Bab 1. Malam Panas Bersama Kakak
“Emmh ….”
Saskia mendesah pelan ketika sang kekasih mulai menyentuh bagian-bagian tubuhnya yang sensitif. Gadis itu menggeliat. Sesekali membuka mata dan tidak percaya dengan apa yang ia rasakan.
Ia hanya ingat sedang menghadiri pesta ulang tahun salah satu rekannya di sebuah kafe. Kemudian, Alex–sang pacar–menyuguhkan minuman. Setelah itu yang ia rasakan hanya panas dalam tubuh. Baru kemudian ia sadar sudah berada di dalam sebuah kamar bersama pria itu.
“Uuh … wangi sekali tubuhmu, Saskia. Aku tidak tahan lagi mencicipinya,” bisik pemuda yang kini telah hampir selesai melucuti pakaian kekasihnya.
Alex telah menunggu waktu ini selama beberapa bulan. Baginya, tubuh Saskia adalah yang paling indah. Ia memacari gadis itu dan baru malam ini mendapatkan kesempatan menyentuhnya. Tadi, pada pesta ulang tahun rekannya, ia sengaja mencampur afrodisiak pada minuman gadis itu. Tujuannya tak lain adalah agar Saskia merasakan sensasi panas dan hasrat yang tiba-tiba bergolak ketika bersama seorang pria. Dan itu telah Alex rencanakan matang-matang. Tepat ketika pria itu mulai menghidu milik Saskia untuk pertama kalinya, pintu terbuka dari luar.
Brak!
Wajah emosi Sehan tak lagi bisa disembunyikan. Pria itu masuk dan langsung menendang Alex yang sudah mengungkung sang adik sejak tadi.
“b*****t! Jangan pernah sentuh adikku,” kata pria itu dengan geram.
Alex tersungkur ke lantai. Ia mencoba bangkit, tapi Sehan tak mau membuang waktu. Pria itu tanpa ampun menghajar Alex hingga babak belur.
“Rasakan ini! Berani-beraninya kamu melakukan ini pada Saskia,” ucap Sehan masih dengan emosi yang meluap-luap.
Sampai akhirnya, panggilan sang adik menyadarkan pria itu. Sehan mendongak dan melihat wajah lusuh Saskia yang tergolek di ranjang.
“Bang, udah,” bisiknya.
“Saskia, kamu enggak apa-apa?” tanya Sehan kemudian.
Pria itu bangkit dari lantai dan melihat keadaan sang adik. Tangan Sehan mengusap pipi Saskia perlahan. Tampak Saskia belum sepenuhnya bisa menguasai diri. Saat itu, Alex mencuri kesempatan untuk kabur. Ia tak mau terlibat dengan pihak berwajib jika Sehan melaporkannya dengan tuduhan telah membuat Saskia mengkonsumsi obat perangsang.
“Bang, rasanya panas,” ucap gadis itu kemudian.
Sehan bingung harus berbuat apa. Pria itu kemudian memakaikan kembali pakaian sang adik dan bergegas membawa Saskia pergi dari penginapan itu. Dalam perjalanan, Saskia masih belum tampak baik-baik saja. Gadis itu bahkan beberapa kali mendesis pelan. Tak mungkin ia membawa gadis itu pulang dalam keadaan yang demikian menyedihkan. Jadi, Sehan diam-diam membawa Saskia masuk ke rumah melalui pintu belakang agar tidak ketahuan Papa dan Mamanya.
Sialnya, usai masik ke kamar, Saskia langsung bertindak brutal. Efek obat itu belum hilang dan gadis itu langsung mendorong tubuh Sehan ke ranjang dengan kasar.
“Saskia, apa yang kamu lakukan?” tanya Sehan yang kebingungan.
“Bang, aku enggak tahan. Tolong aku, Bang,” bisiknya seraya menahan diri.
“Jangan Saskia! Aku ini kakakmu,” ucap Sehan penuh penekanan.
“Ayolah, Bang. Cuma Bang Sehan yang bisa membantuku.”
Saskia memelas seraya membuka pakaiannya. Tubuhnya terasa panas karena Alex melebihkan dosisnya demi membuat gadis itu menjadi liar. Dan benar saja. Saskia tak bisa mengendalikan diri dan menggoda kakaknya sendiri.
Sehan menelan ludahnya dengan kasar ketika melihat tubuh sang adik yang polos sempurna. Belasan tahun tumbuh dan besar bersama Saskia membuat Sehan paham bagaimana sikap gadis itu. Lantas, jika harus menodainya, apakah itu hal benar? Namun, ia masih pria yang normal. Mana bisa tidak terpengaruh ketika melihat tubuh indah dan wangi di depannya disuguhkan.
Saskia memejamkan mata seraya mengusap dadanya perlahan. Gadis itu tampak begitu kesusahan menahan diri ketika jemarinya yang lentik bermain di tubuhnya sendiri. Aah … ini gila. Sehan bahkan jadi tegang sendiri melihatnya.
“Saskia hentikan! Aku akan cari cara menghentikan efek obat itu,” kata Sehan kemudian.
Gadis itu tak menggubris. Sehan mulai bingung harus berbuat apa. Tak mungkin ia menuruti permintaan sang adik. Aah … ia menyesal tak mencegah gadis itu pergi tadi. Harusnya ia paham, acara ulang tahun itu hanyalah kedok untuk memperdaya sang adik. Harusnya ia tahu, Saskia adalah gadis yang sangat polos. Lantas, bagaimana jika sudah begini?
“Kita mandi air dingin,” ucap Sehan seraya mencoba mengangkat tubuh sang adik.
Namun, Saskia malah menariknya dalam dekapan. Sehan dibuat gelagapan ketika gadis itu menempelkan wajahnya pada dadanya yang sekal.
“Bang, lakukan! pinta Saskia sambil memelas.
“Jangan, Saskia! Aku ini kakakmu. Mana bisa melakukan itu,” katanya seraya menahan gejolak dalam dirinya.
Sehan menelan ludahnya dengan kasar ketika tangan lembut sang adik menyentuh tubuh bagian bawahnya dengan lembut. Sementara tatapannya masih memelas kepada Sehan.
“Bang, aku tersiksa. Aku sudah tidak tahan,” ucap gadis itu lagi.
“Saskia, aku–”
Gadis itu langsung mengambil inisiatif mencium bibir sang kakak lembut. Saat itu, Sehan sudah mulai hilang akal. Adiknya memang sangat cantik. Tubuhnya pun bagus. Ia layak dicintai dan diperlakukan dengan baik. Jadi, apakah ia harus melakukannya?
Sehan langsung turun ke leher Saskia usai gadis itu melepas ciumannya. Tulang selangkanya menjadi tempat ia bermuara sebelum akhirnya turun ke d**a.
“Aakh ….”
Saskia mendesah pelan. Ia benar-benar sudah tidak terkendali saat ini. Walaupun ini yang pertama, tapi instingnya bekerja dengan sangat baik. Ia membuka akses untuk sang kakak menjamah bagian lain yang bisa membuatnya puas. Dan Sehan melakukannya. Dengan kepiawaian pria itu, Saskia mendapatkan pelepasan yang pertama tanpa penyatuan. Gadis itu bahkan sempat menegang beberapa saat sampai akhirnya lemas.
Gadis itu menatap sayu pada Sehan yang telah dibakar nafsu karena ulahnya. Kesadarannya mulai muncul ketika sang kakak kembali menunduk. Antara mau dan enggan, Saskia mencoba menahan dirinya. Entah apa yang harus ia lakukan.
Sementara itu, Sehan telah membuka penutup tubuh bagian bawahnya. Kepalanya terasa pening saat menyadari ia juga butuh pelepasan. Jadi, tanpa pikir panjang ia mulai melakukannya. Namun, di saat terakhir pikiran warasnya muncul. Ia mundur dan duduk di tepi ranjang. Seraya memejam ia mulai melakukan pelepasan.
Sementara Saskia hanya bisa terdiam. Punggung sang kakak menjadi pemandangan terakhir yang ia lihat sebelum akhirnya menyambangi dunia mimpi.
***
Saskia membuka matanya ketika sinar matahari menerobos ventilasi udara kamar itu. Kepalanya terasa nyeri. Tangannya terulur demi mengurut keningnya sendiri perlahan. Ketika semuanya sedikit mereda, gadis itu menoleh ke samping ranjangnya. Sang kakak masih terlelap di sana dengan wajah yang sangat tenang. Saskia langsung menutup mulutnya dengan telempap ketika ingatannya kembali ke malam kemarin.
“Astaga, apa yang aku lakukan?” bisiknya.
Gadis itu menunduk. Ia memeriksa tubuhnya yang masih polos di bawah selimut. Saskia menggeleng kasar. Ialah yang memaksa Sehan melakukannya semalam. Lantas, apa yang harus ia lakukan sekarang?
Saskia menangis. Saat itu, Sehan yang mendengar isakan sang adik buru-buru membuka mata. Ia langsung bangkit ketika menyadari jika dirinya masih sekamar dengan Saskia.
“Saskia,” panggilnya.
Saskia membuka tangannya yang menutup wajah. Gadis itu menatap sang kakak dengan takut-takut karena mengingat kegilaannya semalam. Ia takut Sehan akan marah atau lebih parah keduanya orang tuanya mengetahui semuanya. Entah apa yang akan dilakukan papa dan mamanya.
“Ssstts, jangan nangis, Saskia,” kata Sehan menenangkan gadis itu.
Pria itu memeluk sang adik yang saat ini begitu kacau. Aah … ini juga salahnya karena tak bisa menjaga Saskia dengan baik.
“Bang, gimana ini?” lirih gadis itu.
“Enggak akan terjadi apa-apa. Kamu tenang aja,” ucap Sehan.
Tangannya yang kekar mengusap rambut sang adik lembut. Ia sendiri tak tahu jika akan demikian kejadiannya. Namun, semua tidak bisa kembali. Semua sudah terjadi dan hidup harus terus berlanjut.
“Kia takut, Bang.”
“Jangan takut! Ada Abang di sini,” ucap Sehan.
Tepat saat itu, ketukan di pintu kamar Saskia terdengar. Keduanya terkejut. Mereka saling tatap karena bisa saja itu adalah papa atau mama mereka. Keduanya tidak bisa membayangkan jika orang tua mereka tahu apa yang terjadi semalam. Tepat saat itu, kenop pintu ditekan dan pintu terbuka dari luar.
“Apa yang kalian lakukan?”