"Kak? Kenapa Kakak diam saja?! Kenapa Kakak tak menjawab?" Tanya Sherly kepada Miyabi. Seketika Miyabi pun tersadar dari pikirannya. Lantas dia pun tersenyum.
"Oh, itu— semalam Kakak menginap di tempatnya Freya. Kakak merasa malas untuk pulang ke rumah..."
Seketika Sherly pun menghela nafas berat mendengar itu. "Jadi Papa benar-benar memukuli Kakak semalam?"
Miyabi pun memaksakan senyumnya, lantas dia pun mengangguk. "Iya, Papa marah karena Kakak tidak berada di rumah sakit saat dia menjenguk mama. Mungkin dia hanya terlalu mengkhawatirkan mama saja, tidak apa-apa."
"Lalu bagian mana yang sakit, Kak? Apa Kakak terluka parah?" Kali ini Vivian yang bertanya. Miyabi pun menggeleng-geleng kepala mendengar itu.
"Tidak. Hanya sedikit memar saja. Tidak apa-apa Vivian, Kakak baik-baik saja."
Yumna yang mendengar itu pun menatap Miyabi dengan sendu. Dia sungguh merasa kasihan dengan putrinya itu. Sejak kecil Miyabi selalu tersisih. Ayah tirinya Wilson tidak pernah memperlakukannya dengan baik. Meski Miyabi tidak melakukan kesalahan, namun Wilson kerap kali memarahinya ataupun bertindak kasar padanya, Yumna sungguh merasa berdosa padanya. Karena dirinya menikah dengan Wilson, Miyabi menjadi korbannya. Yumna pun terlihat menyesali itu.
"Kasihan kamu Nak, pasti papamu memukuli mu dengan sangat keras. Di mana yang terluka, Sayang?" Tanya Yumna kepada Miyabi. Miyabi pun seketika menoleh ke arah ibunya lantas menghampirinya.
"Tidak ada Ma, tidak ada yang sakit. Aku sungguh tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Aku justru menghawatirkan Mama, karena Mama belum siuman dari semalam."
Yumna tersenyum mendengar itu. Lantas membelai wajah Miyabi. "Mama baik-baik saja. Mama justru menghawatirkan keadaan kamu, karena sejak tadi Mama tidak melihatmu. Dan ya, tadi pada saat Mama siuman, ada seorang laki-laki yang menjaga Mama. Siapa dia? Apa kamu mengenalnya Miyabi?"
"Oh itu, ya, Dia adalah orang yang Miyabi suruh untuk menjaga Mama. Miyabi hanya mengkhawatirkan Mama, makanya Miyabi suruh orang itu untuk menjaga Mama selama Miyabi tidak ada."
"Tapi dari mana kamu akan membayar orang itu, Miyabi? Kita saja bahkan sedang kesulitan sekarang. Oh ya dan Mama juga baru tahu, kalau Mama baru saja menjalani operasi. Apa kamu juga yang membayar operasi itu? Dari mana kamu mendapatkan uangnya, Miyabi? Katakan dengan jujur!" Pinta Yumna kepada Miyabi. Miyabi pun memaksakan senyumnya lalu menggenggam tangan ibunya.
"Sekarang Miyabi sudah kerja, Ma. Jadi mulai sekarang, Mama tidak perlu khawatir lagi tentang biaya sekolahnya Vivian dan Sherly. Aku akan berusaha mencukupi kebutuhan mereka berdua, supaya mereka bisa lulus. Dan mengenai soal biaya untuk membayar orang itu dan operasi Mama, aku meminjamnya dari perusahaan. Dan sebagai gantinya, aku akan bekerja full time untuk atasanku. Dan kemungkinan mulai sekarang, Aku tidak akan tinggal di rumah lagi. Karena atasanku sudah menyediakan mes untukku, supaya aku bisa bekerja tepat waktu."
"Jadi kakak tidak akan pulang ke rumah lagi?" Kali ini Vivian yang bertanya. Miyabi pun menoleh ke arahnya dan tersenyum lalu menggeleng kepala.
"Kemungkinan tidak Vivi, kakak tidak akan pulang untuk sementara ini."
Vivian pun terlihat begitu kecewa. Miyabi memaksakan senyumnya melihat itu. Dia juga sebenarnya merasa sedih dengan keputusannya itu. Akan tetapi menghindari rumah akan lebih baik untuk saat ini baginya. Apalagi setelah pemukulan yang terjadi kepada Wilson yang dilakukan oleh Leo. Sudah dipastikan laki-laki itu pasti semakin marah dan semakin membencinya saat ini.
Dan mengenai perkataannya itu, Miyabi hanya ingin mengantisipasi keadaan, jika sewaktu-waktu Leo memintanya untuk menemuinya. Atau bahkan mungkin mereka akan tinggal bersama. Oleh karena itu dia pun berkata seperti itu kepada keluarganya. Supaya suatu saat nanti jika dirinya tidak kembali ke rumah, baik Yumna maupun kedua adiknya tidak mengkhawatirkannya. Jadi Miyabi pun bisa pergi dengan tenang.
Yumna pun tersenyum mendengar itu. "Kamu memang anak yang baik Miyabi, Mama bangga sama kamu. Kamu sudah berusaha keras selama ini. Seharusnya Mama yang bertanggung jawab atas kehidupanmu dan adik-adikmu, tapi kamu harus menanggungnya sendirian, maafkan Mama, Nak."
Miyabi tersenyum mendengar itu. "Tidak apa-apa Ma, Aku sama sekali tidak merasa terbebani dengan semua itu. Aku ikhlas melakukannya."
Yumna pun tersenyum, lalu kemudian memeluk putrinya itu. Miyabi pun membalas pelukannya.
Ya, sejak kecil Miyabi harus berjuang keras untuk kehidupannya. Setelah pulang bersekolah dia harus berjualan dan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya bersekolah. Karena Wilson tidak pernah membiayainya. Jadi Miyabi kecil pun harus berusaha sendiri untuk menggapai cita-citanya.
Bebannya semakin bertambah setelah Yumna melahirkan kedua adiknya. Miyabi pun harus membagi penghasilannya untuk kedua adiknya itu. Yumna juga sebenarnya bekerja. Hanya saja uangnya selalu habis dimintai oleh Wilson untuk mabuk-mabukan dan berjudi. Jadi dia pun tidak bisa menggunakan uang tersebut untuk membiayai anak-anaknya. Jika mengingat hal itu, hati Yumna merasa terpukul dan sedih. Dia sungguh merasa tidak berguna menjadi orang tua. Karena segala beban dan kebutuhan, selalu saja Miyabi mencukupinya.
Miyabi pun melepaskan pelukannya dan menatap sang ibu. Dia pun lantas menyeka air mata di pipi Yumna. "Mama jangan menangis! Air mata Mama terlalu berharga untuk dikeluarkan."
Yumna tersenyum mendengar itu. "Mama hanya merasa bersalah kepadamu Miyabi, karena Mama selalu menyusahkan mu!"
"Aku sama sekali tidak merasa seperti itu. Bagiku, mencukupi kehidupan kalian adalah sebuah kewajiban. Dan aku merasa senang melakukannya."
"Kamu memang anak yang baik Miyabi, Mama berdoa semoga suatu saat nanti kamu bisa mendapatkan kebahagiaanmu!"
Miyabi tersenyum mendengar itu, lantas mengangguk. "Terima kasih atas doa Mama. Kalau begitu Miyabi pergi dulu. Miyabi harus segera ke kantor untuk bekerja!"
"Memangnya kamu bekerja di mana, Nak? Apa jauh dari sini?"
Miyabi mengangguk. Lantas dia pun menghela nafas gusar melihat itu. "Ya sudah kalau begitu. Kamu hati-hati! Jaga diri kamu baik-baik Miyabi,"
Miyabi mengangguk menanggapi itu. Lantas dia pun tersenyum kepada ibunya. "Mama tidak perlu khawatir. Miyabi bisa menjaga diri Miyabi sendiri."
Yumna tersenyum. Kemudian membelai puncak kepala Miyabi.
Setelah itu Miyabi pun pergi. Sherly dan Vivian pun melihat kepergian kakak mereka itu dengan perasaan gundah. Di satu sisi mereka merasa kasihan kepada Miyabi karena harus bekerja keras untuk membiayai mereka. Namun di sisi lain mereka juga tak berdaya untuk melarang Miyabi, karena hanya Miyabi lah yang mencukupi kebutuhan mereka. Sedangkan ayah mereka Wilson, dia sama sekali tidak bekerja.
****
Miyabi pun datang ke perusahaan tepat waktu. Begitu dia tiba, sudah banyak sekali karyawan wanita yang mengantri di depan lobby. Rupanya mereka mendaftar untuk menjadi karyawan baru di perusahaan itu. Tepatnya untuk menggantikan Susi, Tina, Melda dan Riana, yang sebelumnya sudah dipecat oleh Leo karena sudah mengganggunya.
Seketika Miyabi pun menyunggingkan senyuman kala mengingat itu. Ternyata seperhatian itu Leo terhadapnya. Miyabi pun tidak menyangka kalau keputusannya untuk bekerja di perusahaan ini justru malah mendatangkan keberuntungan besar bagi kehidupannya. Selain ibunya bisa tertolong, dia juga bisa dimanjakan oleh bosnya sendiri. Dan Miyabi merasa beruntung mendapatkan itu.
Begitu melihat Miyabi datang, Brandon yang saat itu sedang berdiri pun langsung menghampiri Miyabi. Lantas memanggil wanita itu.
"Miyabi! Kemarilah!" Ucap Brandon sambil sedikit menghampiri Miyabi. Miyabi pun lantas menghampiri Brandon yang sedang memegang banyak berkas tersebut.
"Selamat pagi Pak Brandon, ada apa?" Tanya Miyabi begitu tiba di hadapan Brandon. Brandon pun langsung memberikan berkas-berkas itu kepada Miyabi.
"Pilihlah! Mana sekiranya orang yang cocok untuk bekerja di perusahaan kita. Pak Leo meminta saya untuk minta pendapatmu juga!"
Lagi Miyabi terkejut mendengar itu. Rupanya se percaya itu Leo padannya. Bahkan dia meminta Miyabi sendiri yang memilih karyawati baru di perusahaannya. Apakah Leo benar-benar ingin dia yang memilihnya? Atau mungkin lebih tepatnya, Leo mengkhawatirkannya? Leo khawatir, kalau orang-orang yang bekerja di perusahaannya itu akan kembali membulinya? Miyabi tersenyum.
Bersambung...