Part 6

1048 Words
“Fherlyn tak ingin menikah dengannya, Pa.” “Kenapa?” Mulut Fherlyn terbungkam., tampak bimbang. Ia tak mungkin mengatakan alasan meninggalkan Arsen. Papanya tak pernah memaafkan seorang pengkhianat. Apalagi jika tahu Arsen berselingkuh dari putrinya. Keydo Ellard pasti akan melakukan segala cara untuk menghancurkan hidup Arsen, dan ia tak bisa membuat Arsen menerima akibat dari kecerobohan dirinya sendiri. Ialah yang membawa bencana ke kehidupan Arsen, tak seharusnya pria itu menanggung semua beban miliknya. Matanya terpejam ketika menatap kotak cincin berwarna hitam yang diserahkan sebagai sebuah lamaran dan salinan berkas hasil tes DNA Adara dan Arsen. Yang akan digunakan pria itu untuk mengambil Adara dari hidupnya. Fherlyn salah besar saat berpikir Arsen tak mengharapkan keberadaan putri mereka, tapi ia sangat yakin keberadaannyalah yang tidak diharapkan oleh pria itu. Lalu, bagaimana ia bisa begitu egois merangsek ke kehidupan Arsen lagi? Sebagai seorang istri? “Melanjutkan apa yang pernah tertunda di antara kami,” jawab Arsen saat papanya dengan tegas meminta alasan kenapa pria itu menikahi Fherlyn secara tiba-tiba begini, meski Fherlyn sudah melarikan diri dari pernikahan mereka empat tahun yang lalu. Arsen tak sungguh-sungguh ingin menikahinya. Pria itu hanya menggunakan namanya untuk kartu keluarga demi masa depan Adara. Tidak lebih dan tidak kurang. Dan mampukah ia hidup berdua dengan Arsen hanya sebagai ibu dari Adara, tak benar-benar menjadi seorang istri bagi Arsen Mahendra? “Bagaimanapun, Adara adalah putri kandung saya. Saya akan memberinya masa depan dan sosok seorang ayah yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya saat ini. Mungkin saya terlambat hadir di hidupnya, tapi saya jelas akan memperbaiki hubungan kami. Tanpa atau dengan Fherlyn di hidup kami.”Arsen mengucapkan kalimat itu dengan sinis, seolah ditujukan untuk menyindir Fherlyn yang telah menjauhkan Adara dari hidup Arsen. Dan bahkan berniat melenyapkan sosok Arsen di hidup Adara. “Papa benci mengatakan ini, tapi putrimu darah daging Mahendra. Dan papa yakin pria itu akan melakukan segala cara untuk merebut anakmu. Papa tak suka mempunyai cucu yang sulit ditemui karena sepertinya kekasihmu itu tak akan membiarkan kami melihat putrimu dengan mudah.” Keydo “Papamu benar, Fherlyn. Kami bahkan belum pernah bertemu dengan putrimu. Apa kau tega kami menghabiskan masa tua dengan merindukan cucu yang entah di mana.” Nada suara Finar melembut. “Apa dia memperlakukanmu dengan buruk?” Fherlyn menggeleng. Arsen selalu memperlakukannya dengan sangat baik. Saat ia bekerja maupun di saat mereka sedang berdua di apartemen atau hotel Arsen. Itulah sebabnya ia jatuh cinta kepada pria itu. Pria itu memeluknya dengan lembut di saat ia kedinginan dan kesepian. Selalu bersabar menghadapi kecerobohan-kecerobohannya. Hanya saja ... Fherlyn menginginkan lebih. “Apa dia berselingkuh darimu?” Kali ini nada suara Keydo menajam dan penuh selidik. Mata Fherlyn mengerjap cepat karena terkejut dengan tuduhan yang tepat pada sasaran, ia menggeleng dengan keras. Perselingkuhan adalah hukum mati bagi seorang Keydo Ellard. Lagi pula, hubungan Arsen dengan wanita mana pun tidak bisa dikatakan sebagai sebuah perselingkuhan. Ia dan Arsen tak memiliki hubungan apa pun saat itu. Tidak ada ungkapan cinta di antara mereka ataupun pernyataan yang menjelaskan hubungan macam apa yang tengah ia dan Arsen jalani. Kenapa pria yang ia cintai tak sesetia papanya? Fherlyn menyesalkan pertanyaan itu. Dan itu bukanlah pertanyaan yang tepat. Arsen tak  berkewajiban setia padanya mengingat ia bukanlah siapa-siapa di sisi Arsen. Mungkin Arsen memang satu-satunya pria baginya, tapi bagi Arsen, ia hanyalah salah satu dari sekian banyak wanita di hidup Arsen. Atau bahkan di ranjang Arsen. Fherlyn menyerap kata-kata itu di hatinya dengan pedih. Tidak bisa membayangkan tentang wanita-wanita lain yang menemani Arsen di ranjang. “Kami ... kami tidak saling mencintai, Pa,” jawab Fherlyn terbata dan semakin lirih. “Kau ditiduri oleh pria yang tidak kaucintai?” tanya Keydo tak percaya. Hatinya mencelos mengingat saat ia meniduri Finar, ia bukanlah pria yang dicintai istrinya. Tetapi, saat itu ia sudah menikahi  Finar. Melamar wanita itu secara baik-baik dan sedikit ancaman pada keluarga Finar. Setidaknya ia berada di jalur yang benar untuk meniduri putri kesayangan keluarga mereka. “Waktu ... waktu itu kami sedikit mabuk.” Fherlyn merasa tak nyaman membicarakan hal itu dengan papanya. Tapi membicarakan pada mamanya jelas akan membuat mamanya terkena serangan jantung. Putrinya yang polos ternyata bertingkah liar di luar sana. Cukup ia telah membuat mamanya tercekik setelah Arsen memberitahu mereka bahwa dirinyalah yang telah merayu pria itu. “Satu kali tidur dengannya tak akan membuatmu hamil, Fherlyn. Dan papa pikir kalian tak melakukannya hanya satu dua kali saja.” Fherlyn merona oleh rasa malu dan panas yang membakar wajahnya. “Sepertinya hanya Fherlyn yang mencintai Arsen.” Keydo mendesah panjang dan  berat. Mengulang kalimat putrinya tanpa daya. Ck, hanya putrinya yang mencintai? “Fherlyn hanya takut pada kalian. Kehamilan, lalu pernikahan, Fherlyn tak berani memberitahu mama dan papa kecerobohan besar itu di saat Fherlyn baru saja mencoba membuktikan pada kalian untuk bersikap mandiri. Fherlyn ... hanya merasa malu menatap wajah kalian.” Nada suara Fherlyn melirih. Finar menghela napas. Memeluk putri kecilnya dan mengelus punggung Fherlyn dengan mata mulai berkaca penuh kesedihan. Meski tubuhnya mereka sama besar dan sama tinggi, di matanya dan suaminya, Fherlyn tetaplah putri kecil mereka yang masih membutuhkan kasih sayang dan pelukan hangat mereka. “Lalu membawa lari anakmu dari ayahnya dan menyembunyikannya dari keluargamu sebagai jalan pilihan yang kauambil?” sindir Keydo semakin gemas. Mungkin ia memang selalu berkata kasar dan memarahi Fherlyn ketika putri kecilnya itu membuat masalah. Tetapi semua itu dilakukan semata-mata untuk kebaikan Fherlyn. Kekhawatirannya tak pernah berhenti saat memikirkan kedua anaknya, bahkan cenderung lebih besar ke Fherlyn mengingat begitu rapuhnya anaknya yang satu ini. Dan mendengar Fherlyn mengaku mencintai seorang pria arogan berengsek yang tak menyambut cinta putrinya, hati Keydo terasa diiris. Dadanya sesak dan merasa sangat lemah karena tidak becus melindungi putrinya dari penderitaan. “Kami orang tuamu. Tugas kami merawatmu tidak akan berhenti hingga kami berdua mati. Kami tak akan pernah meninggalkan, seberapa besar pun masalah yang kauhadapi,” bisik Finar. Berharap kegundahan putrinya mereda dan tak perlu lagi menahan beban itu sendirian. Lalu Finar menarik tubuhnya , merangkum wajah Fherlyn dengan kedua telapak tangannya. Menghapus sisa-sisa air mata yang masih membekas di wajah pucat itu. “Kau tahu kami menyayangimu, kan?” Fherlyn mengangguk. “Maafkan Fherlyn.” Finar menggeleng. “Semuanya sudah berlalu.” “Saat itu Fherlyn ... sangat kebingungan. Semua seolah mengejutkan Fherlyn dan Fherlyn belum siap memberitahu kalian.” “Lalu apa yang kauinginkan sekarang? Apa kau akan merelakan anakmu begitu saja?” tanya Keydo kemudian. “Tidak.” Air mata kembali menghujani wajah Fherlyn. “Fherlyn tidak bisa kehilangan Aara.” Keydo dan Finar mendesah panjang. Mengurut hidung memikirkan jalan keluar dari permasalahan ini. “Apa Fherlyn memang harus menikah dengan Arsen?” “Pikirkan baik-baik.” Finar meremas pundak Fherlyn. “Kami akan mendukung apa pun keputusanmu.” Fherlyn menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya dengan perlahan. Sebelum keputusannya berubah dan hatinya kembali bimbang. “Baiklah, Fherlyn akan menikah dengan Arsen.”   ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD