PART 123 - KELUAR

1034 Words
selesai revisi Dion mencoba melepaskan diri, namun badannya terikat erat. "Sial," rutuk Dion. Gerakannya terbatasi tali tambang yang melilit tubuhnya, tangannya yang terikat di belakang kursi membuat Dion tidak bisa melakukan apa-apa. Ia harus berpikir bagaimana caranya keluar dari tempat ini. Dion mencoba melepaskan diri, dengan menggerakkan badannya, namun ikatan itu begitu kuat hingga membuat dadanya terasa sesak. "Chika, Chika!" panggil Dion namun gadis itu tak bergeming. "Chika bangun!" ****** Sena menyusuri jalan menunduk menatap kakinya yang terus melangkah. Sena lelah. Lelah berjalan, dan juga lelah menangis. Sekarang Sena tidak tahu lagi harus pergi kemana. Ia ingin pulang ke apartemen tapi tidak tahu daerah ini, dan juga ia tidak pegang uang. Sena mengusap-usap perutnya yang daritadi berbunyi. Ia lapar. Sungguh. Sudah 3 jam Sena berjalan tak tentu arah. Tapi ia tidak tahu mau kemana. Di sepanjang perjalanan, Sena menahan keringat dingin yang menjalar ke luar pori-porinya. Panas yang terik, dan juga perut yang kosong membuat Sena tidak kuat untuk berjalan lagi, tapi ia harus tetap berjalan mencari Dion. "Dion …" "Kenapa Dion ninggalin Sena sendirian?" "Apa Sena bikin Dion repot terus, karena kemana-mana selalu ikut Dion," ucap gadis itu lirih. "Sena harus cari Dion kemana lagi." "Sena mau pulang bareng Dion." Sena terus berjalan di jalan perkomplekan. Sampai akhirnya sebuah mobil jeep berhenti tepat di depan Sena, membuat gadis itu mengerem langkah. Sena mengernyit, menatap mobil jeep yang menghalangi jalannya, "Siapa?" ucap Sena sedikit penasaran. Tiba-tiba saja dua orang pria berpakaian hitam-hitam keluar dari jeep. Wajahnya tertutup masker hitam, dan juga kacamata hitam. Mereka mendekat ke arah Sena. "Siapa?" tanya Sena lagi, namun kedua pria itu tidak menjawab, dan lanjut melangkah mendekati Sena. "Kenapa kalian ga jawab?" Sena mulai was-was, ia punya firasat buruk. Gadis itu pelan-pelan melangkah mundur. "Kalian siapa?! Jangan mendekat!" "Sena ga kenal kalian." Namun lagi-lagi tak ada jawaban. Sena menoleh ke kanan-kiri, saat itu sepi. Tak ada siapapun selain dirinya, dan dua orang tak dikenal. "Sena bilang jangan mendekat!" Sena tetap melangkah mundur, tapi dua orang itu tetap mendekatinya. Sena yang sudah ketakutan, mengambil ancang-ancang untuk lari. Namun baru selangkah berlari, kedua tangannya dicekal kedua pria itu. "Lepasin. Lepasin Sena!" "Sena ga mau ikut kalian! Sena mau pulang!" "Sena mau ketemu Dion!" Sena memberontak, namun cekalan mereka di lengannya begitu kuat. Sena terus memberontak, sampai akhirnya tubuhnya diseret-seret masuk ke dalam mobil jeep. Brak..! Mereka melempar Sena, tanpa rasa kasihan. Lalu membanting keras pintu mobil. ***** "Chika! Aku bangun. Kita harus keluar dari sini." Dion terus menerus memanggil Chika yang tidak sadar. Rasanya Dion ingin berteriak memanggil gadis itu, tapi jika berteriak akan membangunkan macan tidur. "Si*l, gimana caranya gue keluar dari sini …" Dion terus menggerakan badannya berharap tali durjana ini segera terlepas. Terlebih lagi, Dion memikirkan dua wanita sekarang. Chika, dan juga Sena. Gadis itu pasti mencarinya. "Maaf Sena, aku bikin kamu nangis," ucap Dion punya perasaan kuat tentang gadisnya. Dion pernah bilang, bahwa ia akan merasa bersalah jika membuat Sena menangis. Dan kini ia membuat Sena menangis. "Chika!" "Chika bangun …" Tak lama setelah Dion memanggilnya, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Mata gadis itu terbuka perlahan-lahan. Senyuman lebar tergambar di garis wajah Dion, ada secercah harapan untuk keluar dari tempat ini. "Aku dimana?" Chika menatap sekeliling ruangan yang pengap dan juga berdebu. Ruangan 2x2 meter bekas gudang tua. "Chika." Chika menoleh, matanya membulat terkejut, "Kak Dion? Kok kak Dion bisa gini?" tanya Chika menatap Dion yang telah terlilit tambang di atas kursi. "Penjelasannya nanti aja. Yang penting sekarang kita keluar dari tempat ini." "Tapi gimana caranya?" Dion menarik nafas panjang, "Begini …" ****** "Lepasin Sena. Sena mau pulang." Sena terus memberontak sepanjang perjalanan. Membuat kedua pria itu jengkel. "Bisa diem ga?!" bentak pria yang sedang menyetir mobil. "Sena mau pulang. Sena mau pulang. Sena mau ketemu Dion." "Sena ga mau ikut kalian," Sena berusaha melepaskan cekalan di tangannya, namun cekalan pria itu begitu kuat sampai tangan Sena sakit dan memerah. "Lepasin Sena." ***** Dion menjalankan aksinya sebelum ketahuan para penculik itu. "Kak apa kakak yakin kita bisa keluar?" ucap Chika meragukan. Dion mengangguk, "Yakin." Sorotan mata Dion, menandakan keyakinan besar. Brak…! Tanpa ba-bi-bu Dion menjatuhkan dirinya ke lantai. Bunyi dentuman kursi dan lantai terdengar nyaring. Dion terjatuh dalam posisi miring ke kanan. "Kak, nanti kalau orang itu dateng gimana?" ucap Chika panik. "Kakak bisa bahaya!" "Percaya sama aku Chika. Semuanya akan baik-baik aja." Dion mencoba menggerakan badannya, meskipun badan dan pahanya terikat. Dion terus bergerak, hingga badannya bergeser ke samping sedikit demi sedikit. "Kak … aku takut ketahuan." "Percaya sama aku Chika, kamu mau selamat atau engga." Dion terus menggerakan badannya sekuat tenaga menuju kursi Chika sejauh satu meter. Dion menggerakan badannya seperti ulat. Selangkah. Dua langkah. Tiga langkah. Dion terus menggerakan badannya, sampai akhirnya berhenti tepat di belakang kursi Chika. "Kak … aku takut …" "Selama ada aku, kamu ga akan kenapa-kenapa. Aku janji." "Kalau ga berhasil gimana?" "Kita pasti keluar." Dion menatap tangan Chika yang terikat di belakang kursi. Dion mencoba membangunkan badannya ke posisi duduk. Tapi rasanya susah sekali. "Nggh nggh," Dion mengerang, mencoba bangun. Namun tidak bisa. Jika bangun tidak bisa, maka Dion harus berpikir cara lain. Fokus Dion cuma satu. Melepaskan ikatan Chika. Dion menaikan kepalanya mendekati ikatan Chika. Lalu membuka ikatan itu dengan gigi. Meskipun sulit, tapi inilah cara satu-satunya. "Kak, cepetan. Nanti penjahatnya kesini." Dion tak menjawab, ia tetap fokus melepaskan ikatan Chika. Meskipun dalam keadaan panik. Sementara di tempat lain, gadis yang dicintainya di lempar ke suatu tempat. Sena yang terus memberontak di dorong kuat masuk ke sebuah ruangan dengan cahaya remang-remang. Sena menatap sekelilingnya takut. Tubuhnya gemetaran, dan matanya membengkak entah berapa lama ia terus menangis. "Tolong jangan apa-apakan Sena …" Bam…! Pintu dibanting kuat. Salah satu pria si A, memberikan kode sebuah anggukan kepala. Dan si B pun juga mengangguk mengerti. Mereka pun mendekati Sena yang tak berdaya, dan menarik tangan Sena kuat-kuat menyuruh berdiri. "Ga Sena ga mau …" Kedua pria itu terus saja diam, tak bersuara. Seperti patung. "Sena ga mau hiks hiks …" ***** "Hah," Dion bernafas lega, akhirnya ikatan itu terbuka setelah 10 menit ia berusaha. Chika membuang tali tambang itu ke lantai, dan buru-buru melepaskan ikatan di pahanya sebelum penjahat itu kesini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD