Part 11

1116 Words
Arsen menepati janjinya. Begitu Fherlyn menandatangani berkas tersebut, pintu ruang kerja pria itu diketuk dua kali dan seorang pengasuh muncul bersama Adara dalam gendongan. Balita berpipi gembul itu langsung memanggil Fherlyn dan mengulurkan kedua tangan untuk berpindah dalam gendongan Fherlyn. Fherlyn tak berhenti mengecup kedua pipi Adara bergantian. Mengerjapkan matanya berkali-kali agar tangisannya tak pecah. Semua beban di pundaknya terasa ringan begitu melihat senyum lebar Adara. Arsen mengarahkan mereka ke ruang makan untuk makan siang. Interaksi Fherlyn dan Adara membuatnya merasa iri. Keduanya seolah menganggapnya tak ada. Sibuk berbincang tentang sesuatu yang tak Arsen mengerti meski terkadang Adara bertanya sedikit tentangnya. Ya, ia baru satu hari hadir di dunia Adara, bagaimana putri kecilnya itu akan tahu mengenai dirinya jika ia sendiri tak mengambil inisiatif untuk mendekat. Tapi bagaimana? Berbicara berdua dengan Adara saja membuat seluruh tubuhnya kaku seolah berdiri di atas kaca. Takut sedikit kesalahan saja akan membuat keretakan dalam hubungan mereka. Hanya Fherlynlah satu-satunya kunci dari permasalahan ini. Arsen berdehem. Menyela perbincangan Fherlyn dan Adara yang semakin melupakan keberadaannya. Fherlyn yang sedang menyuapkan makanan di mulut Adara terhenti. Sedikit mengalihkan perhatiannya pada Arsen yang duduk di kepala meja. Melihat pria itu yang sepertinya sudah menyelesaikan makan siangnya. “Aku ... akan ke atas,” gumam Arsen dengan rahang yang kaku. Fherlyn mengangguk singkat. Lalu kembali menundukkan kepala dan tersenyum ada Adara yang ada di pangkuannya. Mengabaikan kekesalan yang tertahan di wajah Arsen. Arsen punya waktu lebih banyak dengan Adara, jadi Fherlyn pun tak akan menyia-nyiakan semenit pun waktunya dengan Adara saat ini. Apalagi membagi sedikit waktu Adara untuk mengistimewakan Arsen.     ***   Arsen membanting pintu kamarnya dengan keras. Sialan! Apa wanita itu berusaha memengaruhi putrinya untuk mengabaikan keberadaannya? Tidak bisa dimaafkan. Tidak ada kata lain kali dalam pertemuan Fherlyn dan Adara setelah ini. Jika Fherlyn tidak bekerjasama untuk memenuhi janji dalam kesepatana mereka, maka satu-satunya jalan adalah mengeraskan hati dan memaksa dengan caranya sendiri untuk menempatkan posisinya di hati Adara. Dan tepat satu jam kemudian, Arsen yang tak punya hati muncul. Merebut Adara dari gendongan Fherlyn dan mengatakan bahwa putrinya itu harus istirahat. Sungguh aksi drama yang memerlukan kerja keras, mengingat ia harus terlihat tenang di hadapan Adara sedangkan hatinya menahan kemarahan yang sangat besar pada Fherlyn. Lalu pria itu menyerahkan Adara pada pengasuh untuk lebih dulu pergi ke kamar atas. “Beri aku sepuluh menit untuk mengantarnya tidur siang.” Fherlyn berusaha melewati tubuh Arsen dan mengikuti pengasuh yang membawa Adara menaiki anak tangga.  Arsen menangkap lengan Fherlyn dan mendorong wanita itu menjauh dari tangga. “Pengasuhnya bisa melakukan itu. Atau mungkin aku sendiri. Tak perlu repot-repot,” ucapnya dengan dingin. Fherlyn memukul d**a Arsen, dalam sekejap air matanya berurai memenuhi seluruh wajah. “Kau benar-benar tak punya hati, Arsen.” Lagi Fherlyn melayangkan pukulan-pukulan lemahnya ke d**a Arsen yang sama sekali tak bereaksi. Seolah pukulan Fherlyn hanyalah lalat yang berusaha hinggap di tubuhnya. “Kau tahu dan aku pun sangat tahu. Jadi tak perlu memperjelasnya di antara kita.” Arsen menangkap pergelangan tangan Fherlyn. Mencekalnya menjadi satu dan menyeret wanita itu menyeberangi ruang tengah, menuju  ruang tamu dan pintu ganda. Kaki pendek Fherlyn  berusaha sangat keras menyamai langkah besar-besar dan terges Arsen. Langkah mereka terhenti tepat di samping mobil Fherlyn. Arsen membuka pintunya dan memaksa Fherlyn masuk dengan gerakan tak sabar. “Pulanglah,” pamit Arsen. “Sampai jumpa di hari pernikahan kita. Sembilan hari lagi. Kuharap kau bersabar menunggu hari itu tiba.” “Aku masih ingin menemui anakku,” mohon Fherlyn merengek pada Arsen. “Lima menit lagi.” “Tidak semenit pun,” tegas Arsen dengan rahang mengeras. “Tega sekali kau, Arsen. Aku memohon padamu.” Fherlyn memukul keras-keras d**a Arsen. Arsen menepis kedua tangan Fherlyn ke arah samping tanpa sedikit pun menahan kekuatan prianya. Mengakibatkan tubuh Fherlyn terhuyung ke samping dan pundaknya menabrak badan mobil hingga ia tak bisa menahan erangannya. “Jangan bersikap lemah hanya untuk menarik perhatianku, Fherlyn. Aku tahu benar apa yang ada di kepalamu,” desis Arsen. “Kau keterlaluan, Arsen.” Lagi, Fherlyn melayangkan tangannya untuk melukai Arsen, tapi pria itu menangkapnya. Tak menyerah, Fherlyn menggunakan tangan satunya. Yang juga berakhir sama menyedihkannya dalam cekalan Arsen. Fherlyn menjerit, memberontak sekuat tenaga melepaskan diri dari cekalan pria itu hingga menendang kaki Arsen dan berhasil melukai pria itu. Tak cukup sampai di situ, saat perhatian Arsen teralihkan pada rasa sakit di kaki kirinya, Fherlyn mengambil kesempatan itu untuk membebaskan kedua tangannya. Arsen berhasil mengambil alih kembali kedua tangan Fherlyn sedetik setelah pergelangan tangan Fherlyn sempat terbebas dari genggamannya. Ia menggeram marah, mulai kesal dan kewalahan dengan pemberontakan Fherlyn. Pria itu pun mendorong tubuh Fherlyn menempel di badan mobil dan memerangkap Fherlyn dengan tubuh kekarnya untuk menghentikan rontaan wanita itu. Reflek yang membuahkan hasil memuaskan. Rontaan Fherlyn terhenti, berikut dengan racauannya. Kecuali kepala, tubuh Arsen dan tubuhnya saling menempel dari atas ke bawah. “Kauingin menggunakan cara keras atau lembut?” geram Arsen tepat di wajah Fherlyn. Matanya mengunci manik Fherlyn yang berkilau oleh air mata. Hatinya sempat tergoyah karena ia benci melihat air mata wanita, tapi ia segera menguatkan hati. Meyakinkan diri bahwa itu hanyalah salah satu dari tipuan-tipuan Fherlyn untuk menggoyahkan hatinya. Fherlyn terisak pelan. Memiringkan wajahnya ketika Arsen melenyapkan jarak di antara wajahnya. Detak jantungnya berdegup keras karena napasnya yang terengah. Arsen begitu dekat, ekspresi pria itu begitu jelas dan ia tak tahan melihat api yang menjilat-jilat dalam pandangan pria itu. “Hanya butuh satu jam bagimu untuk mengingkari kesepakatan kita. Apakah perlu bagiku untuk membatalkan pernikahan kita dan memastikanmu tak akan pernah menemui anakku lagi, Fherlyn?” Arsen sengaja menyisakan jarak sekecil mungkin di antara wajahnya dan Fherlyn. Agar wanita itu memahami setiap gurat kemarahan yang tergaris di seluruh wajahnya, adalah kemarahan yang tak bisa disepelekan oleh Fherlyn begitu saja. Bahwa ia benar-benar akan melakukan ancamannya dan hatinya tak akan mengiba meski wanita mengemis padanya. Gelengan pelan kepala Fherlyn lemah dan penuh keputus-asaan, tapi bibirnya kelu bahkan untuk mengungkapkan penolakannya. Arsen menahan napas. Aroma Fherlyn yang menyergap indera penciumannya memberikan efek menggila di setiap aliran darahnya. Dan ia yakin beberapa detik ke depan, bibirnya akan tenggelem di cekungan leher Fherlyn jika ia tak segera membentangkan jarak di antara mereka. Arsen mendorong Fherlyn masuk hingga jatuh terduduk di kursi pengemudi dengan gerakan yang kasar. Arsen tahu Fherlyn menggigit bibir bagian dalam untuk menahan erangan, tapi ia tak peduli. “Aku akan memberimu waktu lima menit untuk menenangkan diri di halamanku sebelum mengemudikan mobilmu. Jika memang tak sanggup, kau bisa meminjam sopirku untuk pulang. Tapi jangan pernah berniat menginjakkan kakimu untuk masuk ke rumahku.” Arsen membanting tertutup pintu mobil Fherlyn dengan keras. Bergegas pergi meninggalkan Fherlyn. Air mata tumpah ruah memenuhi seluruh wajah Fherlyn. Kepalanya tertunduk dengan kedua telapak tangan menangkup seluruh wajah demi meredam isakan kerasnya. Jika tadi di hadapan Arsen ia bisa menahan segala keperihan yang menggores hatinya, kali ini Fherlyn benar-benar tak sanggup menahan dirinya lebih lama lagi. Pertahanan dirinya sudah jebol dan seluruh kepedihannya bergemuruh. Membanjiri seluruh pandangannya, menerjang kehidupannya, dan menenggelamkannya hidup-hidup. Selama empat tahun ini Fherlyn bisa bertahan hidup karena Adara. Adaralah sumber kekuatannya. Lalu apa yang terjadi jika Adara direnggut dari genggamannya?  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD