PART 10 - HEBOH

1078 Words
"Sini kamu!" Tanpa aba-aba wanita itu menarik telinga Dion tanpa ampun. Lalu menyeretnya secara paksa, keluar dari toko. Bodyguard yang melihat itu saling tukar pandang, heran. Lalu mengekori dari belakang. Bukan rahasia umum lagi kalau bodyguard itu tahu Dion dikenal sebagai pria yang ingin membujang. Selama Dion hidup, cuma satu pacar saja yang pernah dikenali ke keluarga. Itupun saat Dion masih SMP. Setelah putus, Dion menjomblo sekian tahun. Dan memutuskan untuk membujang. Dan tiba-tiba saja bertemu sudah punya istri. Bagaimana tantenya tidak terkejut. Apalagi ibunya yang gembar-gembor meminta Dion untuk segera punya pacar. SPG yang tak tahu apa-apa, mendadak bingung, "Loh, mas ini pesenannya gimana?" Tapi dua insan yang sedang bertikai itu telah menghilang dari pandangan. "Aw aw tante sakit," ucap Dion menepuk-nepuk tangan wanita itu, agar segera dilepaskan. Dion sedikit menundukkan kepalanya, malu menjadi tontonan orang-orang. "Bisa-bisanya kamu punya istri tanpa sepengetahuan keluarga!" "It-it-itu bukan buat istri Dion tan …" Mendengar jawaban itu membuat tantenya semakin murka, dan semakin menarik keras telinga Dion hingga memerah. "Bukan? Tadi kamu beli pakaian dalam sebanyak itu buat siapa hah?! Bisa-bisanya kamu masih muda punya istri banyak. Mau jadi pakboy?!" "Aw aw tante, dengerin penjelasan Dion dulu …" "Penjelasan apa?" "Iya makanya tante lepasin Dion dulu." Akhirnya dua insan yang bertikai itu berhenti di depan eskalator. Tante Dion yang bernama Dewi melepaskan jewerannya. Dan menatap Dion tajam. Setajam silet. "Oke jelasin," ucap tante Dion lalu memalingkan wajahnya ke samping, tak ingin melihat keponakannya yang menyebalkan. Dion menarik nafas dalam-dalam, "Jadi gini tante, sebenarnya-" "Udah langsung to the point," ucapnya masih ngambek tak ingin melihat wajah Dion. "Aduh, gimana ya jelasinnya-" Dion menggaruk rambutnya yang tak gatal. Tidak mungkin, kan ia mengatakan yang sebenernya tentang siapa Sena. "Udah cepetan!" "Dia itu bukan istri Dion tante. Cuma-" "Cuma apa?!" "Cuma biasa aja. Yaaaa, kan tante tau sendiri Dion itu lagi ga mau berhubungan." Mendengar hal itu sontak Dewi menatap wajah keponakannya dengan perasaan marah, "Biasa aja? Oh my god Dion. Kok kamu bisa bilang biasa aja? Setelah kamu nikahin dia, terus berbuat yang iya-iya. Eh maksudnya yang engga-engga!" "Tante Dion belum nikah," protes Dion jujur. Emang yang sebenernya begitu, kan. "Kalau belum nikah, itu kamu beli buat siapa? Jangan bilang itu buat kamu, kan Dion?" ucap tantenya tiba-tiba memicingkan mata curiga. Dion menggeleng kepalanya cepat, "Astaghfirullah tante ngomongnya. Dion itu masih cowok tulen! Ya kali Dion pake begituan! Cowok se-ganteng ini, good, handsome, cool, perfect 99%, cakep uwow uwow pokoknya. Keponakan paling ganteng, pake begituan." "Udah tante ga mau dengerin alasan kamu lagi," ucap Dewi lalu beranjak pergi dari hadapan Dion, diikuti 2 bodyguardnya di belakang. "Tan, dengerin penjelasan Dion dulu Tan," ucap Dion mengejar tantenya dari belakang. Namun Dewi tidak mau tahu, kemarahannya sudah terlanjur besar. Dan juga kecewa. Keponakannya yang dulu sampai sekarang memiliki wajah polos dan innocent bisa-bisanya jadi Pakboy kelas kakap sampai punya istri banyak. Salah satu bodyguard itu menahan badan Dion agar tak mengejar Dewi, "Nyonya besar sedang tidak mau diganggu tuan." Dion hanya bisa menghela nafas, menatap kepergian tantenya bersama bodyguardnya. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Jujur, ia tidak akan menyangka akan bertemu dengan tantenya disini. Tamat riwayatnya, pasti ini akan menjadi topik yang panas di dunia perghibahan keluarga. * * Ting! Sena yang sedang menonton televisi, mengulas senyum saat mendengar suara bel di luar, "Itu pasti Dion," ucapnya sumringah, lalu beranjak dari sofa. Sejujurnya, ia seharian hanya menunggu Dion pulang. Dan agak bosan, seharian hanya menonton TV. Tak ada aktivitas yang menyenangkan. Sena menyisir rambutnya dengan jari-jari tangan. Merapikan helaian rambut hitamnya yang menjuntai panjang sepanjang punggung. Hari ini Sena tidak memakai baju rumah sakit lagi. Tapi memakai kemeja Dion yang kebesaran di tubuhnya. Dengan tinggi Dion yang mencapai 180 cm dan dirinya 160 cm. Kemeja itu menjadi panjang sampai menutupi pahanya. Tapi sebelum pergi, Dion mengatakan bahwa ia ingin membeli pakaian dan peralatan untuk Sena. Tentu saja gadis yang Dion katakan secantik Psyche itu sangat senang. Dan menunggu-nunggu kepulangan Dion. Sena menghampiri pintu. Dan sebelum membukakan pintu, Dion sempat memberitahunya sebelum pergi untuk melihat siapa tamunya. Dan jangan membukakan pintu untuk orang asing. Sena menatap kotak yang terletak di samping pintu. Di setiap kamar apartemen kelas menengah ke atas, biasanya telah memiliki sistem kamera bel. Dimana kamera yang tersambung di bel, akan menyorot siapa yang memencet bel. Sena menatap layar, dan ternyata itu bukan Dion. Ia menghela nafas, sedikit kecewa. Sena membukakan pintu apartemen. Sosok pria berambut kribo yang memakai hoodie hitam bergambar baymax tersenyum ke arahnya. "Sore neng geulis, babang Mario boleh masuk?" ucap Mario dengan senyuman lebarnya. Membawa dua kantong plastik putih yang berisi makanan. Sena mengangguk senyum, "Boleh." * * "Iya Dhea masa aku bohong sih," Dewi menyandarkan punggungnya di kursi mobil sambil berteleponan dengan seseorang. Ia duduk di kursi tengah, satu bodyguardnya duduk di samping supir, dan satu lagi duduk di kursi ketiga paling belakang. "Aku tadi ketemu Dion di mall." Dunia perghibahan dimulai. Ronde pertama. "Hah?! Serius kamu Dion udah punya istri? Ga mungkin, ga mungkin. Dia, kan katanya mau membujang. Dikasih cewek ini ga mau, itu ga mau juga," ucap seseorang di seberang. Dhea ibu kandung Dion, dan adik dari tantenya Dion. "Ih Dhea coba deh kamu pikir, mungkin si Dion udah berubah pikiran pengen nikah buru-buru, mau cepet punya anak, ngasih cucu ke kita. Makanya ga ngundang. Malu mungkin." Perghibahan ronde kedua. "Hemmm, iya juga ya. Ngomong-ngomong istrinya kayak gimana? Kamu tau gak?" Dewi menghela nafas panjang, "Nah itu dia masalahnya-" "Lah? Kok masalah? Bukannya bagus anak itu nikah?" Perghibahan ronde ketiga. "Masalahnya Dion itu nikahnya ga cuma satu, tapi banyak." Sontak ucapan Dewi seperti petir di siang bolong. "Apa?!" ucap Dhea terkejut setengah mati. "Iya! Makanya itu kita harus cari tau sampai titik riwayat penghabisan!" ucap Dewi penuh tekad. * * Hari sudah menjelang Maghrib, namun Dion masih berkutat di mall, mencari keperluan Sena. Kedua tangannya dipenuhi tas belanja. Ia berjalan menuju eskalator yang dipenuhi beberapa orang. Turun ke lantai bawah. "Pakaian udah, sandal udah, sepatu udah, aksesoris udah, skincare udah, make up udah, apalagi ya yang belum?" ucapnya mengingat-ingat dan mengabsen satu persatu barang yang ia beli. Ia naik ke eskalator, membiarkan tangga berjalan itu turun ke lantai 2. Ia tidak akan pulang sebelum semua untuk Sena terpenuhi. Dengan kartu kredit black card unlimited yang ia miliki, ia bebas menggesek apapun tanpa batas limit. Dion turun dari eskalator, mengitari setiap sudut mall, mencari barang-barang yang dibutuhkan selanjutnya. Sampai matanya terpaku pada satu toko. Tempat jualan handphone dan aksesoris. Dion tersenyum, dan melangkahkan kakinya menuju sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD