10 - Genderang Perang

1261 Words
Sinbad dan Neve, masih bertarung bahu membahu dalam suasana hati riang. Sampai sesuatu tampak terjadi pada dinding Es yang mereka pijak. *Boooommmm…!!! Sebuah gedoran berat, terdengar dari arah sisi lain dinding Es pembatas. *Kraaakkk…!!! Gedoran yang sukses membuat retakan memanjang tercipta. "Hmmmm??" Sinbad bergumam lirih, menatap lokasi sumber gedoran. "KWAAAKKKK…!" Sementara Neve, berteriak marah, tampak tak suka ada yang sedang coba menghancurkan tekniknya. *BOOOOMMMM….!!! Gedoran lain, kembali terhujam. Lebih dahsyat untuk kemudian, menghancurkan dinding Es Neve. Dinding es meledak dahsyat. Hancur berantakan menciptakan sebuah lubang berukuran cukup besar. *Woooshhhh…!! *Baaammm…!! Melompat keluar pertama kali dari dalam lubang, adalah sosok Theo. Memanggul Palu Raksasa Belphegor. Sang Boss Besar Bandit Serigala, melakukan pendaratan berat. Kemunculan Theo, seketika disambut antusias oleh tiap anggota kelompok Bandit Serigala di luar wilayah Sangkar Merah Raksasa Putri Asoka. Menjadi lega karena Boss Besar mereka, tampak tak sedang memiliki luka apapun pada bagian tubuhnya. Disisi lain, berkebalikan dengan reaksi antusias para Bandit Serigala, seluruh anggota Endless Heavens Sect, berkembang cemas raut wajah masing-masing. Bagaimanapun juga, terjebak di area sisi lain dinding Es, bukan hanya Theo, melainkan juga Nona Muda mereka, Putri Asoka Sang Iron Maiden. Theo yang melompat keluar dengan kondisi tampak cukup bugar, jelas merupakan satu tanda buruk bagi tiap anggota Endless Heavens Sect. Mengkhawatirkan nasib Nona Muda mereka. *Woooshhhh…!!! *Tapp…!!! Bertahan cemas untuk beberapa detik, kelegaan menghiasi wajah tiap anggota Endless Heavens Sect saat sosok Putri Asoka, melompat keluar dari dalam lubang. Sang Iron Maiden, melakukan pendaratan ringan dalam kondisi tubuh tampak sama bugar dengan Theo. Tak memiliki luka apapun. Topeng logam yang tadi sempat ia lepas, kini juga telah kembali terpasang untuk menutup wajah. Tak membiarkan satu orangpun bisa melihat raut atau ekspresi apapun dibuat oleh Putri Asoka dibalik topeng logam. Menatap sekitar untuk beberapa saat, Putri Asoka yang baru memijak dinding es, membuat gerak menarik ujung jari telunjuk kearah atas. *Woooshhhh…! Bersama aksi Nona Muda Endless Heavens Sect, derak Mana Cahaya semburat liar menyilaukan visi tiap orang. Satu sosok tubuh, terangkat naik dari dalam lubang untuk kemudian terlempar tinggi. *Bammmm…!!! Berakhir jatuh membentur permukaan dinding Es ciptaan Neve Sang White Condor. *Wuuunggg…!!! *Woooshhhh..!!! Putri Asoka, membuat gerak tangan mengibas, menarik kembali sebaran Mana Cahaya yang sempat ia keluarkan. Bersama Mana Cahaya kemilau telah sirna, kini pandangan tiap orang, menjadi kembali jelas. "Hhahahhhaha….!! Ini akan berkembang semakin menarik! Berkembang semakin meriah!" Pertama kali bereaksi, itu adalah Sinbad, tertawa lantang. Menjadi sangat antusias. *Boooommmm…!!! *Boooommmm….!!! *Boooommmm….!!! Berlanjut kemudian, adalah puluhan deru aura ganas, meledak tak tertahan saat tiap anggota Endless Heavens Sect, menyadari sosok tubuh yang sempat ditarik keluar dari dalam lubang es oleh Putri Asoka. Meskipun kini tak lagi memiliki kepala, seonggok tubuh tak bernyawa, tiap orang bisa tahu bahwa tubuh tanpa kepala tersebut, adalah sosok Tetua Endless Heavens Sect. "Tetua…!" "Ini benar-benar musibah!" "Theodoric Alknight! Kau tak termaafkan!" "Balaskan dendam tetua…!" "Bunuhh…!" Tiap anggota Endless Heavens Sect, seketika menjadi sangat marah. Menatap tajam pada sosok Theo. Kumpulan hawa membunuh pekat, kini juga mulai menyebar luas tak tertahan. Meluap hebat dalam pancaran bergelombang dahsyat untuk dapat dirasakan oleh tiap penjuru Sarang Naga. Sebelum pada akhirnya, terfokus untuk menghujam seluruhnya pada satu titik sama. Menghujam sosok Boss Besar Bandit Serigala. Menerima luapan gelombang dahsyat hawa membunuh intens, Theo nyatanya bertahan tetap memasang wajah tenang. Tuan Muda Ketiga House Alknight, tampak sama sekali tak sedang tertekan sedikitpun. Memanggul Palu Raksasa Belphegor pada pundak kanan, Theo memandang balik puluhan tatapan membunuh yang sedang diarahkan kepadanya. Moment berikutnya, Theo mengangkat Palu Raksasa Belphegor dari pundak. Hanya dengan menggunakan tangan kanan, Sang Boss Besar Bandit Serigala, melakukan gerak penuh dominasii menghujam ujung Palu Raksasa Belphegor, pada lantai Es. *Bammmm….!!! Pembatas es, segera bergetar hebat menahan bobot Palu Raksasa Belphegor Sang Bocah Dosa Kemalasan. Bersama getaran hebat yang menderu, pancaran hawa membunuh pekat, lebih pekat dari gabungan seluruh hawa membunuh yang baru dilepas puluhan anggota Endless Heavens Sect, merebak luas. Theo, melepas hawa membunuh tunggal yang dalam sekejap, menampik balik terjangan hawa membunuh pihak lawan. Bergetar… Seluruh yang berada di dalam Sarang Naga, segera merasakan getaran dingin pada jiwa masing-masing saat sedikit menerima sebaran sisa hawa membunuh Theo. "Dia berbahaya!" gumam Dragon Knight Tang Empire. "Boss Besar Bandit Serigala, berapa jumlah yang telah ia bunuh hingga memiliki pancaran hawa membunuh sedemikian rupa?" sahut Dragon Knight Fuji Empire. Bahkan para Assassin Dark Guild, sosok-sosok yang telah terbiasa melakukan pembunuhan, tak lepas dari hujaman rasa dingin pada jiwa masing-masing. Sama seperti Dragon Knight Fuji Empire, bertanya-tanya pembantaiann macam apa yang telah dilakukan oleh Theo. Hingga mampu menghimpun hawa membunuh semengerikan itu. Keheningan total, kini menerpa Sarang Naga pasca Theo melepas hawa membunuh untuk balik menekan pihak lawan. Tiap pasang tatap mata, terfokus memandang ngeri pada satu sosok. Sang Boss Besar Bandit Serigala. Bagaimanapun juga, pada dasarnya, mengadu hawa membunuh dengan Theo, memang adalah satu tindakan konyol. Periode hidup dalam gerbang nafsu, sebelum berhasil mencapai kondisi Anata untuk menaklukkan Dosa Nafsu, Asmodeus, Theo berjalan menapaki dunia lain dibalik gerbang, dengan tak henti melakukan pembantaiann. Seratus tahun waktu pembantaiann. Selain tentu saja, wujud nafsu lain dalam tanda kutip. Ditambah dengan pembantaiann pada periode waktu menyelesaikan tantangan Kastil Raja Dewa Air, dimana Theo membunuh tanpa tersisa ratusan Demonic Beast kelas tinggi penghuni tiap Lembah Demonic Beast Tartarus Land, membuat kepekatan hawa membunuh milik Theo, bisa dikatakan tak akan memiliki tandingan di muka Gaia Land. "Meskipun lawan yang dihadapi adalah seorang Iblis, kita tetap harus membalas dendam untuk Tetua!" Keheningan yang sempat tercipta, akhirnya pecah saat salah satu anggota Endless Heavens Sect pada barisan paling depan, berseru penuh amarah. Menekan rasa takut masing-masing pada sosok Theo. Seluruh anggota Endless Heavens Sect, sudah akan menerjang maju secara bersamaan. Hanya saja… *Woooshhhh….!!! Satu aura menekan, menyebar luas bersama pancaran Mana Cahaya pekat, tiba-tiba meledak hebat. Tiap anggota Endless Heavens Sect, segera menghentikan niat masing-masing. Menatap arah sumber ledakan Mana Cahaya. "Theodoric Alknight…!" Menjadi pusat perhatian tiap orang, Putri Asoka mulai mengucap kalimat. "Peristiwa hari ini, adalah sebuah genderang perang…!" "Sangat lancang berani membunuh salah satu Tetua Endless Heavens Sect yang agung! Seorang yang telah mengabdikan diri puluhan tahun untuk para dewa!" "Sungguh tak termaafkan!" "Kau…! Bersama Aliansi Serigala, sebaiknya mulai bersiap menghadapi gelombang besar mengerikan!" Putri Asoka, mengucap kalimat pernyataan perang, sebelum kemudian, melakukan gerak segel tangan cepat. *Klaangg…!! *Klangg…!! *Klaaaang….!!! Puluhan rantai merah, dimana sempat terkait satu sama lain untuk menciptakan bentuk Sangkar Merah Raksasa yang menutup wilayah bagian tengah Sarang Naga, seketika terlepas mengikuti proses segel tangan rumit yang dilakukan oleh Putri Asoka. Teknik Sangkar Penghukum Sang Iron Maiden, terbatalkan. Kembali berubah dalam bentuk empat rantai utama. Melesat untuk sekali lagi terhujam pada kedua lengan dan kaki Nona Muda Endless Heavens Sect. Melirik sekitar pada seluruh Knight kelas tinggi dimana sebelumnya berusaha menggedor teknik Sangkar Penghukumannya, Putri Asoka seolah menyadarkan para anggota Endless Heavens Sect bahwa sekarang mereka sedang berada diposisi tak menguntungkan. Menarik tatapan menyapunya, Putri Asoka melanjutkan dengan melempar teknik Mana Cahaya berwujud pilar raksasa membumbung diatas langit. "Kita mundur…!" gumam Putri Asoka. Bersama intruksi tersebut, dari atas langit, tepatnya pada lokasi ujung pilar cahaya. Sebuah derak aneh tiba-tiba tercipta. Itu seperti ruang kosong diatas langit, sedang pecah, dirobekk oleh sesuatu. *Wuuunggg…!!! Robekan ruang, tercipta. *Wuuunggg….!!! Hingga akhirnya, setelah jeda waktu tertentu, dari dalam robekan ruang, satu benda mulai keluar. Sebuah ujung dek kapal perang raksasa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD