(Judul baru, buku baru. Merintis dari awal lagi, mohon dukungan kawan-kawan Serigala Liar untuk memasukkan buku ini dalam pustaka dengan cukup tap love ya. Big Love…?)
*****
*Woooshhhh…!!!
*BOOOOMMMM….!!!
Wujud Soul Knight Sivaru, berakhir menghujam bola besi raksasa yang sampai sekarang, masih berderak dalam intensitas tinggi, ditahan oleh dua lengan menyilang Iron Knight.
*Klaangg….!!!
Satu serangan tambahan, dimana memiliki intensitas Mana Cahaya tak kalah dahsyat, sukses membuat dua sendi lengan Iron Knight, menjadi patah.
Mengeluarkan bunyi berdentang memekakkan telinga, dua lengan terlepas jatuh menghujam tanah. Berubah kembali menjadi sebaran Serbuk Besi. Sebelum akhirnya lenyap.
*Bammm…!!!
Bola Besi raksasa senjata Malaikat kontrak Sivaru, juga jatuh menghujam tanah.
*Klangg…!!!
*Klang…!!!
*Klangg…!!!
*Klangg….!!!
Bersama jatuhnya senjata bola besi raksasa, wujud Iron Knight, juga tak mampu lagi bertahan.
Teknik pertahanan terbaik Razak yang tercipta dari ide brilian menempa Serbuk Besi Bunga Udumbara menjadi sosok Iron Knight raksasa, dimana memiliki sebaran aliran Mana Besi Kuno Demonic Beast Qilin menyelimuti seluruh tubuh untuk memperkokoh pertahanan, akhirnya runtuh saat tiap-tiap bagian tubuh, mulai terlepas satu sama lain.
Bagian-bagian tubuh Iron Knight yang telah terpisah, berubah kembali menjadi sebaran aliran Serbuk Besi. Sebelum kemudian menghilang diterpa angin.
*Wuuushhh….!!!
Periode waktu yang sama, sosok Malaikat Kontrak Sivaru, mulai lenyap. Berubah dalam sebaran Mana Cahaya.
Hening untuk sementara waktu. Tiap penonton, menunggu untuk kabut debu tebal yang menutupi seluruh arena, tersingkap. Menunggu untuk melihat bagaimana hasil akhir dari pertandingan final ronde kedua.
Membutuhkan waktu beberapa detik sampai Juri yang sempat menjauh hingga sudut sisi dinding pembatas Tribun, memutuskan untuk mengambil tindakan langsung.
*Woooshhhh…!!!
Menyebar aliran Mana Angin, Sang Juri mengeksekusi teknik untuk menyingkirkan segala debu. Menyingkap debu hingga arena, kembali jelas.
"Waahhhh….!!"
Seruan bergumam takjub, seketika berkumandang serentak dari arah seluruh Tribun begitu masing-masing yang menyaksikan laga, sekali lagi mendapat visi jelas arena.
Membuat takjub tiap orang, itu adalah Razak Khan. Bocah keturunan Suku Osiris, dimana baru mendapat hujaman serangan dahsyat pihak lawan, serangan yang mampu memporak-porandakan seluruh arena, nyatanya masih bertahan dalam posisi semula.
Meskipun telah kembali ke wujud manusia normal, Razak berdiri tegak, masih dengan kuda-kuda kokoh yang ia peragakan sebelum sebaran debu meluas untuk menutup seluruh arena.
"Serangan terbaikmu, masih belum cukup bagus untuk mampu menembus pertahananku!" gumam Razak. Menatap tajam sosok Sivaru yang kini berdiri dalam selimut Sangkar Cahaya.
Hanya saja, walau berhasil menahan serangan Sivaru yang dilancarkan begitu luar biasa dengan mengambil alih kesadaran Malaikat kontrak, Razak jelas tak akan mampu melanjutkan laga. Seluruh simpanan Mana, telah habis.
Hasil akhir sendiri, tampak memang telah ditentukan karena pijakan arena Razak, sepenuhnya hancur. Ia kini berdiri diatas tanah. Sementara pihak lawan, Sivaru, bertahan untuk memijak sisa reruntuhan arena.
Situasi yang tampak disambut kecewa oleh para penonton. Bagaimanapun juga, itu adalah Razak yang sukses menahan serangan. Bisa dianggap memenangkan tantangan yang sempat ia lempar dari mengadu teknik serangan Sivaru, dengan teknik pertahanan miliknya.
Disayangkan Razak berakhir kalah hanya karena arena yang tak mampu bertahan.
"Ronde kedua, dimenangkan oleh.."
Juri yang mampu melihat kondisi akhir, cepat bisa menyimpulkan berdasar aturan turnamen tentang peserta yang keluar arena.
Hendak mengumumkan hasil, suara Juri tercekat saat sebaran Mana Cahaya, membekap mulutnya.
*Tapp…!!!
*Woooshhhh…!!!
Sivaru yang tampak tak puas dengan hasil laga, dimana meski ia dianggap menang, namun merasa satu hujaman kebencian dari tatapan merendahkan Razak, menerjang cepat setelah membungkam mulut Juri.
*Wuuunggg…!!!
Bergerak memijak reruntuhan arena, dua kepalan tangan Sivaru, berderu aliran Mana Cahaya, ia tampak masih memiliki simpanan Mana tersisa meskipun baru melepas serangan dahsyat beruntun. Terlebih, satu serangan terkahir, adalah melepas wujud Soul Knight.
"Hmmmm….!"
Menanggapi aksi pihak lawan, Razak yang telah benar-benar kehabisan Mana, mulai memasang kuda-kuda bertahan sekali lagi. Teguh tanpa rasa takut menyambut kedatangan Sivaru. Meskipun jelas mengandalkan hanya kekuatan tubuh fisik untuk menerima serangan Mana Cahaya, adalah satu hal yang akan berakhir fatal.
Sekuat apapun tubuh fisik Razak, tetap akan berakhir terluka parah jika harus menerima langsung teknik serangan beratribut Mana. Terlebih itu adalah Mana Cahaya.
*Woooshhhh….!!!
Sivaru menerjang.
*Bammm….!!!
Razak menghujam telapak kaki pada tanah untuk semakin memperkokoh pertahanan.
Sampai akhirnya….
*Boooommmm….!!!
"ROAAARR….!!"
Sesosok Demonic Beast ganas, muncul entah dari mana, mendahului untuk menghujam tubuh Sivaru.
"Kau berniat membunuh bocah ini? Langkahi dulu mayattku!"
Itu adalah Darsa. Bergumam dingin dalam posisi duduk diatas punggung Demonic Beast ganas berwujud Kalajengking Raksasa.
"Hmmmm….!!"
Sivaru, menatap tajam penuh kebencian, tampak kembali akan menerjang. Kali ini menargetkan Darsa. Hanya saja…
*Baaaammmmm….!!!
Pukulan lain datang. Kali ini adalah Feizel.
"Hei…! Jauhkan tangan kotormu! Terus berkhotbah, namun diri sendiri berperilaku tercela! Bahkan para Bandit, jauh lebih terhormat!" ucap Feizel.
*Bammmm….!!!
Sivaru belum sempat memberi tanggapan apapun, sampai hujaman lain datang. Kali ini tendangan.
"Aliran Mana Kegelapan dalam tubuhku meronta untuk memberi satu hadiah khusus bagi Mana Cahaya milikmu!" gumam Cassio.
*Bammm…!!!
*Bammmm…!!!
*Bammmm…!!!
Bergantian, masing-masing anggota Bandit Serigala, melakukan aksi liar untuk turun dari Tribun. Menyerang Sivaru. Bahkan Zhou Kang, dimana dari awal menyembunyikan identitas agar tak dikenali oleh kelompok Klannya, terang-terangan membuka tudung penutup kepala.
Aksi tak peduli aturan pihak Aliansi Serigala, segera membuat bingung Juri. Bukan cuma Juri, bahkan seluruh yang menyaksikan laga final.
*Woooshhhh…!!!
*Bammmmm…!!!
Sinbad, bergabung dalam kemeriahan. Melepas tendangan atribut Mana Es terhujam keras dadaa Sivaru. Menjadikan Petarung urutan kedua Endless Heavens Sect tersebut, bagai karung sampahh bulan-bulanan Alisansi Serigala.
"Jika kalian menganggap kami menyalahi aturan, maka perlu revisi ulang! Karena bagaimanapun juga, dia yang memulai terlebih dahulu! Melanjutkan aksi saat sudah jelas pihak lawan bisa dianggap telah kalah!" ucap Sinbad. Tersenyum lebar.
Mendengar kalimat Sinbad, Juri berkembang semakin bingung. Segera mengangkat kepala untuk melihat kearah Tribun Surga Dragon Knight Alliance.
Namun, belum sempat mendapat jawaban apapun.
*Bzzzzzttt…!!!
Derak listrik Merah, seketika muncul tepat dihadapan Sivaru.
"Ingat kata-kataku ini, yang sedang kau hadapi adalah Kawanan Serigala liar! Pendosa dari segala jenis pendosa!"
*Bzzzzzttt…!!!
Derak Listrik Merah, menyala terang pada sarung tangan kilat.
*BOOOOMMMM…..!!!
Menghujam kepala Sivaru. Seketika melempar tubuhnya untuk membentur keras Tribun Endless Heavens Sect.
Keheningan total, segera membekap segala penjuru Sarang Naga bersama aksi liar kawanan Aliansi Serigala.
Theo, dimana menjadi sosok yang menyerang Sivaru paling akhir, melempar tubuh Petarung urutan kedua Endless Heavens Sect tersebut untuk kembali ke Tribun kelompoknya, kini bertahan diam dilokasi.
Menatap dengan sorot mata cemerlang penuh ketajamam pada Tribun pihak lawan.
Percik derak Listrik Merah, masih tersisa disekitar kepalan tangan saat seringai lebar, mulai menghiasi wajahnya.
Cukup dengan seringai lebar bak penjahat jalanan Khas Keluarga Alknight, Sang Boss Besar Bandit Serigala, seolah melempar tantangan nyata kepada kelompok Endless Heavens Sect.
Sementara pada sudut lain, tiap anggota Endless Heavens Sect, menyambut seringai lebar pihak lawan, dengan raut wajah penuh amarah. Sebaran Mana Cahaya intens, meluap tak tertahan. Sepenuhnya terprovokasi dengan aksi tantangan serta sikap Theo yang seolah memandang rendah kelompoknya.
Bahkan Sang Tetua, dimana sebelumnya bertahan selalu memasang sikap tenang, kini tampak berdiri dari duduknya. Menatap balik dengan sorot tajam kearah Theo.
Memimpin rombongan dengan membawa nama agung Endless Heavens Sect untuk menghadiri agenda Simposium, Sang Tetua, sudah cukup merasa kelompoknya sangat terhina dengan aksi Razak mempermalukan Visrad, berkembang menjadi tak tahan lagi saat Theo menambah hinaan dengan melempar tubuh Sivaru bak itu seonggok sampah tak penting.
Suasana hening, bertambah semakin intens. Semakin mencekam dengan dua sudut, saling tatap tajam satu sama lain. Sekumpulan sosok berpenampilan bak manusia suci, penuh amarah memandang pihak lain, sekumpulan penjahat, para Bandit dan Perompak dimana kini menampilkan wajah bengis.
"Hei pak tua, jika rasa marahmu begitu tak tertahan, kenapa tak turun saja kesini?"
Suasana hening, hanya pecah saat Theo tiba-tiba membuka suara. Mengucap kalimat yang justru semakin menambah intensitas suasana mencekam.