Sesampainya didalam rumah, Raga melepaskan jewerannya pada adhik sepupunya itu. "Hih kak Raga.. Sakit tau!" Sungut Veve kesal.
"Makanya jadi anak jangan nakal!" ucap Raga santai.
Tiba-tiba ada seorang wanita berpakaian pelayan datang menghampiri mereka bertiga yang sedang berdiri disamping meja minum. "Pak Raga saya dapat pesan dari tuan dan nyonya Revano, supaya non Veve ikut pulang bersama anda. Tuan Revano ada kepentingan mendadak yang mengharuskan beliau cepat kembali ke Jakarta. Dari tadi beliau mencari anda, tapi anda tidak ada" Ucap pelayan itu.
"Baiklah trimakasih" Jawab Raga sambil tersenyum ramah.
"Hah?? Mami tega banget sih..masak iya aku ditinggal sendiri disini" Kesal Veve menghentakkan kakinya.
"Syukurin! " Celoteh Akbir santai tanpa menatap Veve.
" Dih.. Om-om ditinggal nikah! " Cibir Veve tak mau kalah.
"Raga.. Aku gak mau pulang dengannya!"
"Siapa juga yang mau pulang sama om-om gagal nikah.. Huu!! " Ucap Veve tetap tak mau kalah sambil menjulurkan lidahnya.
"Ve..!" Tegur Raga menatap Veve
.
"Dia tuh kak. Mulai duluan! "
" Yaudah kita nikmati dulu makanannya" Ucap Raga menengahi.
Kini mereka sedang berbincang ringan dikursi yang berhadapan.
"Mulai besok kak Raga akan kerja sama Kak Akbir di Perusahaannya yang ada di jakarta. Nanti kamu balik ke jakartanya sama kakak dan kak Akbir. Oh iya, jangan panggil om. Dia masih seumuran kakak. Ingat itu!" Kata Raga menjelaskan. Diakhir kalimat ia menatap tajam adhik sepupunya itu.
Veve tak menjawab. Dia ashik menikmati jamuan makannya. bahkan cara makannya seperti anak berusia 5 tahun. tak tau malunya dengan wajah polos yang ia miliki, berjalan kesana kemari mencicipi berbagai macam hidangan. bibirnya pun penuh dengan coklat coklat yang menempel karena makan puding terlalu berlebihan. semua pemandangan konyol itu tak lepas dari mata tajam milik Akbir yang memandangnya heran.
"Apa kau mengidap busung lapar?" Tanya Akbir tiba-tiba sambil mencomot satu puding disebelah Veve.
Veve melotot mendengarnya. dia mendengus kesal. ingin sekali menendang tulang kering pria disebelahnya ini yang terlampau menyebalkan.
"Kenapa melotot? lihat! tubuhmu kecil sekali. tapi makanmu banyak sekali." Ucap Akbir dengan sinis.
"Apa hubungannya denganmu?" Geram Veve yang sudah mulai hilang kesabaran.
"Tidak ada!. hanya saja aku kasihan pada orang tuamu. semua makanan yang diberikan tak bisa diserap oleh tubuhmu" Jawab Akbir lengkap dengan kekehan kecilnya.
sumpah demi apapun Veve ingin sekali menyiram kepala pria itu dengan jus mangga ditangannya. kenapa juga pria yang baru beberapa jam ditemuinya kini mengurui hidupnya.
Hingga tiba-tiba Raga mengajaknya pulang. Sebelum pulang mereka bertiga berpamitan dengan mempelai.
"Ruhiya aku pulang dulu ya.. Semoga dijadikan keluarga yang Samawa." Ucap Raga tersenyum tulus. "Dan kau jangan pernah sakiti Ruhiya sekalipun, dia sudah seperti adhikku sendiri! " Tambahnya.
Dibelakang Raga, Akbir hanya tersenyum kecil yang lebih tepatnya dipaksakan kearah pasangan suami istri yang baru saja Sah tadi pagi.
Tampak sang mempelai pria yang tak lain adalah Reynaldi Arkana yang notabennya atasan Ruhiya kini menatap sinis Akbir. Dia tau ekspresi Akbir adalah ekspresi kecewa dan tidak rela.
"Tenang saja.. Aku tidak akan menyakiti Istriku.. Aku sangat mencintai Istriku yang cantik ini.. Juga sebaliknya. Benarkan Istriku? Hem? " Tanya Rey menghadap Ruhiya dengan tatapan menggoda.
Dia menekan nada bicaranya setiap mengucap kata Istri. Dia sengaja berkata begitu hanya sekedar membuat panas situasi hati Akbir.
Veve melihat raut wajah Akbir yang tersenyum masam ikut merasakan sedih. Dia yang dari tadi diam akhirnya bersuara."Benar.. Kalian berdua pasangan yang serasi. Cocok sekali. Kak Ruhiya yang cantik, juga Kak Re yang tampan. Tapi sayang Kak Rey tidak semanis Kak Akbir. Yang ku lihat kak Akbir lebih penyabar dari kak Rey. Tapi sayang Kak Akbir sudah memiliki calon istri. Dan sebentar lagi mereka berdua menikah.. Yeyyyy." Ucap Veve senang sambil melompat girang.
Semua shock dengan apa yang diucapkan gadis remaja itu. Apalagi Akbir dan Raga. Mereka tak habis pikir. Kenapa Veve bisa berkata seperti itu. Memang sejak kapan aku mempunyai calon istri? Dasar bocah ini benar-benar nakal. Batin Akbir yang masih shock.
Raga menatap tajam adhik sepupunya itu. Tapi Veve sama sekali tak menanggapinya. Veve terlalu senang melihat wajah merah padam Rey. Dia yakin kalau Rey sedang menahan amarahnya yang siap meledak. Dia cukup tau siapa Reynaldi Arkana itu. Mengingat Ayah Veve juga seorang pembisnis. Ayahnya sering menceritakan tentang Rey. Mulai dari seluk beluknya hingga kesuksesan yang pernah diraih. Sebenarnya dia juga kaget mendengar kabar pernikahan Ruhiya dengan Rey. Veve kenal betul kalau Ruhiya adalah gadis baik dan penyabar. Karena dulu Veve tinggal di bogor juga sebelum diajak pindah ke jakarta. Sifat dan sikap Ruhiya Sangat bertolak belakang dengan sikap Rey. Veve hanya menyayangkan saja kenapa Ruhiya mau dengan pria itu.
"Wah.. Siapa wanita itu? Pasti dia sangat cantik! " tebak Rey. dia mencoba santai dan berusaha mengendalikan emosinya. Sedangkan Ruhiya hanya diam ditempat. Sesekali ia melirik kearah Akbir.
Akbir hendak menjawab pertanyaan Rey. Sebelum dia sempat membuka mulut. Suara Veve sudah menghentikan niatnya. Dan membuatnya menggaruk tengkuk seperti orang cengo'.
"Yap..kau benar sekali kak Rey. Calon istri kak Akbir memang cantik.. Tapi bukan hanya cantik. Tapi dia juga beruntung. Karena apa? Karena kak Akbir sangat mencintai wanita itu. Dan mereka berdua sama-sama penyabar. Aku yakin tidak akan ada pertengkaran di keluarga mereka ketika menikah nanti." Jawab Veve senang sambil melipat tangan didadanya.
Tampak wajah Rey kian memerah. Andai saja disini hanya ada dirinya dan Veve. Mungkin Veve sudah menjadi perkedel karena kena bahan amukan Rey.
Raga yang mengetahui situasi semakin kurang kondusif dia buru-buru menyudahi acara pamitan itu.
"Yaudah kita mau balik dulu ya.. Semoga hubungan kalian langgeng. Assalamualaikum " Ucap Raga menarik tangan Veve untuk pergi.
" Iya trimakasih kedatangannya. Waalaikumsalam waroh matullohi wabarokatuh " Jawab Ruhiya tersenyum manis. Sedangkan Rey masih berusaha mengatur emosi.
Akbir melenggang pergi mengikuti Raga dan Veve tanpa mau menengok kearah Ruhiya dan Rey. Ia menggelengkan kepalanya pelan mengingat apa yang dilakukan gadis remaja itu. Dibenaknya timbul pertanyaan. Apa yang dipikirkan Veve hingga dia berkata seperti itu dan memancing emosi Rey.
Kini mereka bertiga sudah ada di mobil Audi milik Akbir. Dengan Raga yang menyetir. Akbir duduk disamping Raga dan Veve yang duduk dibelakang sambil memainkan ponselnya. Sesekali dia berteriak girang kala dia menang dipermainan game online yang sedang ia mainkan.
"Bersisik! " Ucap Akbir sinis.
"Apa om? Aku tidak dengar!" Ucap Veve berteriak.
Akbir menghembuskan nafasnya pelan sambil bergumam. "Mulai deh dipanggil om lagi" Gumamnya pelan. Yang tak ditanggapi oleh Veve.
"Sudahlah kalian jangan ribut terus. Veve tidur.. Perjalanan masih lama. Nanti aku bangunkan! " Kata Raga menengahi.
"Anak kecil harus tidur. Tidur dan diam" Ucap Akbir yang ikut menimpali.
"Aku sudah besar. Umurku 17 tahun dan bukan anak kecil " Protes Veve tidak terima. Veve melanjutkan game onlinenya dan beberapa kali mengeluarkan teriakan yang membuat panas telinga.
lihat! memang benar umurnya 17 tahun. tapi kelakuannya sama seperti anak Tk. bahkan dia sendiri tak menyadarinya. Ck!
Akbir yang mulai kesal langsung merebut Hp milik Veve dan mengantonginya di saku celananya. Kelakuannya itu mendapat protesan panjang lebar dari Veve. "Tidurlah!" Hanya sepatah kata itu yang menjadi jawaban atas protesan Veve. Veve memberengut kesal dan menghempaskan punggungnya disandaran jok mobil. "Dasar om-om gagal nikah pengganggu" Gerutu Veve kesal.
Mendengar kata nikah, Akbir teringat akan apa yang ingin dia tanyakan pada gadis itu.
"Ve.. ? " Ucapnya tanpa mau melihat kebelakang.
"Apa?" Tanya Veve malas.
"Kenapa kau tadi berkata seperti itu dihadapan Ruhiya dan Rey? "
"Biarkan saja. Aku benci melihat orang sombong seperti Rey. Juga aku kasihan melihat Om yang gagal nikah. Memang sih.. Om dan Rey itu masih ganteng Rey. Pantas saja kak Ruhiya maunya sama Rey" Jawab Veve setengah mengejek.
"Kau ini memang kurangajar! " geram Akbir.
"Om ini memang orang gagal nikah.. Bagaimana rasanya om? Sulit move on ya?" Tanya Veve yang akhirnya tertawa.
"Cepat tidur sana. Jangan ngiler kalau tidak mau kuturunkan dipinggir jalan"Ucap Akbir datar yang enggan menjawab pertanyaan Veve.
"Dih gitu aja marah! " Cebik Veve.
"Anak nakal tidur!" Kata Akbir lagi yang kali ini tidak mau dibantah.
Dia melepas jas hitam yang melekat pada tubuhnya dan melemparkan kearah Veve. "Kenapa Om melemparku dengan jas sialan ini.. Iya iya aku tidur" Kesal Veve membuang jas itu.
"Pakai kalau tak mau kedinginan!" Kata Akbir acuh.