Part 17

1120 Words
Fherlyn menggeliat terbangun karena udara dingin yang menghempas kulit punggungnya. Perlahan matanya membuka menembus kantuk yang masih pekat. Mengerjap beberapa kali sambil mengamati atap berwarna beige yang ada di atasnya. Keningnya berkerut, warna atap rumah maupun apartemennya berwarna putih bersih. Apa dia di hotel? Seingatnya tak ada pekerjaan yang mengharuskannya ke luar kota sehingga harus menginap di hotel. Tubuhnya melompat terduduk dan pandangannya menatap liar ke sekeliling. Interior dinding kamar yang dicat warna beige dengan furnitur berwarna hitam dan putih yang memberi kesan elegan. Ini bukan kamarnya, ini bukan kamar Adara, dan ini bukan kamar tidurnya di apartemen. Ini bukan ranjangnya dan ini bukan selimutnya. Dan ini jelas bukan di hotel melihat halaman berumput yang mengintip di antara jendela kaca di hadapannya. Lalu di manakah dia berada sekarang? Di antara kantuk yang masih tersisa, Fherlyn mengingat apa yang terjadi sebelum ia tertidur. Pernikahan, rumah Arsen, ciuman Arsen, dan ... “Kau sudah bangun?” Fherlyn menoleh mencari suara yang berasal dari sebelah kiri ranjang. Tubuh telanjang dan basah Arsen yang hanya mengenakan handuk tersampir di pinggang, berdiri dibingkai pinggiran pintu kamar mandi yang terbuka. Saat itulah Fherlyn sepenuhnya tersadar bahwa dirinya sudah menjadi istri Arsenio Mahendra sejak kemarin dan seutuhnya menjadi milik pria itu tadi malam. “Segeralah turun dari sana, Fherlyn. Meski kau benar-benar polos, berlagak polos untuk menggodaku.” Tatapan turun sedikit dan giginya tampak ketika salah sudut bibirnya naik. Polos? Kening Fherlyn mengerut dengan kata ‘polos’ yang ditekan Arsen. Kemudian kepalanya menunduk mengikuti arah pandangan Arsen dengan perlahan dan  menjerit menemukan tubuhnya yang tak mengenakan sehelai pakaian pun di balik selimut tebal yang berkumpul di pinggang. Segera ia menarik selimut menutupi dadanya yang telanjang dari pandangan Arsen. Matanya mencari pakaian miliknya di sekitar ranjang karena tak mungkin berlari menyembunyikan dirinya dalam kamar mandi dengan keadaan telanjang bulat. “Aku tidak menggodamu!” sangkal Fherlyn mentah-mentah. “Semua tentangmu adalah godaan yang menggiurkan. Jadi berhati-hatilah jika tidak ingin diterkam.” Arsen diam sejenak, matanya menguliti tubuh Fherlyn dari ujung kepala hingga kaki yang meski tertutup selimut tampak begitu jelas di ingatannya. “Seharusnya aku pergi ke hotel pagi-pagi sekali untuk melakukan tumpukan jadwal yang tertunda karena hari pernikahan kita.” Fherlyn memutar mata dengan kesal. Kemesuman pria itu tak berkurang sedikit pun semenjak empat tahun lalu. Apakah pria itu juga semesum itu terhadap wanita itu? “Di mana pakaianku?” Arsen mengangkat bahu sambil mengusap rambut basahnya dengan handuk. Berjalan menuju lemari pakaiannya di sudut ruangan. “Mungkin pelayan sudah membawanya ke ruang cuci. Sekarang sudah jam delapan lewat. Biasanya dia membersihkan kamarku jam tujuh.” “Kenapa kau tidak membangunkanku?” sergah Fherlyn sambil berusaha menyingkirkan bayangan tentang pelayan itu yang melihatnya dalam keadaan telanjang di ranjang. Ya, meskipun ia yakin pelayan itu akan menjaga matanya dengan sopan, tetap saja ia merasa malu saat orang lain melihat tubuh telanjangnya. “Tiga kali aku membangunkanmu dan keempat kali aku berniat membangunkanmu dengan cara yang panas. Kauingin cara itu?” Mata Arsen memicing tajam dengan maksud yang tak ditutupi. “Aku tak tahu kau mengharapkannya,” gumamnya menggoda. Fherlyn yang menangkap arti kata ‘cara yang panas’ Arsen dengan sangat gamblang dan segera memutus kontak mata dari pria itu. Rasa panas menjalar memenuhi seluruh wajahnya dan sepertinya mulai merona. Sudah lebih dari cukup rasa panas yang diberikan Arsen tadi malam. Pria itu membakarnya, mengambil segala yang bisa diraup serakus mungkin dari setiap inci tubuhnya. Satu kali tak pernah cukup. Fherlyn menyerah dan membiarkan pria itu melakukan apa pun di tubuhnya. “Bisakah kau memberiku sesuatu, aku harus ke kamar mandi,” pintah Fherlyn sedikit memohon. Kopernya tidak ada di kamar ini dan satu-satunya pakaian yang ia miliki sudah dibawa pelayan untuk dicuci. Ia tak mungkin membawa selimut tebal dan berat ini ke kamar mandi. Arsen tak mengindahkan permintaan Fherlyn, menyibukkan diri memilih pakaian yang akan ia kenakan. “Kauingin kemejaku?” Arsen menunjuk kemeja berwarna biru tua yang tergantung di lemari. “Apa pun.” Arsen terkekeh. “Apa pun? Kau bisa mendapatkan jubah mandi di kamar mandi.” Fherlyn mendesah putus asa. Kesalahan besar meminta tolong pada Arsen. “Apa yang kautakutkan, Fherlyn? Aku sudah menghapal tubuh telanjangmu di setiap sentinya. Tidak ada yang perlu disembunyikan.” “Tolong, Arsen.” Arsen membalikkan badan memunggungi Fherlyn dan pintu kamar mandi. “Sepuluh detik.” “Arsen!” “Sepuluh ... sembilan ...” Fherlyn membelalak. “Apa kau sudah gila?” “Delapan ...” Fherlyn tahu mendebat pria itu hanya akan membuang waktunya. Fherlyn menuruni anak tangga dan berlari ke kamar mandi secepat ia bisa. “Tujuh ... enam ...” Arsen menahan tawanya tak sampai muncul di kedua bibirnya. Entah Fherlyn yang berpura-pura tak melihat cermin yang menempel di pintu lemari atau memang tak tahu keberadaan cermin itu di hadapannya. Karena meski ia memunggungi wanita itu dan jalan menuju kamar mandi, pantulan di cermin jelas langsung terjemblak di hadapannya.   ***   Fherlyn mengunci pintu kamar mandi ketika samar-samar terdengar hitungan Arsen sudah mencapai angkat tiga. Bersandar pada pintu kamar mandi, ia menarik napas mengisi udara di dadanya yang terengah. Menyambar jubah mandi berwarna gelap yang tergantung di dinding dan bergegas memakainya. Seolah tahu bahwa Arsen di luar sana tengah menatap pintu kamar mandi. Mata Fherlyn membelalak ketika tanpa sengaja tatapannya menangkap pantulan tubuhnya di kaca wastafel. Kembali membuka belahan jubah mandinya yang sudah terikat dan terkejut penuh ketidakpercayaan. Seluruh leher dan dadanya dipenuhi bekas memerah. Gairah Arsen tak pernah membuatnya keberatan, dulu ataupun sekarang yang sepertinya semakin beringas. Seakan meluapkan gairah yang telah terpendam. Arsen adalah pria yang tampan. Untuk menyalurkan kebutuhan biologis pada wanita hanya tinggal menunjuk jari dan wanita mana pun yang cukup beruntung akan menanggalkan baju dengan sukarela. Rela menggadaikan harga diri asal bisa menikmati keindahan tubuh Arsen. Dan entah kenapa bayangan tersebut menimbulkan kecemburuan di hati Fherlyn. Ia tak suka ada wanita lain yang menarik perhatian Arsen. Ia tak suka ada wanita mana pun menyentuh tubuh Arsen. Dan Fherlyn benci pada Arsen juga wanita itu jika benar hal itu pernah terjadi selama ia menghilang empat tahun ini. Namun, apa haknya memendam ketidaksukaan dan kebencian tersebut. Ialah yang meninggalkan Arsen. Memberi kesempatan wanita-wanita yang mengerumuni Arsen untuk tak melewatkan kesempatan emas tersebut. Arsen seorang pria normal dengan kebutuhan biologis yang tak bisa dihindari. Fherlyn tak berhak melemparkan kekesalannya pada Arsen ataupun wanita-wanita itu. Semua terjadi karena dirinya sendiri dan ia tidak bisa berbuat apa pun untuk menyalahkan mereka semua. Fherlyn mengusir kecamuk yang mulai menggerogoti pikiran warasnya. Semua sudah terjadi. Ia tak mengeluh dengan resiko yang tertinggal di belakang sama. Saat ini, dirinyalah istri Arsen. Janji pria itu lebih dari cukup setelah semua yang ia lakukan pada pria itu.   ***   Arsen mendengar getaran pelan dari arah nakas ketika duduk di pinggiran ranjang memakai sepatunya. Nama Aldric muncul sebagai pemanggil di layar ponsel milik Fherlyn. Apa karena menunggu panggilan dari pria itu sehingga tengah malam saat Fherlyn terbangun mencari ponsel yang tertinggal di mobilnya? Di saat tubuh polos wanita itu berada dalam dekapannya dan pikiran wanita itu melayang memikirkan pria lain? Dengan geram, ia membanting terbalik ponsel Fherlyn. Pemikiran dan nama sialan yang membuat kepala serta matanya sakit. Membiarkan ponsel itu bergetar di nakas, Arsen berdiri sambil menyambar ponsel miliknya sendiri dan berjalan keluar kamar. Membanting pintu dengan keras.   ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD