PART 40 - PROGRES SENA

1120 Words
Dion mulai bertempur. Ia mengeluarkan dua tenderloin dari bungkusnya dan meletakannya di piring pipih. Lalu ia mengiris satu daging menjadi 2 bagian, yang Dion perkirakan beratnya 200 gram. Dari dua daging menjadi 4 daging setelah diiris. Kemudian ia mengambil nanas yang masih dibungkus plastik. Ia membuka plastik tersebut dan memarut 1/2 nanas. Dion benar-benar fokus. Dion terlihat dingin saat diam, namun tangannya lihai dalam mengolah makanan. Dion mengambil sebuah plastik bening, lalu memasukan irisan dagingnya dan parutan nanas ke dalam. Lalu ia simpulkan ujung plastik agar kuat. Dan mengocoknya hingga seluruh bagian daging terlumuri nanas. Ia merapatkan lagi simpulannya dan memasukannya ke dalam kulkas menunggu kurang lebih 1 jam. Sambil menunggu, Dion menyiapkan bumbu lainnya. Ia akan membuat bahan perendam daging terlebih dahulu. Dion menyiapkan sebuah piring, lalu memasukan semua bahannya yaitu; 1 siung bawang putih yang telah ia haluskan, 1/2 sendok teh lada hitam yang telah ia tumbuk, 1 sendok makan dari masing-masing kecap (kecap asin, kecap manis, dan kecap Inggris), 1 sendok makan minyak zaitun, dan 1/2 sendok teh garam. Dion mengocoknya hingga rata. Setelah selesai, ia membuat bahan saus lada hitam sebagai saus steak. Dion menyiapkan satu piring lalu mengisi bahan-bahannya. 1/2 siung bawang Bombay yang dicincang halus, 2 siung bawang putih yang dicincang halus, 1 sendok makan saus tiram dan kecap manis, 1/2 sendok teh lada hitam tumbuk, 1/2 sendok teh kaldu bubuk, 1/2 sendok teh garam dan gula pasir, lalu air 200 ml, dan larutan tepung maizena. Sambil menunggu 1 jam. Dion mengiris-iris kentang goreng, wortel, dan juga brokoli. Sebagai bahan pelengkap steak. By the way, semenjak kejadian kebakaran itu. Dion tidak pernah lagi mengizinkan Sena untuk masuk ke dapur. Cukup sekali seumur hidup. Ia belum sempat membenarkan kompor listriknya yang terbakar, alhasil ia memakai kompor gas portable, yang ia jadikan cadangan jika terjadi sesuatu. Dion memasang timer di ponselnya, ia akan kembali ke dapur setelah satu jam. Dion akan mengecek gadis itu dulu. Dion melangkahkan kakinya menuju kamar Sena yang tidak jauh dari dapur sebenarnya. "M ditambah e jadi me, n ditambah g jadi ng. meng. G ditambah a jadi ga. Ga ditambah m jadi gam. Menggam. B ditambah a jadi ba. Ba ditambah r jadi bar. Menggambar." Suara Sena membaca terdengar sampai keluar. Dion menghentikan langkahnya di depan pintu kamar yang terbuka. Terlihat Sena sedang belajar membaca kata yang ia kasih sebelum memasak. Dion menuliskan 10 kata di papan tulis. Menggambar, memasak, mencuci baju, lemari, pulpen, hordeng, serigala, harimau, handuk, ember. Dion tersenyum menatap gadis itu dari luar. Semangat Sena tak pernah luntur. Setelah Sena membacanya, sena menuliskan jawaban di sampingnya dengan spidol. "Menggambar terdiri dari huruf-" gumam Sena menuliskan jawaban. Menggambar = M e n g g a m b a r Dion memberikannya soal membaca, dan memecahkan sebuah kata menjadi abjad terpisah. Jika kata itu adalah menggambar, maka terdiri dari huruf apa saja menggambar itu. Dion tersenyum menatap kerja keras Sena seharian ini. Tidak, seminggu ini. Progress Sena yang kian hari ada peningkatan. Dion melirik jam tangannya, waktu menunjukan pukul 8 malam. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana, dan mencari sebuah nomor. Mira. Dion menekan tombol panggil, sambil menunggu sambungannya di angkat. Dion melangkahkan kakinya menjauhi kamar Sena. Setidaknya percakapannya tidak mengganggu Sena belajar. "Halo." "Ya halo, maaf Mira aku mengganggumu malam-malam begini." "Oh, iya gapapa Dion ... ada apa?" "Apa kamu sibuk?" tanya Dion. "Engga, kenapa?" "Aku hanya minta waktumu sebentar." "Oh baiklah ..." "Mira, apa kamu masih sibuk akhir-akhir ini? Kamu tidak lupa tawaranku, kan?" "Oh itu, tidak kok." "Tolong izinkan Sena belajar bersamamu." "Aku selalu mengizinkannya. Tapi menyekolahkan dia di tempatku adalah ide yang buruk. Dia bisa dicemooh orang kalau bersekolah di tempat TK." "Tidak, aku tidak akan menyuruh dia sekolah di tempatmu. Cukup luangkan waktumu 3 hari dalam seminggu untuk mengajar Sena. Atau 5 hari dalam seminggu." "Mengajarnya tiap hari tidak masalah kok bagiku." "Ah tidak, itu pasti sangat merepotkanmu. Cukup 3 hari atau 5 hari saja. Berapapun yang kamu inginkan pasti ku bayar." "Masalah uang urusan belakangan Dion. Sekarang terserah kamu saja. Kamu mau Sena belajar bersamaku 3 hari atau 5 hari?" "Baiklah 5 hari. Kapan kamu bisa mengajar di tempatku?" "Mulai hari Senin." "Oke baiklah ... kamu bisa, kan mengajarnya sekitar jam 3 sore?" "Bisa, aku mengajar TK tidak lama kok." "Mira." "Ya?" "Bolehkah aku meminta rekomendasi sekolah lukis paling terbaik di sini?" ***** Dion kembali ke dapur, mengolah steaknya yang telah dimarinasi selama 1 jam. Cukup lama ia mengobrol dengan Mira membicarakan soal pendidikan Sena. Akan sangat sulit Sena mendapatkan sekolah formal, mengingat umurnya dan kemampuan belajarnya. Maka dari itu Dion memutuskan untuk memasukan Sena ke sekolah lukis, yang berhubungan dengan seni. Berharap bisa melepaskan rasa jenuh Sena, dan mendapatkan teman baru. Dion membuka kulkasnya, dan mengeluarkan plastik tenderloin yang telah ia marinasi. Dion membuka plastiknya dan membuangnya ke tempat sampah. Dion meletakan ke-empat tenderloin itu ke dalam mangkuk, lalu menghidupkan keran wastafel, dan membasuh tenderloin. Setelah itu ia memasukan tenderloinnya ke dalam piring yang berisi bumbu perendam daging. Dion membolak-balik daging itu dengan garpu agar bumbunya tercampur rata, setelah itu menusuk-nusuk dagingnya agar bumbu dagingnya meresap. Dion memanaskan teflonnya yang telah panas lalu memasukan satu sendok margarin. Margarin itu perlahan-lahan menghilang berubah menjadi minyak, bau harum dari tumisan margarin sangat enak. Dion memasukan 4 tenderloinnya. Lalu mengecilkan api-nya saat memanggang. Jangan menggunakan api besar saat membuat steak. Agar rasanya empuk dan juicy. Dion memanggang steaknya sampai berubah menjadi kecokelatan. Setelah steaknya matang, Dion meletakannya di piring pipih. Satu piring dua tenderloin. Lalu setelah itu ia membuat saus lada hitam sebagai pelengkap steak. Dion memanaskan wajan, lalu memasukan satu sendok margarin. Kemudian memasukan bawang bombay hingga layu, lalu setelah memasukan bawang putih. Ia menumisnya hingga harum. Setelah itu ia memasukan saus tiram dan kecap manis, mengaduk-aduknya rata hingga tercium harum. Setelah itu Dion memasukan bumbu penyedap kaldu, Air, gula, dan lada hitam. Aduk rata hingga saus-nya meletup-letup. Lalu setelah itu masukan bumbu sisa perendaman daging tadi, dan larutan tepung maizena. Masak hingga saus-nya mengental, dan meletup-letup. Dion menuangkan saus lada hitamnya ke atas piring. Wangi yang harum memanjakan indera penciuman. Steak hangat siap untuk dihidangkan. Dion meletakan wajannya di atas kompor, dan membawa dua piring tenderloin itu ke atas meja makan. "Sena ..." "Iya Dion?" sahut Sena dari dalam kamar. "Makan dulu baru belajar." "Iya." Sambil menunggu Sena, Dion akan menyiapkan minuman orange juice dulu. Sena menutup bukunya, lalu merenggangkan otot-ototnya yang pegal. Seharian ini ia belajar. Sena melangkah menuju ruang makan. Steak lezat terhidang sempurna di atas meja. "Waaah enak," puji Sena. Dion yang baru keluar dari dapur membawa dua gelas orange juice tersenyum, "Enak ya?" tanya Dion lalu meletakan dua gelas minuman itu di atas meja. "Ayo makan dulu. Kalau udah kenyang Sena boleh belajar lagi." Sena mengangguk patuh, "Iya!" ucapnya semangat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD