Bab 5 Kedatangan Sang Master

1063 Words
Claire beserta ibunya datang kembali ke rumahnya. Mereka menumpang dengan mobil putih yang ada. Kendaraan roda empat itu memang dibuat untuk mengantarkan para tamunya saat kembali ke rumahnya masing-masing. "Claire, kita berhenti diminimarket dulu ya. Bagaimana kalau kamu saja yang turun dari mobil dan membelikan yang mama tulis dikertas ini," "Baik," Sekitar lima belas menit, Claire keluar dari minimarket tersebut dengan membawa apa yang sudah didapatnya. Lalu Claire masuk kembali ke dalam kendaraan roda duanya. Ketika keduanya masih ada didalam kendaraan roda dua. "Claire, kamu sudah hubungi Bapak Dado?" "Maksud Mama?" "Iya, Pak Dado yang waktu itu kita minta tolong," "Belum," "Cepat, hubungi sekarang!"pinta mamanya "Oke," Claire menurut perkataan ibunya. Dia segera mengirim pesan sekaligus kepada Bapak Dado. "Pak, ada dimana?" "Ada apa?" "Adik saya mengamuk lagi, pak," "Kalau begitu saya nanti kesana ya," "Ditunggu ya pak," Mereka pun menuju ke rumah Claire. Sesaat ada sms masuk ke kotak masuk ponsel Claire. Claire membukanya segera. "Neng, ada dimana? Saya udah didepan rumah," "Masih dijalan pak, sebentar lagi sampe, pak," "Ok, cepat ya. Saya sudah dirumah," "Siap," Kini Claire beserta Jean serta pembantunya sudah berada didepan halaman rumah tuanya. Ketiganya keluar dari mobilnya. "Makasih ya, Pak Wisnu sudah mengantarkan kami,"tutup Claire penuh rasa bersyukur "Iya sama-sama," Claire beserta Jean turun dari mobilnya dan berjalan menuju halamannya. Claire melirik ke kanan dan ke kiri serta bertanya-tanya dalam hatinya. Dimanakah Pak Dado berada?Kok belum ada tampak tanda-tanda muncul disekelilingnya. Maka Claire menghubunginya kembali. Dia mengambil gawainya lalu mulai meneleponnya. "Pak, ada dimana?" "Kenapa?" "Kami udah dirumah, kok bapak enggak ada," "Oh, saya lagi beli rokok sebentar ya," "Makasih ya, pak," "Sip," Claire segera mematikan ponselnya dan masuk ke dalam rumahnya. "Gimana?"tanya mamanya panik. "Udah ditelepon. Katanya nanti Pak Dado bakalan dateng," "Oh, yaudah,"ceplos mamanya. "Mam, laper nih," "Kamu terserah ya mau masak apa,"ujar Jean "Aku bikin mie instant saja," Claire segera berlalu dari hadapan Jean dan mengisi perutnya sementara waktu. Tak lama Pak Dado datang ke rumahnya. Kemudian ia bertegur sapa dengan Jean. Claire sudah selesai mengisi perutnya maka ia kembali ke depan dimana Dado dan Jean sudah berkumpul dan sedang mengobrol ditempat duduk depan yang dibatasi dengan meja. "Bu, tadi apa yang terjadi?"tanya Dado "Tadi tuh kata pembantu kami, Hans mengamuk dan terdengar pecahan kaca serta gebrakan kursi," "Ada dupa gak?" "Iya, ada butuh berapa?" "Satu aja," "Bentar ya,"tahan Jean Jean bangkit dari kursinya dan membuka lemarinya yang terletak dekat dengan kursinya. Dia mengambil kardus berisi beberapa puluh dupa. "Butuh berapa pak?"tanya Jean kepada Dado "Satu cukup, bu,"tandasnya "Oh, ini,"tuturnya sambil memberikan satu buah dupa kepadanya. Dado menerima sebuah dupa dan menyalakan api diatasnya. Kemudian mulut Dado berkomat-kamit dengan tangan yang memegang dupa tersebut. Asap itu berhembus disekitar mereka bertiga. Dado menutup matanya dan berkomat-kamit. Sesudahnya ia memberitahu Jean. "Bu," "Gimana pak?" "Itu anaknya lagi berada ditempat jemuran ya," "Iya, ada memang lokasi itu diatas," "Oh, kok bapak tahu," "Ya, saya tadi lihat," "Oh, tapi anak saya aman kan pak?" "Iya, tenang saja," "Bapak mau ngopi dulu apa makan?"tawar Jean lembut. Saat Dado belum menjawabnya. Tak lama datanglah Mark dan memasuki pintu rumahnya lalu menyalami Dado. "Udah lama pak?"tanya Mark "Belum kok," "Mau ngopi dulu?"ulang Mark "Boleh. Repot-repot ini," Jean bangkit dari kursinya dan segera membuat kopi untuk Dado dan juga temannya. Memang Dado dan temannya menemani mereka hingga malam. Namun keduanya tak menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Mark penasaran apa yang terjadi dengan anak lelakinya. Kebetulan Jado sedang mampir dirumahnya. Maka ia menaiki anak tangga dan mengecek apa yang terjadi dengan rekannya yang sedang berada dirumah. "Jony, kita ke atas yok,"ajak Mark kepada Jony selaku anak buahnya "Ayo," Jony dan Mark naik ke lantai atas hanya berdua. Sesampainya diatas Mark memberikan aba-aba kepada Jony. "Jony, tolong bereskan pecahan kacanya ya,"pinta Mark "Mana sapu dan untuk tempat menaruh sampahnya?" "Sebentar saya ambilkan dulu,"tepis Mark Perlahan Jony memunguti pecahan kaca yang retak. Kaca tersebut berasal dari sebuah bingkai foto keluarga dan juga dari bingkai foto adiknya ketika dia sedang mengadakan sarjana. Mark pun datang dengan membawa sapu dan tempat untuk pengumpulkan sampahnya. Jony menyapu dan memasukkan pecahan kacanya ke dalam serokan. Lalu ia mengumpulkan dan memindahkannya ke dalam plastik hitam yang sudah Mark ambil. Sekitar setengah jam mereka berada dilantai atas. "Udah beres ya, Mark,"tutur Jony sambil membersihkan kedua tangannya. Mark mengangguk. Namun ia masih tetap berada dilokasi kejadian. Dia mengecek lagi apakah masih ada pecahan kaca yang dilantai itu. Terlihat kilap bentuk pecahan kaca kecil yang masih bercecer diatas lantai. Mark menyapu sisa-sisa pecahan yang masih ada dan mengumpulkan serta menaruh ke serokan yang ada. Sesudahnya ia membawa peralatan kebersihannya ke tangga dan berjalan ke bawah. Teng, teng, teng Terdengar dentingan bunyi tangga rumah. Mark turun dari tangga serta dengan tatapan Jony yang terpancar dari bawah tangga rumah tersebut. Jean yang melihat Mark turun langsung menghampirinya. "Gimana diatas keadaan?" "Tadi pas ke atas tuh banyak banget pecahan kaca," "Ada dimana aja?" "Didalam kamar sama diruang tivi," "Emangnya banyak banget ya, pi," "Lumayan, kita harus hati-hati ya kalau nanti ada dilantai atas. Papa khawatir kalau ada kaca kecil yang masih ada meskipun papi sudah bersihkan," "Iya," Jean penasaran dengan anaknya maka ia bertanya lagi kepada Dado. "Itu nanti malam anak saya aman gak pak?" "Tenang saja, asal sediakan makanan. Dia itu lapar sebenarnya tapi gengsi," "Iya, siap pak, tapi Hans tidak membahayakan kami yang dirumah?" "Dia mah enggak mungkin nyakitin orang rumah kok, bu. Dia seperti itu karena depresi bu. Dia kecewa dengan dirinya kenapa bisa gagal dalam berkarier. Coba nanti disuruh kerja aja siapatahu sembuh,"saran teman Dado. "Iya sih," Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dado melirik ke jam tangannya. "Saya mau pamitan dulu ya kalau begitu," "Oh, ya. Makasih ya, pak," "Kalau ada apa, telfon dan sms ya," "Tapi saya sama Claire masih khawatir dan takut kalau nanti malam dia berlaku yang aneh-aneh,"cemas yang bercampur panik. "Hmmm,,, kalau enggak ibu dan keluarga bisa berlindung ditempat saya bekerja. Saya kebagian tugas malam dua puluh empat jam,"pesannya "Makasih ya, pak, ini ada sedikit buat bapak,"katanya sambil menyisipkan amplop putih ke tangan Dado. "Aduh ini apaan bu?" "Buat jajan aja," "Gak usah bu, saya ikhlas bantunya," "Buat bapak saja," "Yasudah, nanti kabari ya bu dan bapak kalau ada kejadian apa. Jadi saya bisa bantu,"tutupnya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD