6

1241 Words
Ring.. Ring.. Suara ponsel membangunkan tidur Aeden. "Ini masih terlalu pagi untuk menghubungiku, Oriel." "Bukti kejahatan Jordan akan diambil oleh jaksa Collins pukul 1 dini hari. Dapatkan bukti itu atau hancurkan bersama jaksa Collins." Aeden bangun sepenuhnya, "Aku akan segera memerintahkan orangku untuk mengurus jaksa itu." "Baiklah." Aeden segera meraih kaos dan jaketnya lalu segera keluar dari kamarnya. "Pantau keberadaan jaksa Collins. Siapkan anak buahmu dan dapatkan bukti kejahatan Jordan." "Baik, bos." Tangan kanan Aeden bergerak lebih dulu dari Aeden. Aeden melangkah keluar dari rumahnya. Masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi. Ia memperhatikan layar ponselnya. Mengikuti kemana bawahannya pergi. Mobil Aeden berhenti tidak jauh dari mobil bawahannya. Ia mengintai jaksa yang saat ini berada di dalam panti asuhan. Jaksa keluar dan melihat keluar memastikan situasi aman. Ia masuk ke mobilnya dan melakukan mobil itu. "Ezell, rusak jaringan kamera pengintai jalanan disekitar tempat keberadaanku." "Baik, Istriku." "Menjijikan!" "Satu menit dari sekarang. Kau punya waktu 5 menit." "Aku mencintaimu, Ezell." "Kau jauh lebih menjijikan." Aeden tertawa geli. Ia segera memutuskan panggilan. "Hentikan mobilnya sekarang!" Aeden memberi perintah dari alat komunikasi di belakang telinganya. Aeden melajukan mobilnya. Menyusul mobil bawahannya yang ia lihat dari gps di ponselnya. Orang-orang Aeden telah menghentikan mobil jaksa Collins. Aeden yang baru sampai segera mendekati anak buahnya yang sudah mendapatkan usb flash drive. Aeden memeriksa data dalam usb itu. "Habisi dia." Data itu memang benar berisi bukti kejahatan Jordan. Aeden masuk ke dalam mobilnya. Ia segera pergi. "Buktinya sudah ditanganku." Aeden menghubungi Oriel. "Hancurkan segera." "Baik, sayangku." "Sayangku, my ass!" Aeden melepaskan alat komunikasi di telinganya. Ia kembali ke kediamannya. ♥♥ Dealova melempar remote televisinya. "b******k! Siapa orang yang telah membunuh Jaksa Collins." "Mungkin orang-orang Jordan." Timmy mengambil remote yang dilempar oleh Dealova tadi. "Q04, periksa rekaman jalanan disekitar kejadian kecelakaan Jaksa Collins." "Sudah aku periksa. Jaringan disekitar sana diretas. Orang-orang dibalik kematian Jaksa Collins bukan orang sembarangan." "Ah, b******k!" Dealova memaki geram. "Aku akan menemukan orang itu dan membunuh mereka!" "Dimana ketenanganmu, D02. Kita akan menemukannya tapi jangan gegabah." "Aku tidak peduli, Q04. Aku harus membalas kematian Jaksa Collins." Dealova mematikan panggilannya. "Timmy, aku pergi." "Kau mau kemana, Lova?" "Membunuh Jordan. Orang b******k itu yang sudah membayar orang untuk membunuh Jaksa Collins." "Lova, jangan seperti ini." "Jaksa Collins sudah seperti ayah bagiku, Timmy. Dia satu-satunya orang yang mengerti aku tanpa aku bercerita padanya. Dia berarti untukku dan aku tidak bisa menerima kematiannya seperti ini!" Lova meninggalkan Timmy tanpa mau mendengarkan kata-kata Timmy lagi. Timmy segera menghubungi sahabat baik Lova, "Agen A03, D02 hendak membunuh Jordan." "Aku akan segera melacak keberadaanya." "Ya, tolong hentikan dia." ♥♥ Lova mengawasi Jordan. Saat ini ia sedang mengawasi Jordan yang sedang berkampanye. "Hentikan, Lova. Jika kau membunuh Jordan kau tidak akan menemukan kaki tangannya." Dealova mengabaikan seruan Bryssa. Ia membidikan senapan laras panjangnya dari kejauhan. Mengunci targetnya yang saat ini bergerak memproklamirkan janji-janji busuk yang membuai. "Dealova! Hentikan!" Lova melepaskan alat komunikasinya. Ia melesatkan pelurunya dan tepat bersarang di kepala Jordan. "Jika kau membunuh Collins agar kau jadi walikota maka aku mengirimmu ke neraka untuk menjadi penguasa disana!" Lova menyandang senapannya di bahu lalu segera masuk ke mobilnya dan meninggalkan tempat itu. "Kau gila, Lova!" "Aku tidak bisa menunggu lama, Bryssa." Marahnya orang yang tenang memang sangat berbahaya. Lova selalu berpikir sebelum bertindak tapi kali ini dia melupakan logikanya dan bertindak sesuai emosinya. Itulah kenapa Lova yang paling berbahaya diantara teman agennya yang lain.  Karena ketenangan Lova hanya kedok kekejamannya.  Ia bisa meledakan satu kota jika ia berada dalam emosi yang buruk. ♥♥ Aeden sedang duduk bersama dengan Oriel dan juga Ezell.  Zavier saat ini masih belum sadarkan diri jadi tentu pria itu tidak bisa hadir. "Siapa orang yang membunuh Jordan?" Pembahasan mereka adalah Jordan.  Aeden diminta berkumpul oleh Oriel karena masalah kematian Jordan yang sekarang menjadi berita paling hangat mengalahkan kematian jaksa Collins. "Selongsong peluru yang ditemukan akan menjelaskan siapa orangnya.  Kali ini lebih baik karena selongsong itu bukan yang dipakai oleh banyak orang.  Senjata yang dipakai adalah senjata khusus dan Norman,  dia pasti bisa memberitahu sedikit tentang selongsong peluru itu." Jelas Oriel. "Kemampuan orang ini setara dengan pembunuh bayaran terlatih dan orang yang dilatih khusus untuk menjadi sniper.  Mungkin Welson bisa menyebutkan beberapa nama yang dia pikirkan." Aeden juga sudah memikirkan apa yang Ezell katakan,  tapi mencari nama itu tidak lebih efektif daripada bertanya dengan Norman.  Lagipula jika yang disebutkan oleh Welson adalah nama panggilan seorang agen maka sulit juga untuk mengetahui siapa orangnya.  Keamanan badan intelijen adalah yang paling sulit ditembus.  Data-data tentang mata-mata pasti tersimpan dengan rapi. "Jadi,  berapa lama bagi Norman untuk mencari tahu tentang peluru itu?" Tanya Aeden. "Sebentar lagi kita akan mendapatkannya." Tidak lama ponsel Oriel berdering.  Aeden memperhatikan wajah Oriel yang tampak datar saat menerima panggilan itu. "Peluru itu dipesan oleh Collins." "Ah,  jadi ini pembalasan dendam atas kematian Collins." Aeden mengerti sekarang. "Orang ini cukup mengagumkan. Dia memegang prinsip nyawa dibalas nyawa.  Bahkan kurang dari sehari dia sudah membalas dendam." Ezell memuji orang yang telah berani mengusik salah satu orang mereka. "Aku akan mencari tahu siapa saja yang dekat dengan Collins. Salah satu dari mereka pasti pelakunya." Aeden suka teka-teki.  Ada kepuasan tersendiri ketika dia berhasil memecahkan sebuah teka-teki. ♥♥ Aeden pulang ke kediamannya,  ia mendapatkan Lova sedang menonton televisi.  Aeden mendekat, memberikan kecupan singkat di pipi Dealova. "Kau pulang cepat hari ini." Aeden duduk di sebelah Lova. "Seniman tak memiliki jam kerja." Aeden tertawa kecil, "Ah, benar.  Aku melupakan fakta itu." Kedua Tangannya bergerak melingkari perut Lova. "Ayo belajar memuaskanku." Lova menghela nafasnya, Aeden ini memang m***m. Tak bisa melihat Lova menganggur sedikit saja. "Dimana?" "Kolam renang." Tak ada waktu untuk menolak,  dan Dealova juga tak akan membuang tenaga untuk menolak.  Di rumah itu bosnya adalah Aeden dan dia harus mengikuti Aeden. Lova melangkah bersama Aeden ke kolam renang di ruangan tertutup berdinding kaca tebal. Tak ada orang yang bisa melihat ke arah kolam renang karena kaca yang digunakan hanya kaca satu arah. Pakaian Lova dilepaskan oleh Aeden.  Pria itu mendorong Lova masuk ke kolam lalu menyusul Lova. Melakukan pemanasan dengan berenang beberapa putaran,  merusak ketenangan air hingga beberapa menit kedepan. Erangan Lova dan Aeden menjadi satu di tempat itu.  Entah di dalam air atau di tepi kolam,  mereka menyatukan tubuh mereka disertai dengan lenguhan nikmat. ♥♥ Aeden sudah mendapatkan beberapa hal tentang jaksa Collins.  Pria itu bercerai dengan istrinya 5 tahun lalu dan ia tidak menikah lagi sampai ajal menjemputnya. Selain dari istrinya tak ada orang lain yang dekat dengan Collins.  Pria itu punya anak tapi anaknya tewas karena pria yang dijebloskan ke penjara oleh Collins.  Alasan perceraian Collins dan istrinya adalah kematian sang anak. Setiap hari sabtu Collins selalu mengunjungi sebuah taman bermain. Collins tak kesana untuk menemui siapapun, kata orang yang mengenal Collins,  pria itu datang kesana untuk mengenang putranya yang telah tiada. Pencarian tentang siapa yang dekat dengan Collins dihentikan oleh Aeden sementara karena dia harus ke rumah Zavier. Beberapa jam lalu Zavier telah sadarkan diri.  Setelah menemui Zavier dan memastikan sahabatnya itu baik-baik saja dan berakhir diabaikan oleh sahabatnya,  akhirnya Aeden pergi dari kediaman Zavier. Ia kembali meneruskan pencarian tentang siapa orang yang dekat dengan Collins. Diam-diam Aeden masuk ke kediaman Collins dan memeriksa rumah itu barangkali dia akan menemukan petunjuk. Dari hasil pemeriksaanya Aeden hanya menemukan beberapa surat.  Isinya tentang ajakan bertemu dengan pengirim orang yang berinisial FZT.  FZT??  Siapa pemilik nama ini?  Apa mungkin orang inilah yang telah membalaskan kematian Collins? Siapapun FZT Aeden pasti akan menemukannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD