Eiji POV °♢°)/"
Aku bersenandung riang, menyiapkan sarapan untuk Reiko. Pacarku tercinta, dia masih tertidur pulas dengan wajah yang manis. Sama sekali tak terlihat seperti sudah berumur tiga puluh tahun.
Selesai memasak, aku menghampirinya di tempat tidurku yang sempit. Membelai pipinya, terkagum-kagum entah ke berapa ratus kalinya pada keindahannya.
"Bangun sayang.." Bisik ku lembut, mengecup keningnya dan sekali lagi aku jatuh cinta saat matanya terbuka.
Dia begitu menawan, begitu berkelas, dan begitu rapuh di saat yang sama. Reiko yang malang, harus menuruti perintah orang tuanya dan menikah dengan seorang b******n tua kaya raya nan kejam.
Kalau saja aku bisa menyelamatkannya dari penjara itu, kalau saja dia mau meninggalkan suaminya, aku akan melakukan apapun untuknya, termasuk menerima anaknya dari laki-laki itu.
Lihatlah bertapa mulus kulitnya, putih bersih, tubuh yang harum bahkan saat baru bangun. Kurasa aku bukan lagi jatuh cinta, lebih dari itu. Aku memuja segalanya darinya..
"Selamat pagi Eiji.." Kecupan ringan di pipi yang selalu ia berikan dengan suaranya yang bening itu bagai candu bagiku.
Dialah duniaku.
"Pagi, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Ayo makan bersama sebelum kau pulang." Ku genggam tangannya, mengecup sebagai ungkapan sayangku.
Reiko tersenyum lembut, begitu menghangatkan hati. "Tentu." Jawaban singkat pun terdengar begitu merdu.
Oh, indahnya cinta~
Tapi kehidupan terkadang bisa begitu kejam, semenit lalu aku masih sama berbunga-bunga menatap cantiknya Reiko dan semenit berikutnya mataku harus iritasi melihat betapa mengerikannya Kusaka, suami sah Reiko.
Pak Tua mengerikan jelek dengan ratusan tato di tubuhnya, orang yang baru saja menendang pintu apartemenku yang sempit ini menjadi hancur sambil membawa-bawa sebuah katana. "k*****t busuk! Beraninya kau menyentuh istri ke delapan ku!"
"Kau yang k*****t! Sudah bau tanah masih saja menikah terus! Reiko mencintaiku, dia terpaksa menikah denganmu. Harusnya kau tahu diri!" Aku melakukan hal yang sama, mengambil satu-satunya katana lusuh milikku, sedikit berkarat sana-sini tapi masih bisa berguna.
Ilmu pedang itu tergantung teknik dan jiwa penggunanya, bukan bentuknya.
"Benarkah itu Reiko? Jika kau memilih anak kecil ini, maka tinggal dengannya. Akari dan semua harta yang kuberikan padamu akan kuambil kembali, aku tidak sudi bersaing dengan rakyat jelata sepertinya." Tapi ternyata Pak Tua itu cukup baik hati?
"Kau dengar itu sayang, kita bisa hidup bersama mulai sekarang! Kusaka mau menceraikan mu!" Aku pun begitu bersemangat memeluk Reiko, begitu bahagia membayangkan kehidupan baru kami.
Tapi Reiko sepertinya tak berpikiran sama, ia langsung mendorongku menjauh, memberikan tatapan jijik yang tak pernah kulihat sebelumnya. "Tak tahu diri! Singkirkan tangan kotormu dari ku!" Kemudian ia berlari ke belakang Kusaka. "Sayang, aku tidak tahu apa yang terjadi.. Tiba-tiba saja aku sudah terbangun di sini. Laki-laki itu.. Dia.." Berakting seperti korban?
Itu bukan Reiko yang ku cintai, bukan perempuan lembut yang berkata cinta padaku. Dia sama busuknya dengan Kusaka, ekspresi wajah ketakutan itu karena dia tak mau kehilangan kehidupan mewahnya.
Aku syok, setelah semua perasaanku kucurahkan.. Pada akhirnya aku dikhianati dengan mudah?
Terlebih seperti hidup yang selalu kejam dan tak pernah berpihak padaku, Kusaka sangat mudah tertipu oleh air mata busuk itu. Pak Tua itu sama tololnya denganku.
"Habisi b******n ini!" Ia langsung merengkuh Reiko, menuntun perempuan berbisa itu ke mobilnya setelah memerintahkan anak buahnya menghabisiku.
Sekarang aku paham, bukan Kusaka yang kejam. Meski dia mata keranjang, tapi dia sangat memanjakan istri-istrinya. Reiko yang sebenarnya kejam, dia menipu kami, menggunakan segala tipuannya demi keuntungan pribadi.
Aku patah hati.. Ingin sekali mati, meratapi lantai dengan isak tangis penuh kekecewaan mendengarkan suara mobil Kusaka yang melaju pergi.
"Mati kau!" Pekik salah seorang dari mereka, mengayunkan katananya ke leherku.
Refleks aku mengelak, menendangnya dan melarikan diri seperti rusa yang tengah dikejar harimau. "Setelah aku pikir-pikir lagi, aku tak mau mati! Ampuni nyawaku Aniki!!" Tak lupa memohon pengampunan.
"Kau kira bisa lolos setelah menculik dan menipu Nyonya Reiko!" Balas mereka serempak, seperti suara kor yang sangat jelek.
"Berhenti kau atau kubunuh!!" Mengancam lagi, siapa juga yang mau berhenti untuk dibunuh?
"Aku tidak mau! Aku yang ditipu nyonya kalian tahu! Bodoh! Wee!" Aku balas donk, memeletkan lidah masih sambil berlari.
Sesekali berhenti sebentar saat tanganku tertangkap, memukul beberapa dari mereka hingga jatuh dan kembali berlari.
"Anak sialan! Awas kau kalau tertangkap!"
"Kalau aku tertangkap, pasti kalian bunuhkan?"
"Tentu saja, Bocah Sial!"
"Nah kan! Aku tak mau berhenti kalau gitu. Sayang sekali kalau laki-laki setampanku mati muda!"
Mati aku! Mati aku! Walau berteriak banyak gaya, tapi napas ku sudah terputus-putus, kakiku juga mulai terasa sakit dan mereka makin banyak.
Haruskah aku mati tanpa menemukan cinta sejatiku?
"Kena!" Tidakkk! Aku tertangkap.
Dikeroyok mereka, meski melawan aku benar-benar kewalahan. Saat aku memukul seorang di sisi kanan, dua orang di sisi kiri memukul ku. Saat aku mengelak dari pukul arah belakang, aku malah mendapatkan pukulan dari arah depan.
Perutku ditendang, wajahku yang tampan sampai memar-memar dan mereka tertawa makin keras menginjak kepalaku menggunakan kakinya. Berdebat untuk menentukan siapa yang akan memenggal kepalaku.
"TOLONG AKU! AKU TIDAK MAU MATI!" Aku berteriak masih sambil berusaha meloloskan diri, yang kemudian malah membuat mereka makin murka dan melintir tanganku.
Sakit sekali, aku tidak bisa lagi merasakan sendiku..
Di saat itulah, seperti seorang malaikat.. Seorang gadis kecil bermata biru yang tajam berdiri di depanku, ia berjalan dengan anggun melewati orang-orang bar-bar itu tanpa rasa takut.
Oh tidak.. Aku jatuh cinta!
"Kalian sungguh tidak punya sopan santun, apa kalian tidak merasa bersalah telah membuat keributan di depan kantorku? Menyingkir sekarang juga! Helikopterku akan mendarat lima menit lagi di tempat yang kalian pijak." Ah, tapi aku bukan p*****l.
Dia masih kecil, meski sangat memesona. Meski aku tak mendengarkan lebih jelas kata-katanya.
"Kalian dengar kata Nona Kecil itu? BUAHAHAHA!! KANTORKU? HELIKOPTERKU? BUALAN YANG MENYEDIHKAN." Hei! Tapi aku dengar bagaimana malaikatku dihina.
Karena itulah dengan kekuatan cinta, aku segera meloloskan diri, memukul Si Botak yang menertawakan malaikatku.
Kemudian berdiri di depannya demi melindunginya. "Pergilah Nona Kecil, aku akan menahan mereka untukmu!" Sekarang aku sudah terlihat keren kan?
Dia tidak pergi, malah memegang tanganku yang cedera dengan lembut. "Kau punya keberanian, kehormatan dan kejantanan yang bagus. Walaupun kemampuanmu tak cukup baik, tapi aku mengakuimu. Aku berubah pikiran, hanya mereka yang perlu pergi dari sini, kau boleh tinggal." Tapi kok, kata-katanya seakan-akan tadi dia berniat mengusirku juga?
Kenapa kehidupan sangat tak adil buatku? Hiks, aku ingin mati sekarang! Bunuh aku!
"Banyak bacot kau perempuan! Mati!" Teriakan Si Botak, mengayunkan katananya ke arah malaikatku.
Refleks aku berdiri di depannya untuk menjadi tameng, tapi dia malah dengan kejamnya menendang pinggangku hingga jatuh mencium tanah. Aku akan encok nanti..
"Kau menghalangiku." Ucapnya angkuh, menarik sebuah pedang dari sarungnya.
Benda yang baru ku sadari ia bawa-bawa dari tadi, terbuat dari perak dengan ukiran yang indah. Tapi langsung berubah jadi merah akibat darah Si Botak.
Aku sampai berkedip berkali-kali saking cepatnya gerakannya yang indah nan kejam itu. Seperti tarian mematikan yang menikam satu demi satu jantung di depan matanya, masih dengan ekspresi wajah yang tenang nan cantik.
Begitu menawan~ Aku tak sabar menunggunya hingga dewasa dan mekar sepenuhnya.
Tujuh buah mayat yakuza itu tak penting dibandingkan dengan gerakan sempurna untaian rambut hitam itu saat jatuh tiap kali ia bergerak.
Dan di antara segala pemandangan indah itu, terdengar teriakan cemas seorang anak kecil lainnya. "Emery baik-baik saja? Aku perintahkan mereka menembak boleh ya?" Dari helikopter di atas kami, bersama dengan dua orang asing berpakaian seperti mafia. Mereka masing-masing membawa senapan mesin siap tembak.
Aku tercengang, mulutku mengangga lebar saking tak percayanya. Ternyata dia bukan malaikat, tapi iblis.. Jangan bilang Nona Kecil ini.. "Kau anak mafia ya?"
Dia membalas teriakan anak itu, "Tidak perlu Aaron! Aku mau sedikit bermain dengan mereka, telepon Uncle Romi buat laporan dan minta kirimkan pembersih sampah saja!" kemudian menikam satu jantung lagi sambil menjawabku. "Bukan, kami keluarga pembisnis. Lihat baik-baik nama kantorku, ini kantor konstruksi yang legal."
Syukurlah, anak pembisnis. Bukan anak mafia, aku sungguh bodoh berpikiran seperti itu. "Kalau begitu aku minta maaf sudah salah paham. Ehehe.." Cengengesan menyembunyikan rasa maluku.
"Tidak masalah, namaku Emery. Ku harap kau tak keberatan menunggu beberapa menit, aku ingin mengundangmu sarapan bersama dengan kami." Aku pun duduk bersila melihat bagaimana ia menari dengan efek ciprakan darah sambil memperkenalkan dirinya.
"Silakan! Silakan gunakan semua waktumu Eme-chan, aku akan menunggumu dengan senang hati. Oh ya, namaku Eiji Hotaka. Salam kenal, mohon bantuannya mulai sekarang." Aku juga harus memperkenalkan diri dengan sopan donk, anak kecil juga tetap seorang perempuan yang harus dihormati.
"Oh, kenapa kau memanggilku seperti itu? Dan mohon bantuannya juga." Eme-chan yang sopan, ia bahkan menyempatkan lima detik untuk membungkuk membalas salamku sebelum ia menikam jantung ke dua belas.
"Karena itu terdengar manis, cocok untukmu. Eme-chan keberatan?" Sepertinya dia suka menikam jantung, jadi aku berinisiatif membantunya menusuk seorang yang bergerak diam-diam di punggungnya pakai katana Si Botak yang kupungut!
"Tidak, hanya saja selama ini hanya Kak Rin yang memanggilku seperti itu. Kebetulan yang mengejutkan, mungkin ini takdir kenapa kita bisa bertemu." Senyuman bengis yang menawan saat jantung terlahir ditikam dan kata-kata cinta yang romantis.
Umur tidak penting, cinta selalu benar. Hanya orang tak punya hati yang membuat istilah p*****l itu. "Kupikir ini juga takdir! Aku akan mengikutimu seumur hidupku!" Dengan cintaku dan kehidupan pernikahan yang harmonis.
"Benarkah? Kalau seperti itu syukurlah, ku anggap kau telah setuju. Pergilah ke sekolah kami, belajarlah menjadi lebih baik dan kembali padaku saat kau telah menjadi seorang prajurit yang membanggakan." Eh? Prajurit?
"Bukannya Eme-chan sedang melamarku ya tadi?" Tanyaku polos, jangan bilang aku salah paham lagi.
"Tidak, aku sedang merekrutmu masuk ke sekolah ayahku. Aaron, bawa kemari map itu!" Ugh. Ternyata memang salah paham..
Aku patah hati, lebih baik aku mati saja!
"I..ini silakan diambil.. Tolong maafkan kakakku, kadang Emery suka mengatakan kalimat yang membuat orang salah paham." Tapi tidak jadi, adiknya sangat imut!
"Jadilah istriku, ku mohon Aaron!" Pekikku, dengan gagah berani melamar.
Aaron yang imut langsung tersipu malu menggelengkan kepalanya dan di saat yang sama kepalaku ditendang oleh Eme-chan. "Kau t***l ya.. Adikku laki-laki, masih kecil dan kau harus bisa mengalahkanku kalau ingin melamarnya. Datanglah sepuluh tahun lagi setelah kau sudah menjadi seorang laki-laki yang kuat." Dan sekali lagi aku patah hati.
Benar juga, kalau dilihat baik-baik dia laki-laki, namanya juga sangat jantan. Kenapa aku sangat bodoh tadi? "Bunuh aku Eme-chan, bagaimana aku bisa hidup tanpa cinta?"
"Hah?" Ahk!? Aku takut! Tatapan mata Eme-chan seperti iblis. "Kematian terlalu bagus untukmu. Ikut aku, pergilah berlatih agar lebih kuat, kau punya bakat dan aku percaya itu. Lagi pula ada banyak cinta baru di sekolah, kau tak perlu membayar sepeser pun dan aku bisa menjanjikan perlindungan terhadap kelompok yakuza itu jika kau tinggal di asrama sekolah kami." Dia juga menipu ku, langsung melemparku ke dalam helikopter yang telah mendarat dan melupakan undangan sarapan bersamanya.
Memerintahkan pilot untuk terbang tanpanya dan Aaron, mereka hanya melambaikan tangan mengantarkan kepergianku. "Nanti kukirimkan paket berisikan pakaian dan keperluan sehari-hari untukmu! Ambil sama Uncle Romi di kapal saat registrasi ya!! Selamat berjuang Eiji!!" Sebenarnya apa yang terjadi?
Kenapa aku merasa seperti lepas dari rumah hantu dan malah masuk ke neraka?
Aku ini sudah dua puluh dua tahun dan sudah menyelesaikan semua pendidikanku, kenapa harus mengulang lagi?