Bogor, 08.00 Pm
Seorang pria duduk ditaman belakang yang sepi seorang diri. Jemarinya saling bertautan betumpu pada lututnya. Dengan kepala menengadah ke langit, ia memandang indahnya pancaran bulan dan ribuan bintang yang bertebaran. Kelip cahaya bintang tampak menenangkan hatinya yang kacau. Walau sekarang hatinya ini begitu pilu. Pria itu menanggung kepedihannya sendiri. Menanggung rasa yang bercampur aduk. Marah, benci, sakit, kecewa dan juga luka. Semua menjadi satu dirasakan pria itu hingga menimbulkan sesak didadanya. Dia seorang pria.. Pantaskah dia menangis?
Pria berstelan formal itu tampak menghembuskan nafasnya kasar. Tercetak jelas diwajahnya kalau keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Bagimana bisa baik-baik saja kalau pria itu sedang menghadiri pesta pernikahan seorang wanita yang amat dia cintai. Seorang wanita yang dulu dianggap separuh jiwanya kini menikahi pria lain. Bagaimana kalau kalian berada di posisinya?. Jangan!! Kalian tak akan kuat!.
Dari kejauhan tampak seorang gadis remaja berbalut dres biru langit selutut, juga stillio 7cm berwarna senada, yang membuat gadis itu tampak lebih tinggi dari ukuran tubuhnya sesungguhnya. Gadis itu lari terbirit-b***t karena dikejar anjing. Entah apa yang dilakukan gadis itu sehingga membuat anjing yang lumayan besar itu terus menggonggong dan mengejarnya.
"Gug Gug.. Gug..!! "
"Aaaaa.... Tidak!! Anjing nakal berhenti mengejarku!!" Gadis itu terus berteriak ketakutan. Hingga Buggghhh...!! Gadis itu terjatuh dengan keras karena tersandung batu. Anjing keturunan persia berwarna kuning kecoklatan itu berhenti tepat dihadapan sang gadis sambil terus menggonggong. Sang gadis terus berteriak ketakutan. "Tolong!! Pergi anjing nakal, pergi!" Teriaknya.
Tapi nampaknya anjing itu enggan untuk pergi sebelum mencabik tubuh sang gadis. Anjing itu semakin mendekat dan menggonggong keras. Tak menunggu waktu lagi. Sang gadis mencopot sepasang stillionya dan melemparkan tepat pada tubuh sang anjing dan berharap sang anjing segera pergi. Tapi ternyata anjing itu tampak murka membuat si gadis menjerit lebih histeris.
"Aaaaaa.. Tidak..!!! "
Semua pemandangan itu tak lepas dari sepasang mata pria yang sejak tadi merenung didekat kolam ikan. Pria itu diketahui sebagai seorang pembisnis muda yang cukup sukses. Pendiri Ressort-Ressort ternama yang ada di Indonesia. Dialah Akbir Dewangga. Pria berusia 26 tahun, berwajah tampan yang sedang galau karena ditinggal nikah oleh wanita pujaannya.
Sejak pertama kali gadis itu berlari, Akbir sama sekali tak melepas pandangan matanya. Dia melihat tingkah gadis itu dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Perlahan Akbir mulai bangkit dari duduknya, mengambil ranting kecil dan berjalan mendekati sang gadis.
"Hushh.. Hushh..!! " Akbir mengusir anjing tersebut dengan melemparkan ranting yang dibawanya. Seketika anjing itu langsung pergi menjauh. Meninggalkan sang gadis.
Gadis itu menatap anjing dengan melongo. Tampaknya dia tidak terima dengan anjing itu." Hei anjing nakal.. Saat ku usir kau tidak pergi. Tapi saat tuan ini yang mengusirmu kau menurut dan pergi.. Dasar anjing nakal!! "Teriak gadis itu dengan ekspresi wajah memberengut kesal dengan masih stay duduk direrumputan.
Akbir mendengar teriakan gadis itu dan tingkah anehnya. Dalam hati dia bertanya tanya.. Apakah gadis dihadapannya ini sehat? Bagimana bisa dia marah ketika anjing itu sudah pergi? Dasar gadis aneh.
"Kau ingin anjing nya kemari lagi? "Tanya Akbir mengerutkan dahi.
"Tidak..!!jangan!" Kata gadis itu menggelengkan kepalanya keras.
"Lalu kenapa kau marah?"
"Aku tidak terima saja. Denganku dia tidak menurut walau sudah berkali- kali aku usir. Tapi giliran dengan anda anjing itu menurut. Kan nakal sekali anjingnya" Jelas gadis itu memanyunkan bibirnya. Jawaban sang gadis membuat Akbir tertawa kecil.
"Pasti tuan punya jimat kan? Hayo ngaku!! " Kata gadis itu mengacungkan telunjuknya kewajah Akbir dan menatap dengan memincingkan matanya.
"Jimat apa?" Tanya Akbir tak mengerti.
"Jimat pengusir anjing" Jawab Gadis itu polos.
"Kamu pikir saya ini dukun? " Tanya Akbir melenggang pergi.
"Kau tidak berniat membantuku berdiri. Jahat sekali kau ini Om" gerutu sang gadis.
Lantas Akbir berbalik mengahadap kearahnya lagi. "Kau panggil aku apa barusan?"
"Kenapa? Kau tak mau membatuku.. Yausah sana pergi. Oh iya trimakasih sudah mengusir anjing tadi om!" Kata gadis itu bangkit dari duduknya dan melenggang pergi dengan menenteng stillionya.
Belum sempat dia pergi, pergelangan tangannya sudah dicekal oleh Akbir. "Enak saja kau memanggilku Om!" Kata Akbir tidak terima.
"Memang tuan ini kan om-om. Apa masalahnya?"
"Kau saja yang terlalu pendek. Jadi menganggapku om-om. Lihat, bahkan tinggimu saja hanya sebatas dadaku. " Kata Akbir dengan senyum mengejek.
"Aku tidak pendek.. Om saja yang terlalu tinggi." Kata gadis itu tak mau kalah.
Akbir ingin membuka mulutnya untuk protes lagi. Tapi sebuah suara menghentikannya. "Akbir.. Rupanya kau disini. Ayo masuklah, Jangan terlalu sedih karena ditinggal nikah." Kata seseorang terkekeh geli yang ternyata Raga. Sahabat Akbir.
Raga tak mengetahui adanya gadis remaja yang bersama Akbir. Karena memang posisi gadis itu tertutup punggung lebar Akbir.
Gadis itu mendengar suara yang dikenalnya mengatakan kalau om-om dihadapannya ini ditinggal nikah. Dia tertawa geli. "Oh jadi om ini sedang menghadiri pernikahan mantan ya? Hahaha... Kasian sekali nasibmu om!" Kata gadis itu tertawa mengejek.
Akbir langung menatapnya tajam. Sedangkan Raga terkejut mendengar suara seorang perempuan. Ternyata Akbir tidak sendirian. Pikirnya.
Raga mendekat kearah Akbir dan menemukan seorang gadis remaja yang notabennya adalah adik sepupunya. "Kau anak kecil, kenapa disini. Mami mencarimu sejak tadi" Kata Raga menarik tangan mungil sang gadis.
"Kak Raga.. Kasihan sekali ya om ini. Pasti rasanya sakit" ucap gadis itu masih terus mengejek dan berbicara dengan nada sok dramatis.
"Kau tau apa gadis jelek. Sana pergi dari kamu!" Ucap Akbir kesal.
"Kau kenal dengannya Raga?" Tanya Akbir lagi.
"Dia adik sepupuku. Kenapa kalian bisa bersama? "Tanya Raga curiga.
" Tanyakan saja pada adikmu itu. Apa yang dilakukannya hingga dia dikejar anjing"
Raga yang sepertinya mengetahui kebiasaan adhiknya langsung menjewer telinga adhiknya . "Dasar anak nakal. Berapa kali aku memeberitahumu. Jangan melempari anjing dengan kerikil" Ucap Raga gemas dengan masih menjewer telinga gadis remaja itu.
"Awww... Sakit kak.. Veve gak akan ngulangin lagi" Kata gadis itu kesakitan yang ternyata bernama Veve.
"Ayo jewer terus dia sampai kupingnya molor!" Ucap Akbir seperti kompor.
"Hih om jahat banget ya"
"Dasar gadis aneh!" Kata Akbir tersenyum mengejek.
"Aku punya nama ya.. Namaku Veve! Awww.. Kak sakit" Kata Veve menjerit sakit kala Raga menjewer kupingnya sambil menyeret masuk ke dalam rumah mewah milik keluarga Arkana. Dimana prosesi resepsi sedang berlangsung.
Akbir mengikuti langkah Raga dan Veve sambil tertawa mengejek ke arah Veve. Dan dihadiahi sungutan kesal dari Veve.