasan utama. Ekspresi Sang Iron Maiden sendiri, berbalas tatapan ganjil Theo. Bagaimanapun juga, itu dia sendiri yang sedari tadi terus mengucap kalimat kosong. Membuat Theo semakin menatap aneh sosok Putri Asoka dihadapannya. 'Perangai yang cukup menguji kesabaran!' gumam Theo dalam hati. Merasa Nona Muda Endless Heavens Sect, memiliki kesenangan aneh dalam hal bermain dengan nyawa. Sedikit saja tadi ia terlambat memilih topik pembahasan yang tepat, itu mungkin Pisau Lempar Mammon, sudah menghujam tubuhnya. "Sejujurnya, sumpah yang kupersembahkan pada langit cukup bertolak belakang dengan sumpahmu!" "Jika kau bersumpah untuk tak bisa atau menolak berada dalam naungan langit yang sama dengan Endless Heavens Sect, membuat itu salah satu antara kau atau Endless Heavens Sect harus dilenyapkan dari kolong langit agar Sumpahmu bisa terpenuhi…" "Maka disisi lain, aku bersumpah untuk menjadi jiwa yang menguasai Endless Heavens Sect!" "Harus melindungi agar keberadaan Endless Heavens Sect tetap terjaga sampai aku bisa sepenuhnya berkuasa, kondisi mutlak yang harus terpenuhi agar Sumpah Langitku, bisa terbayar!" Tepat pada penjelasan terakhir, Putri Asoka menyempatkan untuk memberi jeda. Mengamati reaksi Theo dalam beberapa detik. Menangkap ekspresi pihak lawan yang tampak diam untuk mendengar lebih lanjut, Putri Asoka, dimana sempat memasang wajah tenang, sekejap berubah kembali eskpresi-nya. Senyum lebar penuh kelicikan, sekali lagi mengembang. "Aku punya tawaran padamu! Satu kondisi yang membuat dua Sumpah Langit yang tampak saling bertentangan, bisa tercapai bersama!" gumam Putri Asoka. "Ohhh… Cukup menarik..!" Untuk pertama kali, setelah sempat hanya diam mendengar, Theo akhirnya memberi tanggapan. Tanggapan yang disambut oleh Putri Asoka dengan semakin melebarkan senyum licik di wajahnya. ***** (Lokasi Sinbad, sisi lain pembatas Es) *Boooommmm…!!! *Boooommmm….!!! *Boooommmm….!!! Duo Sinbad Neve, seperti sedang menari dalam pertempuran sengit melawan para anggota Endless Heavens Sect berjumlah puluhan yang mengepung. Sinbad dalam Mode Murka Tremor Sword, tampak mampu menahan deru serangan bertubi-tubi Kelompok lawan yang bergerak dalam langkah kombinasi. Bahkan seiring berjalannya waktu, Kapten Perompak Naga Laut, terlihat justru mulai unggul. Menebas leher untuk merenggut beberapa nyawa. Sementara pada sisi Neve, Sang White Condor yang bertarung dalam mode Transformasi Guardian Beast, menciptakan situasi lebih mengerikan. Sebaran Mana Es Kuno begitu dahsyat, tak henti meluap untuk membekukan apapun. Termasuk beberapa tubuh anggota Endless Heavens Sect. Terjebak untuk matii mengenaskan dalam balok Es raksasa. "Hahhahaha…!!" "Kwaaakkkk…!!" Sinbad dan Neve, masih bertarung bahu membahu dalam suasana hati riang. Sampai sesuatu tampak terjadi pada dinding Es yang mereka pijak. *Boooommmm…!!! Sebuah gedoran berat, terdengar dari arah sisi lain dinding Es pembatas. *Kraaakkk…!!! Gedoran yang sukses membuat retakan memanjang tercipta. "Hmmmm??" Sinbad bergumam lirih, menatap lokasi sumber gedoran. *BOOOOMMMM….!!! Gedoran lain, terhujam. Menghancurkan dinding Es Neve.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD