Cleo Menanti Vallen

1059 Words
“Kenapa kalian datang dan bertanya di mana ibuku?” tanya Cleo dengan raut wajah penuh kecurigaan pada Javina dan Cristian. Gadis kecil itu memandang Cristian dan Javina secara bergantian. Memang, tidak ada sedikit pun kemiripan di wajah mereka dengan wajah ibunya. Itu sebabnya Cleo tidak bisa langsung percaya pada mereka. Apalagi, mereka datang dengan sama-sama bertanya di mana keberadaan ibunya. Yang ia sendiri tidak tahu di mana ibunya berada saat ini. Padahal malam sudah menunjukkan pukul sepuluh saat ini. Masih saja tidak ada kabar tentang di mana ibunya berada. “Paman ingin bicara dengan ibumu dan mengajak kalian pindah ke rumah besar,” jawab Cristian dengan suara lembut. “Ke rumah besar? Rumah besar yang mana yang Paman maksud?” tanya Cleo penuh selidik. “Rumah yang kau datangi bersama ibumu tempo hari lalu. Apa kau lupa? Saat ibuku menolak kedatangan kalian?” Kini giliran Javina yang menjawab dan bertanya pada Cleo. Cleo tampak sedang berpikir sesuatu dan ia menatap keduanya lagi dengan lekat. Ia memang pernah mendatangi sebuah rumah besar saat baru datang ke negara ini. Namun, kehadiran mereka langsung ditolak mentah-mentah oleh seorang wanita tua yang tampak sangat tidak menyukai kehadiran mereka pada saat itu. Bahkan, Cleo bisa melihat raut wajah kebencian yang ia tujukan pada ibunya, Vallen. Itu sebabnya Vallen menyewa rumah sederhana ini dan mereka baru beberapa hari tinggal di sini. Namun, tidak pernah Cleo duga bahwa hidup di luar pulau itu akan lebih menakutkan meski orang-orangnya terlihat biasa saja. Tidak seperti yang Cleo bayangkan selama ini, yang bahkan membuat ibunya selalu tertekan dengan permintaannya untuk pindah dan keluar dari tempat terpencil itu. Kini Cleo menyesali semua rengekannya pada sang ibu, karena menyadari bahwa yang terlihat bagus dan indah belum tentu menyenangkan. “Jadi wanita tua yang bersikap seperti penyihir itu, ibu kalian?” tanya Cleo dengan sengaja. “Kurang ajar sekali kau, anak kecil,” ucap Javina dengan geram. Namun, Cristian hanya tertawa renyah mendengar ucapan dan penilain Cleo tentang ibunya. “Sayang, apakah dia terlihat seperti seorang penyihir? Ya, mungkin memang begitu. Tapi, percaya lah dia adalah penyihir yang baik,” ungkap Cristian berusaha memberikan kesan baik tentang ibunya pada Cleo. “Kak! Apa yang kau katakan? Seharusnya kau marah dan menampar anak ini. dia sudah berani meneghina Mami,” gerutu Javina yang tak terima bahwa Cristian justru membenarkan kalimat Cleo. “Kau … pulang lah duluan. Aku akan menyelasaikan masalah ini. Kau hanya akan terus menakuti anak ini jika terus berada di sini.” Cristian mengeluarkan perintahnya pada Javina. “Tapi, aku …,” ucap Javina yang terputus dan tak berani ia lanjutkan lagi saat Cristian sudah menatapnya dengan sangat tajam. Akhirnya, Javina melangkahkan kakinya dengan sedikit menghentak-hentakkan hak sepatu itu agar Cristian tahu bahwa ia sedang kesal pada sikap kakaknya itu. Mungkin karena Cristian sudah sangat hafal dengan tingkah dan sifat adiknya, ia hanya menggelengkan kepala karena menurutnya Javina masih sangat konyol dan belum bisa bersikap dengan dewasa sesuai dengan usianya. Melihat Javina pergi setelah mendapat perintah dari Cristian, Cleo mulai sedikit mengendurkan kewaspadaannya pada pria itu. Ia mulai berpikir bahwa mungkin Cristian memang tidak berniat jahat padanya. “Jadi, di mana ibumu sekarang? Paman akan membawa kalian pindah dari tempat ini. Kita akan tinggal satu rumah dan Paman akan menjaga kau dan ibumu dengan sangat baik. Apa kau mau?” tanya Cristian pada Cleo dengan serius. “Paman … bisa kah aku percaya padamu?” tanya Cleo pada akhirnya. “Tentu saja, Sayang. Aku adalah kakak ibumu, Pamanmu. Kau bisa percaya padaku,” jawab Critian senang saat mengetahui bahwa sepertinya Cleo mulai terbuka padanya. “Sebenarnya, Mami … Mami belum pulang sampai saat ini,” ucap Cleo dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Bagaimana pun kuat dan tegarnya dia, Cleo tetap hanya lah seorang anak kecil yang masih sangat membutuhkan sosok ibu dan sebenarnya juga sosok ayah untuk melindunginya. Jika saat di pulau dulu, banyak sekali para mafia yang menyayanginya dan menjaganya dengan baik, hal itu bisa sedikit menepis kerinduan Cleo pada sosok ayah yang tak pernah ia miliki sejak ia lahir ke dunia ini. Bahkan, ibunya sendiri selalu mengatakan bahwa ia tidak tahu siapa ayah Cleo yang sebenarnya. “Belum pulang katamu? Pada jam seperti ini kau hanya di rumah sendirian? Apa ibumu mengatakan akan pergi ke mana tadi?” tanya Cristian dengan nada tak percaya. “Mami akan pergi membeli bahan masakan untuk kami makan malam ini, dan Mami takut membawaku karena di sini tidak ada yang menjagaku seperti saat di pulau dulu. Tapi, sampai saat ini Mami tidak pulang, Paman,” keluh Cleo dengan wajah yang sudah terlihat sangat menyedihkan. Cristian merasa tidak tega dan langsung membawa gadis kecil itu ke dalam pelukannya. Kemudian, Cristian mengusap kepala keponakannya itu dengan lembut. Cristian mengetahui siapa ayah dari anak yang sedang dipeluknya saat ini. Meski sangat membenci pria itu, akan tetapi Cristian tidak bisa melampiaskan kebencian itu pada Cleo juga. Ia tidak tahu apa-apa dan hanya lah korban dari sebuah kesalahan yang seharusnya tak pernah dilakukan oleh ibunya bersama pria tak bertanggung jawab itu. Setelah mendapat pelukan hangat dan membuatnya tenang, Cleo merasa bahwa memang benar Cristian adalah orang baik. Ia bisa percaya pada Cristian saat ini dan akan mencoba untuk meminta bantuan Cristian menemukan ibunya. “Kau tenang saja, ya. Paman pasti akan mencari Mami sampai ketemu. Apa kau merindukannya?” tanya Cristain dan mengusap air mata yang jatuh di sudut mata Cleo. Gadis kecil itu mengangguk dan Cristian kembali memeluknya dengan penuh kasih sayang. “Paman berjanji akan membawamu pada Mami.” “Bagaimana caranya? Apakah mungkin Mami sengaja meninggalkanku di sini dan kembali ke pulau sendirian? Selama ini aku selalu merengek ingin keluar dari pulau dan tinggal layaknya orang-orang biasa di kota besar ini.” “No, Sayang. Mami tidak mungkin melakukan hal itu. Paman sangat tahu bagaimana sifat Mamimu. Dia adalah wanita yang baik dan tidak mungkin akan meninggalkan anaknya sendiri.” Cristian membujuk Cleo dengan mengatakan hal itu karena memang tidak mungkin Vallen akan meninggalkan Cleo seorang diri di rumah ini dengan sengaja. Cristian berpikir pasti sudah terjadi sesuatu pada Vallen saat ini yang menyebabkan ia tak bisa pulang menemui anaknya di rumah. “Apa mungkin pria itu sudah menemukan Vallen dan kini Vallen sedang berada dalam tawanannya? Apakah Vallen akan mengatakan tentang putrinya ini pada lelaki itu?” tanya Cristian bermonolog saat membayangkan dan memikirkan di mana kemungkinan terbesar Vallen berada saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD