Bibir Candu

1261 Words

Sore ini, sinar matahari menembus awan tipis, menyinari rumput hijau yang terhampar sejauh mata memandang. Ardika sibuk dengan persiapannya, memegang stik golfnya dengan penuh percaya diri. Sementara aku, hanya diminta duduk di sebuah kursi yang agak jauh dari tempatnya bermain, tanpa diperkenalkan kepada siapapun. Aku benar-benar merasa terasingkan. Dari tempatku duduk, aku bisa melihat beberapa rekannya juga membawa pasangan mereka. Mereka saling diperkenalkan, bercakap-cakap dengan akrab. “Kalau hanya duduk dan diabaikan begini, bukankah lebih baik aku tinggal di apartemen saja? Aku bisa memasak, tidur, menonton drama kesukaanku,” gerutuku. Aku kurang menyukai golf, dan tiba-tiba saja teringat n****+ online favoritku. Segera saja aku mengeluarkan ponselku, mungkin lebih baik aku memb

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD