Mulai Tergoda

1462 Words
    “Mohon bantuannya,” ucap Carlise dengan bahasa Rusia yang fasih dan memberikan gestur manis selayaknya nona muda yang memberikan salam.     Semua orang yang mendengar hal itu memberikan tepuk tangan dan mengatakan beberapa kata sambutan pada Carlise. Saat ini, Carlise sudah resmi terdaftar menjadi salah satu peserta didik di akademi ballerina terbaik di Rusia. Jangan tanyakan seberapa bahagia Carlise saat ini, karena Carlise merasa benar-benar bahagia saat ini, hingga dirinya sama sekali tidak bisa menahan diri untuk terus tersenyum sepanjang berkenalan dan mengakrabkan diri dengan rekan-rekannya yang lain. Carlise sudah berjanji pada kedua orang tuanya untuk menjadi gadis baik yang belajar dengan giat, karena itulah Carlise benar-benar tidak sabar untuk memulai latihannya.     Pelatih pun memulai sesi latihan dengan pemanasan yang tentu saja harus dilakukan dengan sebaik mungkin, untuk menceg cidera yang pastinya harus sangat dihindari bagi penari balet seperti mereka. Pelatih memperhatikan setiap anak didik untuk melakukan pemanasan dengan sebaik mungkin. Setelah pemanasan selesai, lalu latihan pun dimulai. Meskipun baru memulai latihan dengan pelatih saat ini, tetapi Carlise beradaptasi dengan baik dan mengikuti pelatihan sebagaimana yang seharusnya. Carlise bahkan bisa menyeimbangi para seniornya yang tentu saja sudah sangat berpengalaman, dan hal itu membuat dirinya mendapatkan begitu banyak pujian dari pelatihnya.     Carlise benar-benar senang dengan pengalamannya hari ini hingga dirinya tidak bisa mengendalikan senyumannya yang terus saja terpasang dengan apik. Senyuman yang sanggup membuat siapa pun yang melihatnya berpimpi indah nanti malam. Nama Carlise dan kabar jika dirinya memiki wajah cantik, sudah menyebar dan membuat Carlise mulai dikenal sebagai ballerina cantik yang sangat berbakat. Kabar baik bagi Carlise, tetapi terkadang tidak semua kabar baik memang murni kabar baik. Hanya saja, untuk saat ini kabar baik tersebut masih murni menjadi kabar baik Carlise.     Saat ini Carlise selesai dengan pelatihannya dan berniat untuk pulang. Tentu saja, Daniel datang untuk menemput Carlise secara pribadi. Daniel yang melihat senyum Carlise tentunya bisa menilai jika Carlise benar-benar bahagia dengan apa yang sudah ia lalui hari ini. Padahal, Daniel sendiri tahu, jika Carlise sendiri pasti sangat lelah karena sudah berlatih selama seharian. Saat ini saja, Daniel melihat kening Carlise yang dihiasi oleh keringat. Daniel mengulurkan tanganya dan menyeka keringat Carlise menggunakan tangannya secara langsung.     “Apa menyenangkan?” tanya Daniel sembari memulai untuk mengemudikan mobilnya.     “Sangat! Lise mendapatkan banyak teman dan pujian dari pelatih karena berhasil mengikuti pelatihan dengan baik, Uncle,” jawab Carlise membuat Daniel tersenyum tipis.     “Sekarang kita pulang? Atau mau makan di luar saja?” tanya Daniel lagi.     Carlise menggeleng. Dirinya ini tergolong dalam orang rumahan yang lebih nyaman menghabiskan waktunya di dalam rumah. Karena itulah, Carlise memilih untuk menghabiskan waktunya di rumah, dan termasuk makan malam di rumah, walaupun rumah yang ia maksud ini bukanlah rumah miliknya sendiri. “Lise ingin pulang ke rumah, dan ingin makan malam di rumah juga,” ucap Carlise.     “Apa ada menu yang ingin kau santap untuk makan malam?” tanya Daniel.     “Memangnya jika Lise mengatakan apa yang ingin Lise ingin makan, Uncle akan menyiapkannya sendiri?” tanya Carlise seakan-akan tengah menantang Daniel untuk menyiapkan makan malam untuknya.     “Apa sekarang kau tengah menantangku?” tanya balik Daniel menyadari jika dirinya saat ini Carlise tengah menantang dirinya. Daniel menyeringai, merasa jika Carlise seperti tidak mengenal dirinya. Padahal, Carlise seharusnya tahu, jika dirinya akan semakin tertantang jika ada orang yang menantangnya seperti saat ini.     Carlise terkekeh merdu dan membuat Daniel mencengkram kemudi yang berada di tangannya, guna menahan sebuah sensasi yang merayapi dirinya. Carlise benar-benar sanggup membuat Daniel merasakan semua perasaan yang berkecamuk di dalam jiwanya. Namun, saat ini bukanlah waktu yang tepat bagi Daniel untuk menunjukkan semua perasaannya ini. Karena itulah, Daniel memilih untuk menekannya dengan kuat.     “Lise memang menantang Uncle. Hari ini Lise ingin makan nasi goreng buatan Uncle. Lise sudah lama tidak makan masakan Uncle,” ucap Lise sembari membayangkan nasi goreng lezat buatan Daniel yang sesuai dengan seleranya. Ah, hanya membayangkannya saja, Lise menelan ludahnya.     “Baiklah, maka menu makan malam hari ini adalah nasi goreng spesial, salad sayur, dan daging panggang yang akan cocok disantap dengan nasi goreng kesukaanmu,” putus Daniel membuat Carlise memekik senang. Daniel memang sangat mengerti dengan keinginan Carlise.       ***           Carlise terlihat begitu senang dengan menu makan malam yag tersaji di hadapannya. Ia bertepuk tangannya dan berkata, “Selamat makan.”     Carlise menyuap satu sendok penuh nasi goreng dengan lelehan keju, dan memakannya dengan lahap. Biasanya, Carlise sangat memperhatikan setiap kalori yang ia konsumsi, demi mempertahankan berat badannya agar tetap stabil. Hal itu terjadi, karena Carlise memang harus terlihat berpenampilan seperti standar yang seharusnya sebagai seorang ballerina. Sejak kecil pun, Carlise memang sudah terbiasa untuk makan dengan memperhatikan semua menu yang akan ia santap. Namun, kali ini berbeda. Carlise ingin makan makanan yang ia inginkan, dengan tidak mempedulikan semua kalori yang memang harus sangat diperhatikan.     “Apa sangat enak?” tanya Daniel sembari meletakkan sepotong daging panggang yang teihat begitu lezat ke atas piring Carlise.     Carlise menelan makanan yang berada di mulutnya sebelum mengangguk dan menjawab, “Benar-benar enak. Ini membuat Lise tidak bisa berhenti untuk makan ini semua.”     “Makanlah sepuasnya. Toh aku memasak semua ini khusus untukmu,” ucap Daniel membuat Carlise tersenyum senang. Namun, saat melihat Jonas yang berdiri di sudut ruangan, Carlise pun menatap pria itu dan tersenyum.     “Kak Jonos tidak makan bersama?” tanya Carlise pada Jonos.     Hal itu membuat Junos tersedak. Bagaimana dirinya tidak tersedak, jika mendengar panggilan Carlise padanya? Padahal, usianya dan sang tuan sama. Mereka lahir di tahun yang sama dan hanya berbeda bulan saja. Namun, kenapa Carlise malah memanggil Junos dengan panggilan kakak, sementara untuk memanggil Daniel ia menggunakan panggilan uncle? Ah, sudah dipastikan jika hari ini Junos pasti akan mendapatkan tugas tambahan dan terlambat pulang. Junos menahan diri untuk meringis, apalagi saat mendengar perkataan Daniel.     “Jonos sudah makan, dan sekarang saja ia akan pergi ke luar kota untuk mengurus sebuah pabrik tekstil yang kemarin mengalami kerusakan parah karena hujan lebat yang membuat beberapa pohon tumbang,” ucap Daniel.     Junos menahan diri untuk menangis saat ini juga. Apa yang dikatakan oleh Daniel barusan berarti, Junos harus pergi ke luar kota dan memantau pabrik tekstil mereka yang memang tengah dalam proses perbaikan karena hujan angin yang menumbangkan pohon-pohon dan menimpa bangunan pabrik. Ini artinya, selain harus lembur, Junos juga harus rela bolak-balik menuju kota untuk mendampingi sang Tuan saat siang hari, dan malamnya ia harus kembali mengurus perbaikan pabrik.     Junos memaksakan senyum dan berkata, “Iya, Nona. Saya harus segera pergi. Selamat menikmati makan malam Anda. Saya permisi, dan selamat malam.”     Carlise melambaikan tangannya pada Junos mengantarkan kepergian pria itu yang kini merasakan hawa dingin yang merambat pada punggungnya. Junos merasakan jika sang tuan benar-benar mengusirnya menggunakan pandangan sedingin es yang hampir saja membuatnya menggigil. Apa pun yang berkaitan dengan Carlise, memang terasa terlalu berharga bagi Daniel, hingga Daniel sama sekali tidak rela jika Carlise meletakkan pandangan atau perhatiannya pada orang lain.     “Uncle, Lise ingin daging panggang lagi,” ucap Carlise membuyarkan lamunan Daniel.     Daniel mengambil piring berisi daging panggang yang berada cukup jauh dari Carlise, hingga membuat Carlise kesulitan untuk meraihnya. Daniel meletakkan di depan Carlise dan membiarkan Carlise untuk makan sepuasnya. Awalnya Carlise makan tanpa memperhatikan sekitar, tetapi saat dirinya sadar jika Daniel tidak makan dan hanya memperhatikannya, saat itulah Carlise menghentikan kegiatannya. “Uncle tidak makan?” tanya Carlise tampak tidak menyadari jika saat ini Daniel tengah mengamati bibir Carlise yang merah mereka alami dan tampak mengundang untuk dikulum lembut.     Daniel berdeham untuk membuyarkan apa yang saat ini tengah mengisi benaknya. Daniel pun menjawab, “Melihatmu makan dengan lahap saja sudah membuatku kenyang.”     Carlise tertawa renyah. “Uncle berbohong. Sebaiknya Uncle makan sebelum daging panggang lezat ini Lise habiskan. Uncle cobalah, ini sangat lezat,” ucap Carlise sembari mengangkat garpunya yang menusuk sepotong daging lezat pada Daniel yang masih menatapnya.     “Uncle tidak mau mencicipinya?” tanya Carlise sembari menggoyangkan garpu di tangannya, berniat untuk menggoda Daniel. Namun, Daniel sama sekali tidak bereaksi dan membuat Carlise mengerucutkan bibirnya lalu menarik tangannya untuk memasukkan daging tersebut pada mulutnya sendiri.     Carlise tampak begitu bahagia hanya karena menyantap daging panggang yang sangat lezat baginya tersebut. Membuat Carlise bahagia rupanya sangat mudah dan sederhana. “Apa kau sesenang itu?” tanya Daniel tiba-tiba.     Carlise menatap Daniel dan mengangguk. “Bukannya memakan makanan lezat adalah hal yang sangat membahagiakan?” tanya Carlise balik.     Daniel menggeleng. “Standar kebahagiaan kita berbeda, Lise,” ucap Daniel.     “Lalu apa yang bisa membuat Uncle bahagia?” tanya Carlise merasa begitu penasaran.     “Kenapa? Apa kau mengabulkannya?” Daniel tampak tengah bermain-main dengan Carlise, dan Carlise tampaknya tidak menyadari permainan tersebut.     “Tentu saja, jika itu masih bisa Lise lakukan,” ucap Carlise.     Daniel menyeringai lalu mencuri sebuah kecupan pada bibir Carlise dan hal tersebut sungguh membuat Carlise terkejut. “Jangan protes, kau sendiri yang mengatakan akan memberikan apa pun jika kau bisa memberikannya. Karena ciuman adalah hal yang mudah untuk kau beri, maka aku memintanya,” ucap Daniel lalu mengubah posisi duduk Carlise untuk duduk di atas pangkuannya.     “Uncl—”     Belum sempat Carlise mengatakan apa pun, Daniel sudah lebih dulu kembali menyerang bibir Carlise dan memperdalam ciuman mereka. Carlise terkejut dan merasa pening dengan hal baru yang ia rasakan ini. Namun, Carlise tidak bisa menampik sensasi menggelitik yang membuatnya terbuai, hingga tidak terpikir untuk mendorong mundur Daniel guna menjauh darinya. Carlise mulai tergoda untuk bermain dengan api yang siap untuk membakarnya dalam sebuah petualangan yang menyenangkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD