8

1203 Words

Aeden membuka matanya, pertama kali yang ia lihat adalah wajah Lova dari bawah. Aeden mengerutkan keningnya, ia segera bangkit dari posisi berbaringnya. "Wanita bodoh ini." Aeden menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya Lova tak membangunkannya dan bertahan dalam posisi seperti ini selama berjam-jam. "Pahanya pasti pegal. Tubuhnya pasti sakit. Astaga, dimana dia letakan otaknya." Aeden mendekat, ia meraih tubuh Lova dan menggendong Lova. Membawa wanita itu ke ranjang dan membaringkannya pelan. Setelah Lova terbaring, Aeden memperhatikan wajah Lova. Ia mengelus wajah Lova ketika Lova bergerak terganggu. "Sepertinya aku harus berterimakasih pada Jayden. Jika dia tidak mengirimmu kesini maka aku tak akan bertemu denganmu." Saat ini Lova masih belum berarti apa-apa bagi Aeden tapi se

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD