Saudara Ibumu, Nak!

1090 Words
“Mami … di mana Mami?” tanya seorang gadis kecil berusia sembilan tahun itu pada potret yang kini sedang ditatapnya dalam sebuah bingkai kayu kecil. Cleopatra nama gadis itu dan kini masih duduk di depan pintu pada sebuah rumah sederhana yang memang sangat jauh dari keramaian. Entah kenapa Vallen memilih tempat yang jauh dari jangkauan seperti ini. Awalnya Vallen berniat untuk tinggal di rumah keluarganya, akan tetapi semua anggota keluarganya menentang hal itu dan akhirnya ayah Vallen menyarankan untuk menyewa sebuah rumah dan hidup berdua dengan Cleo di sana. Cleo yang awalnya merasa senang karena baru saja bertemu dengan seluruh anggota keluarganya, perlahan menjadi kecewa karena nyatanya tidak satu pun dari mereka yang menerima kehadirannya dan juga ibunya. Cleo mungkin masih berusia sembilan tahun, tapi cara berpikirnya dan cara ia menanggapi situasi sangat di luar batas usianya. Cleo bahkan tidak pernah terdengar merengek dan mengeluh layaknya anak seusianya. Selama ini, ia dan ibunya tinggal jauh dari masyarakat kota. Mereka tinggal di sebuah pulau terpencil dan umumnya di sana adalah tempat bersembunyinya para penjahat dan mafia-mafia besar. Namun, karena kepintaran dan kecerdasan Cleo serta kecantikannya yang mampu meluluhkan hati setiap orang yang bertemu dengannya, hidup Cleo dan Vallen menjadi sangat aman dan serba berkecukupan selama di sana. Bahkan, ke mana pun Vallen dan Cleo melangkah mereka akan selalu diawasi dan dijaga dengan baik oleh salah seorang mafia bernama Harness. “Di mana ibumu?” tanya sebuah suara yang tidak dikenal oleh Cleo. “Siapa kau?” tanya Cleo dengan lantang dan berdiri dari duduknya. Membalas tatapan bengis dari wanita itu tanpa ada rasa takut sedikit pun. “Lancang sekali kau bertanya seperti itu padaku!” Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi Cleo dan membuat gadis itu sedikit meringis menahan rasa sakit. Ia menatap wajah wanita yang kini berdiri di depannya ini. Pakaian seksi dan dandanannya sangat mencolok membuat Cleo berpikir bahwa usia wanita ini jauh di atas ibunya. Cleo sama sekali tidak menangis atau merintih sedikit pun mendapat tamparan keras dari orang dewasa itu. “Bibi … kenapa kau menamparku? Apa salahku padamu?” tanya Cleo lagi pada wanita yang tak lain adalah Javina itu. “Kau sama saja seperti ibumu yang tak tahu malu itu! Tidak punya sopan santun sedikit pun!” ucap Javina dengan kasar. “Apakah bibi adalah kakak ibuku? Kau terlihat jauh lebih tua dari ibuku.” Cleo kembali berkata dan membuat Javina kembali meradang. “Kakak?” tanya Javina dengan geram dan wajah merah padam menatap gadis kecil di hadapannya saat ini. Javina adalah adik tiri Vallen. Ia adalah anak yang dibawa oleh ibu tiri Vallen yang menikah dengan ayahnya lima belas tahun lalu. Ibu tiri Vallen membawa sepasang anak saat menikah dengan ibunya. Salah satunya adalah Javina. Gadis mud aitu terkenal dengan wanita yang sangat arrogant dan tidak tahu sopan santun. Dia adalah anak yang manja dan tidak pernah menyukai Vallen sejak pertama mereka bertemu dulu. Sementara abangnya, Cristian adalah seorang pemuda yang baik dan sifatnya berbanding terbalik dengan sang adik. Javina menatap tajam pada Cleo dan anehnya gadis kecil itu tidak sedikit pun menunjukkan ketakutannya dan justru membalas tatapan Javina dengan tajam pula. Javina bisa melihat kemiripan wajah Vallen di dalam wajah Cleo. Selain itu, mata dan bibir Cleo mengingatkan Javina pada sosok pria yang selama ini sudah berusaha ia dapatkan dan taklukkan. Namun, pria itu tidak pernah sedetik pun memandang pada dirinya. “Apa kau mengatakan aku lebih tua dari ibumu, hem?” tanya Javina dan mencengkram rahang Cleo dengan erat. Wajahnya menatap lekat pada Cleo dengan tatapan penuh kebencian. Namun, Cleo sama sekali tidak gentar dan tak menunjukkan sedikit pun rasa takutnya pada Javina. Sehingga membuat darah Javina mendidih dan melayangkan tangannya ke udara. Sepertinya Javina sangat berniat untuk menyakiti Cleo dengan menamparnya sekali lagi. “Jauhkan tanganmu dari anak itu!” Sebuah suara tiba-tiba terdengar di belakang Javina dengan nada hardikan yang tinggi. Tubuh Javina menegang saat mendengar suara yang sangat ia kenali itu. Tangannya yang sudah berada di udara perlahan turun dan tergenggam dengan erat menahan sebuah perasaan yang sulit ia ungkapkan. Sementara itu Cleo dengan santai menatap wajah pria di balik punggung Javina dengan lekat dan penuh dengn ketelitian. Cleo berusaha mencari tahu atau menebak siapa kira-kira lelaki yang datang ke rumahnya itu. Dan Cleo menyadari bahwa ada kemiripan antara wanita di depannya ini dengan pria di belakang punggungnya itu. “Kakak … kenapa kau bisa datang ke tempat ini?” tanya Javina saat berhasil memutar tubuhnya dan menatap pada sosok pria yang dipanggilnya dengan sebutan kakak itu. “Tentu saja karena aku sudah berusaha mencari tahu keberadaan Vallen dan Cleo selama dua hari belakangan ini,” jawab pria yang tak lain adalah Cristian itu. “Untuk apa Kakak mencari mereka? Apa Kakak berniat untuk menampung mereka?” tanya Javina dengan ketus. “Maaf, Bibi. Maaf, Paman. Aku dan ibuku sama sekali tidak butuh bantuan dari siapa pun. Kami bisa hidup dengan baik selama bertahun-tahun di sarang mafia, tentu bukan hal yang sulit bagi kami untuk hidup di tengah orang-orang yang baru belajar jahat seperti kalian,” ungkap Cleo dengan penuh keberanian. Hal itu justru membuat Cristian tersenyum manis ke arah Cleo. Tentu saja karena ia menganggap Cleo adalah anak yang sangat berani dan cerdas. Lain halnya dengan Javina yang jutru merasa tersinggung dan kembali menatap pada Cleo dengan tatapan kebencian yang sangat teramat dalam. “Kau sangat pintar, Sayang. Tapi, tenang saja, ya. Paman dan Bibi bukan orang jahat. Kami adalah saudara ibumu." Cristian berkata dengan lembut dan berusaha membelai rambut Cleo meski dengan cepat Cleo langsung menghindar, sehingga tangan Cristian menggantung di udara. “Saudara ibuku? Selama ini tidak pernah ada satu pun saudara ibuku yang pernah datang ke pulau tempat kami tinggal. Sembilan tahun tentu bukan waktu yang singkat, Paman,” bantah Cleo seolah sengaja membuat perasaan Cristian terluka. Cristian merasa sangat bersalah karena sebagai saudara yang paling tua, tak pernah bisa menjaga adik dan keponakannya. Bahkan saat orang tuanya mengetahui Vallen mengandung dan tak pernah mau ia sebutkan siapa ayah dari bayi yang dikandungnya itu, dengan tega ibunya merakayasa sebuah kecelakaan hingga membuat Vallen cidera parah dan akhirnya mengalami amnesia. Dokter berkata itu hanya sebentar, nyatanya setelah sekian tahun Vallen tak kunjung menunjukkan tanda-tanda kesembuhannya. Justru selama ini ibunya bersikap baik dan semua itu semata-mata hanya karena ingin mendapatkan perhatian Vallen demi warisan yang jatuh atas nama Vallen. “Sayang, di mana ibumu?” tanya Cristian lembut dan mengabaikan pertanyaan serta pernyataan dari Cleo sebelumnya. Namun, pertanyaan Cristian itu justru membuat Cleo kembali teringat pada ibunya yang tak kunjung pulang sejak kepergiannya siang tadi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD