PART 38 - MASUK SEKOLAH

1049 Words
"A b c d e f g h i j ..." Dion yang sedang tertidur terbangun mendengar suara keras di sebelah kamar tidurnya. "K l m n o p q r ..." "Sena?" Dion melirik jam weker di atas nakas, pukul 4 sore. Dion memperhatikan sekelilingnya, Sena tidak ada. Dion beranjak dari ranjangnya, membuka pintu kamar. Lalu keluar menuju kamar sebelahnya, kamar Sena. Ia melirik Sena dari pintu yang sedikit terbuka. Terlihat Sena dengan fokus menghafal huruf abjad. "S t u v w x y z." Dion menyunggingkan senyumannya. Sena orang yang tidak pernah menyerah dengan keterbatasan memori yang ia miliki. Dion melihat Sena membaca huruf abjad di poster yang ia tempel di dinding. Dion memang sengaja membeli beberapa poster untuk Sena belajar. Mungkin terlihat seperti kamar anak TK. Tapi itu cara satu-satunya untuk membuat otak Sena berkembang. Poster abjad, angka, gambar hewan dan buah dalam bahasa Inggris. "Ah, coba Sena ulang. A b c d e f g h i j k l m n ..." Dion menatap gadis itu dari kejauhan, ia sangat bahagia Sena telah berkembang maju sedikit demi sedikit, namun entah kenapa bayangan masa lalu itu selalu saja muncul di benaknya. Bayangan dimana ia menabrak Sena dan rasa bersalah yang terus menghantuinya. "Tujuan awalku membawamu kesini adalah untuk membuat ingatanmu kembali, tapi kenapa setelah aku mencintaimu, aku ga ingin ingatanmu cepat kembali ..." "Aku takut kamu membenciku, Sena." "Atau malah melupakanku?" Dion menatap sendu perempuan di balik pintu. Entah kenapa sekarang ia merasa egois ingin menjadikan perempuan itu miliknya seutuhnya. Atau berharap ingatan perempuan itu tidak kembali. "Ah aku jahat banget," ucap Dion sendu mengingat itu. "Ayo Sena coba ulang. A b c d e f g h i j k l m n o ..." Dion menarik nafas panjang sebelum akhirnya memutuskan masuk. Dion membuka pintu perlahan-lahan. Sena yang mendengar suara deritan pintu menoleh, melihat sosok pria bertubuh jangkung berjalan ke arahnya, "Dioooon," panggil Sena senang. Sena berlari menuju pria itu, dan menghamburkan pelukannya. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Dion. "Dion," ucap Sena mendongak menatap wajah pria yang lebih tinggi darinya. "Hello my cutie girl," jawab Dion menunduk, lalu mencubit hidung bangir gadis itu. "Lagi sibuk ya?" tanya Dion. Sena mengangguk, "Iya." "Dion, Sena udah bisa baca abjad dong," ucap Sena tersenyum senang. "Oh ya? Bagus dong ..." Sena mengangguk, "Iya," lalu melepaskan pelukannya, dan meraih tangan besar Dion untuk mengikutinya. Dion menurut saja. Sena mengajak Dion duduk di sebelahnya, lalu meraih buku tulis menunjukan hasil karya tulisannya, "Nih coba Dion lihat," ucap Sena tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi. Dion mengambil buku itu, dan menilainya. Sena menuliskan abjad dari A sampai Z. Meskipun tulisan Sena tidak terlalu rapi, tapi sudah ada kemajuan pesat. "Wah hebat. Udah bisa sekarang ya," puji Dion mengacak-acak rambut gadis itu. Ah jangan salahkan dia selalu membuat rambut gadis itu tidak pernah rapi, salahkan gadis itu kenapa ia sangat menggemaskan. "Dion ... Dion, coba Dion nilai Sena." "Nilai apa?" "Sena mau hafalin abjad." "Oke ..." Sena duduk berhadapan dengan Dion, menyiapkan dirinya untuk menghafal. "A b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z." Dion bertepuk tangan senang, "Wah Sena hebat ..." puji Dion menyemangati gadis itu. "Dion ... abis itu kalau Sena udah hafal abjad, Sena ngapain lagi?" "Belajar bikin kata." "Bikin kata? Gimana caranya?" "Gini," Dion menggeser meja belajar Sena ke arah mereka berdua. Lalu meletakan buku tulis Sena di atas meja. Sena juga menggeser duduknya mendekat, memperhatikan Dion. Mereka belajar satu meja berdua. "Coba kamu bikin kata Dion." "Dion?" "Iya, coba kayak gimana tulisannya." Sena mengambil pensilnya dan menuliskan di buku tulis. "Kalau Dion, berarti pakai huruf d ya?" Dion mengangguk, "Benar sayangku." Buk..! Sena memukul bahu pria itu, "Ihh Dion jangan gombal, entar Sena ga bisa belajar kalau pacaran mulu ..." ucapnya polos. Dion tertawa, "Hehehe iya-iya sayang. Coba kamu tulis." "Dioooooon, nanti aja pacarannya." "Hahaha iya iya," Dion tertawa melihat kepolosan yang hakiki itu. "Dion, kalau Dion berarti harus ada huruf D di depan," gumam Sena lalu menuliskan huruf d di awal. "Terus ... Dion ... di berarti pake i," ucap Sena lalu menuliskan huruf i setelah d. "Dion, D udah i udah, kalau pake a jadi dia, berarti pakenya o," Sena menuliskan Dio. "M atau N ya? Kalau m jadinya Diom, kalau n Dion ... berarti N." Sena menuliskan kata Dion dengan sempurna, "Dion selesai." "Bagus, sekarang coba tulis Sena." "Sena?" ucap Sena coba mengingat-ingat susunan abjad untuk namanya. "Sena berarti ada S," Sena menuliskan huruf s di awal. "Sena ... kalau pakai i jadinya Sina, berarti pakenya e," Sena menuliskan huruf e. "Sena ... pertama huruf S, terus E, berarti habis itu N," sena menuliskan huruf N di tempat ketiga. "Baru deh a, jadi Sena," Sena menuliskan huruf a di kata terakhir. Dion tersenyum lebar memperhatikan tulisan Sena yang sempurna. "Bagus ... kamu udah pinter ya," ucap Dion mengusap-usap rambut gadis itu. "Dion kasih Sena PR." "Oke ..." Dion mengambil pensil dari tangan Sena dan menuliskannya berurutan dari 1-10. yaitu, mandi, mencuci, ibu, ayah, motor, mobil, menggunakan, roda, ambulans, sepeda. Setelah selesai menuliskannya, Dion mengembalikan buku tulis bersampul mariposa itu, "Nih PR nya." Sena bertepuk tangan senang, "Yeey Sena punya PR." Dion tersenyum, memperlihatkan deretan giginya, "Kamu seneng banget Sena." "Iya Sena seneng, soalnya Sena udah mulai bisa nulis." Dion mencium rambut berwangi stroberi yang menjadi candu-nya, "Kamu udah bekerja keras Sena." "Dion kok kita ga ke sekolah lagi?" "Sena mau sekolah?" tanya Dion. Sena mengangguk, "Iya ... kok kita ga ke tempat guru lagi?" "Sebelumnya aku udah minta Mira untuk ngajar privat di rumah, tapi belum mulai soalnya dia lagi sibuk." Sena mengerucutkan bibirnya, "Yaah terus kalo belajarnya di rumah, Sena ga ke sekolah lagi dong?" Dion mengelus-elus rambut gadis itu, menenangkannya, "Engga ko ... Sena bisa kesana lagi kapan-kapan. Tapi lebih baik Sena belajarnya di rumah aja ya." Sena mengangguk, "Yaudah deh," ucapnya dengan nada sedikit kecewa. Padahal ia ingin sekali sekolah. Dion yang memperhatikan raut wajah Sena berubah, memeluk gadis itu, ia tahu gadisnya sedih, "Kamu kenapa mau sekolah?" "Dion bisa sekolah, Sena juga mau sekolah." "Sekolah di rumah atau di luar sama aja kok." "Tapi Sena mau punya temen juga." "Iya nanti Dion masukin Sena sekolah ya. Biar Sena punya temen juga."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD