Tengah malam buta, Asma bangun dari tidurnya dengan peluh yang membasahi wajahnya. Sekujur tubuhnya terasa lengket dengan rasa nyeri yang mendera area dadanya.
Asma melirik bayi mungil yang tertidur lelap di sampingnya. Bibirnya dia gigit untuk menghalau suara rintihan yang mendesak ingin keluar.
Gadis itu tidak ingin sampai Dika bangun karena mendengar suaranya. Sehingga dia tidak punya pilihan lain selain keluar dari kamarnya.
Meyakini jika tidak akan ada yang bangun di tengah malam yang larut ini, Asma memutuskan untuk pergi menuju ruang tamu. Dengan diterangi lampu bohlam yang temaram, Asma mendudukkan dirinya di kursi panjang yang ada di sana.
Gadis itu mulai melepaskan kaos yang dikenakannya melewati kepala. Lalu meletakkannya di atas meja yang hanya diisi asbak kosong tempat Basuki biasa membuang puntung rokoknya.
Asma tidak serta merta melepaskan pengaitnya. Dibiarkannya penghalang itu tetap pada tempatnya. Dia hanya menurunkan cup bra yang dia kenakan saja.
Asma mulai memijat dadanya seperti saran dari Dokter Juanda. Sesekali dia juga akan memerahnya dengan gerakan pelan. Rasa ngilu mulai dia rasakan setiap dirinya melakukan hal itu.
Asma tak dapat membendung suaranya karena merasakan nyeri yang teramat pada dadanya. Matanya mulai berkaca-kaca, dan sesekali isakan mulai keluar dari bibirnya.
Asma tidak pernah berpikir jika semua ini akan terasa sulit. Setiap tiga jam sekali dia harus melakukan pumping. Untuk sehari dia bisa melakukannya sampai 8 kali.
Tak hanya itu saja. Setiap hari dia juga rutin minum obat dan meminum ASI booster. Begitu juga dengan asupan makanannya yang harus benar-benar dijaga.
Tak salah jika pepatah mengatakan jika surga berada di telapak kaki ibu. Karena perjuangan seorang ibu begitu besar bagi anaknya. Apalagi saat tengah mengandung dan melahirkan.
Di tengah kesibukannya melakukan pumping, Asma dikejutkan dengan kehadiran Basuki yang entah sejak kapan sudah berdiri mematung di ambang lorong yang menghubungkan ruang tamu dengan ruangan-ruangan lain di rumahnya.
Asma terkesiap dan memilih untuk memunggungi pria itu. Kedua pipinya terasa memanas karena kegiatannya tengah dilihat oleh bapak sambungnya.
"Ma-Maaf." cicit Basuki menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lagi-lagi dia kembali memergoki Asma yang tengah melakukan pumping.
Asma menoleh dengan kedua tangan yang dia silangkan di depan d**a.
"Sejak kapan Bapak di situ?" tanya Asma malu-malu.
Basuki terlihat mengerjap, sebelum kemudian menjawab pertanyaan Asma.
"B-Baru saja. Bapak terbangun karena mendengar suara kamu." jawab Basuki yang sukses membuat Asma semakin memerah. Dia tidak sadar jika suaranya yang keluar akan terdengar cukup keras.
Asma terdiam kaku dan menunduk. Tak lagi menatap ke arah Basuki yang tengah menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
Keheningan mulai melanda keduanya. Basuki masih berdiri di posisinya semula. Iris gelapnya menatap tepat ke arah punggung Asma.
Walau hanya diterangi sinar lampu yang temaram, Basuki masih dapat melihat dengan jelas pengait yang masih melingkari punggungnya. Yang tanpa sadar membuat napasnya tercekat hanya dengan mengetahui benda apa itu.
Di sisi lain, Asma mengira jika Basuki akan segera pergi seperti pertama kali pria itu memergokinya. Namun yang membuatnya menegang, pria itu justru melangkahkan kakinya mendekat ke arahnya.
Jantung Asma mulai berdegup dengan cepat. Seiring dengan langkah kaki Basuki yang kian mendekat.
Di tengah kekalutan itu, Asma merasakan telapak hangat Basuki menyentuh pundak polosnya. Lalu..
"Bapak akan bantu kamu." ujar Basuki dengan suara seraknya yang membuat perut Asma merasa tergelitik.
||
Asma menggigit bibir bawahnya saat Basuki mulai memijat dadanya. Rasa asing kembali dia rasakan ketika tangan besar itu mulai melakukan aksinya.
Kedua tangan mungil Asma yang berada di atas pangkuan tanpa sadar mengepal. Sebagai respon alami saat dirinya tengah dilanda rasa gugup.
Iris bening Asma tanpa sadar menatap tangan Basuki yang tengah berada di dadanya. Hal itu sukses membuat dirinya semakin memerah.
Namun di balik rasa gugupnya, Asma jelas dapat merasakan rasa nikmat dari pijatan Basuki. Entah mengapa rasanya terasa berbeda jika dia sendiri yang menyentuhnya. Dan hal itulah yang membuat dirinya menginginkan lagi sewaktu berada di klinik.
"Emnh.. "
Gumaman samar terdengar dari bibir mungil Asma. Tangan kirinya terangkat dengan ibu jarinya yang dia gigit tanpa sadar. Raut wajahnya memperlihatkan kegelisahan yang begitu jelas.
Di balik punggung mungil itu, tampak Basuki yang tengah menampilkan wajah keras. Iris gelapnya menatap lurus rambut panjang Asma tanpa sekalipun mengalihkan perhatiannya ke arah lain.
Saat ini Basuki benar-benar tengah menahan dirinya untuk tidak melakukan hal lebih. Dia justru merasa bodoh karena bisa-bisanya menawarkan diri untuk membantu gadis itu lebih dulu.
Setelah kejadian di klinik laktasi beberapa hari lalu, baik Asma maupun Basuki memang berusaha untuk tidak mengungkitnya lagi. Keduanya tidak ingin hubungan mereka kembali menjadi canggung.
Namun ketika dia terbangun dari tidur malamnya, Basuki justru mendapati Asma yang tengah melakukan pumping. Persis seperti saat dirinya memergoki gadis itu ketika di kamarnya.
Jika dulu dia akan segera pergi, lain cerita dengan sekarang. Setelah pertama kali melakukannya, Basuki justru merasa menginginkannya lagi.
Sehingga dengan tidak tahu malunya, dia justru menawarkan diri untuk membantu Asma. Atas kemauannya sendiri dan tanpa paksaan dari dokter.
"Pelan, Pak.. " lirih Asma yang membuyarkan lamunan Basuki.
Pria itu tersentak dan memelankan pijatannya. Sepertinya gara-gara memikirkan kejadian itu membuat Basuki tanpa sadar memijat d**a Asma terlalu kuat.
Keadaan kembali hening. Hanya terdengar suara rintihan samar yang keluar dari bibir Asma. Hal itu membuat suasana di antara mereka menjadi memanas.
Tangan besar dengan telapak yang terasa kasar itu terus melakukan tugasnya. Memijat d**a Asma dengan gerakan lembut.
Basuki hanya akan menyentuh d**a Asma saja tanpa menyentuh puncaknya. Namun entah bagaimana ceritanya, kini jari-jarinya justru menjalar naik meraih puncak kecoklatan yang telah menegang itu. Lalu memilinnya dengan gerakan main-main.
Asma tersentak saat merasakan sensasi asing kembali menderanya. Dia kembali merasa gelisah karena jari-jari Basuki kini justru sibuk bermain dengan puncaknya. Membuat tubuhnya bergejolak dengan sesuatu yang ingin mendesaknya.
"Pak-hh.. ja-ngan.. " lirih Asma dengan wajah memelas. Tangan mungilnya berusaha menyingkirkan jari-jari Basuki dari tempat itu.
Bukannya berhenti, Basuki justru semakin menjadi. Tubuhnya merapat ke arah Asma, dengan posisi seperti memeluk gadis itu. Sepertinya pria itu mulai lepas kendali.
Kepala Basuki berada tepat di samping kepala Asma. Dengan iris gelapnya yang tengah menatap jari-jarinya yang tengah bekerja.
Melihat pemandangan indah itu membuat Basuki menggelap. Kabut gairah mulai melingkupi iris segelap langit malam itu.
"Asma.. " panggil Basuki dengan suara serak.
Asma meremang saat mendengar Basuki memanggilnya dengan suara beratnya. Dengan ragu dia menoleh, dan sukses membelalak saat pria itu tiba-tiba saja menempelkan kedua bibir mereka.
***