Claire dan Jean mencari cara serta solusi dengan berbagai orang pintar dari segala penjuru untuk menghilangkan emosi dan amarah yang meledak-meledak dari seorang Hans.
"Gimana ada gak?"sahut Jean lewat telepon kepada saudaranya.
"Hmmm, nanti jumat besok kita datang ya ke rumah Kak Jean,"jawab Kenny.
"Yaudah ditunggu ya,"
"Siap,"
"Makasih ya, Kenny,"
Jean menutup telepon genggamnya dan meletakkannya dimeja. Kemudian dia kembali ke dapur untuk memasak hidangan makan malamnya.
Tibalah malam jumat kliwon. Kenny beserta ketiga temannya pun datang ke rumah hunian Mark dan keluarganya. Jean serta Claire serta Mark sudah menunggu kedatangan Kenny dimalam itu.
"Gimana dijalanan macet gak?"kata Jean
"Tadi doang dijalan macet terus hujan sebentar,"
"Oh, hujannya berhenti?"
"Iya,"
"Silahkan masuk, duduk dulu,"ajak Jean
Kenny bersama teman-temannya masuk ke rumah tua itu dan duduk dikursi yang sudah disediakan.
"Jadi mana anaknya?"tanya Kenny kepada Jean.
"Tadi udah naik ke atas. Kayaknya dia ke kamarnya,"
"Itu awalnya kenapa bisa marah-marah?"
"Awalnya begini,,,"kata Jean sambil bercerita tentang anak bungsunya.
"Oh, karena hal sepele ya,"
"Saya harus gimana?"
"Andri, mana air yang tadi udah dimobil?"pintanya
"Bentar saya cek dulu,"hindarnya sambil beranjak keluar dan menuju ke mobilnya.
Andri membuka pintu mobil dan mencari botol yang sudah berisi air. Kemudian ia membaca botol tersebut kepada Kenny. Setelah dia berada didalam ruang tamu rumah yang tua itu. Kedua tangan Andri menyerahkan dua botol air kepada Kenny.
"Yang ini saja?"
"Iya,"
Kenny mengambil dua botol air berukuran besar dan meletakkannya ke meja dekat Jean serta Mark berada.
"Nanti Kak Jean kasih air ini aja ya,"tunjuknya
"Airnya diminum apa gimana?"
"Kak Jean, bisa taruh dibak kamar mandi yang ada airnya atau airnya dicampurkan dengan minuman lain,"
"Gitu ya,"
"Yang penting ini harus masuk ke dalam badan dia. Biar dia gak marah-marah,"
"Makasih ya, Kenny,"tutup Jeany
"Sekarang udah tidur Hansnya?"
"Dia ada diatas sih. Mau keatas?"tawarnya
"Boleh. Cuma pas tadi ke sini tuh godaannya banyak. Dari mulai hujan terus pas masuk sini mual pisan pengen muntah gak kuat,"
"Mau ke atas sama siapa?"
"Sama temen Kenny aja,"
Akhirnya Kenny beserta salah satu temannya menaiki anak tangga. Keduanya berjalan menuju ke kamar Hans. Kenny membuka pintu kamarnya dan menghampiri Hans.
Kenny menyapanya,"Kaka Hans, sudah tidur?"
Hans malah menarik selimutnya dan menutupi wajahnya seolah dirinya merasa malu dan tak ingin ditemui. Lalu Kenny duduk didepan pintu kamarnya sambil mencipreti sekitar kamarnya dengan air yang dibawanya hingga depan kamarnya. Kenny sengaja melakukan hal itu agar meredam keadaan sekitar Hans menjadi aman dan suasananya lebih baik. Sekitar satu jam Kenny duduk dikursi belum ada tanda-tanda apapun dari Hans. Tak ada perubahan sama sekali. Maka dari itu Kenny beserta Andri memutuskan untuk menuruni tangga yang cukup panjang. Perlahan-lahan mereka turun dari tangga dan menemui Jean serta Mark yang sedang duduk dikursi dekat dengan meja.
"Udah beres?"tanya Jean padanya.
"Tadi saya udah tebarkan air disekitar kamar dan depan pintunya,"
"Makasih ya,"
"Sama-sama,"
"Andri, kita balik sekarang aja ya,"
"Yaudah, makasih ya, Kenny,"
"Kalau begitu kami pamit pulang dulu ya,"
"Hati-hati dijalan ya,"
Kenny bersama Andri berjalan keluar menuju pintu utama dan Jean melambaikan tangannya serta menutup pintu rumahnya. Kenny beserta Andri dan istrinya masuk ke dalam mobil yang memang dibawa olehnya. Seketika mobil mereka pun menghilang dari hadapan rumah Jean dan Mark.
"Untung ada Kenny ya,"ceplos Jean kepada Claire.
"Ya, jadi botol airnya taruh dimana?"
"Mam taruh dilemari,"
"Kita harus waspada dan hati-hati,"
Sesudahnya Jean membereskan gelas-gelas kaca yang bekas kopi serta beberapa air mineral yang didalam gelas. Dia juga merapikan meja serta kursi yang berantakan diatas lantai sebelum suaminya memasukkan mobil ke dalam rumahnya.
Saat ketiga anggota keluarganya menaiko anak tangga. Situasi diatas sudah sangat sepi sekali. Rupanya Hans benar-benar sudah tertidur dan terlelap. Pintunya tertutup rapat. Hanya terdapat banyak percikan didepan rumahnya.
Malam itu Claire ingin menulis bab lanjutan dari sebelumnya. Claire mengetik cukup panjang. Biasanya dia membuat sebuah bab didalam agenda yang terdapat didalam gawainya. Saat Claire menulis, ibunya menghampiri dirinya.
"Jean, kamu belum tidur?"
"Masih ada yang harus dikerjain nih, ma,"
"Oh, gitu,"
"Lagi nanggung dikit lagi,"
"Jangan kemalaman ya kamu tidurnya,"
"Iya, mama sayang,"
Mamanya malah menuju ke kamar mandi dan menuangkan sedikit air dari botol yang diberikan oleh Kenny. Jean meletakkan cairan bening ke dalam bak air kamar mandi yang sudah terisi air sangat banyak.
Kemudian Jean pun keluar dari tempat pembasuhan dan kembali ke kamarnya sambil membawa botol yang berisi seperempat air didalamnya.
"Habis ngapain?"
"Ini naruh air di bak,"
"Oh, gunanya buat apa?"
"Kata Kenny ini biar Hans gak marah dan ngamuk sama kita,"
"Ya udah,"
Malam itu mereka pun tidur. Sesudah hari itu Hans memang sudah berkurang marahnya namun sesekali terkadang emosinya suka bangkit dan mereda. Dia bisa kesal dan emosi tapi tidak berani lempar barang ataupun marah-marah lagi. Claire merasa senang dan bersyukur karena Hans mulai terkendali.
Namun hari itu...
"Duh, bosen,"keluh Hans
"Yaudah lu olahraga atau melukis juga jalan-jalan,"
"Males, dingin cuacanya,"tolaknya halus
Cuaca hari itu memang sangat dingin karena baru saja turun hujan saat dipagi hari. Jean lupa membelikan makanan kesukaan Hans. Hans yang habis dari ruang makan langsung menekuk wajahnya dan memasang tampang jutek sekali seperti singa yang kena tegur oleh pawangnya. Jean dan Claire saling berbisik.
"Hans jutek banget ya, mukanya kek gitu,"
"Iya, aman gak ya?"
Belum saja mereka selesai bicara Hans mulai membuat keributan. Dia menonjok sebuah pintu yang terbuat dari papan dan terdengar gema papan itu.
Sesudah itu Jovella menulis novelnya kembali. Jovella heran apakah ia salah menulis sehingga membuat adiknya kembali lagi kepada situasi yang semula, mudah emosi dan marah yang meledak seperti bom dan dinamit yang diledakkan saat mereka ke medan perang. Bila Hans sudah mengamuk seperti itu pastilah anggota keluarga yang lain ketakutan terutama Jean.
"Mam takut,"jujurnya
"Udah tenang aja coba, mam,"
Saat itu muncullah dering telepon dari gawai Jean.
"Mam, itu angkat teleponnya,"
"Oh, bunyi ya?"
"Buruan ma, barangkali penting!"
Jean mengangkat teleponnya.
"Hallo?"
"Gimana Kak udah ada kemajuan?"
"Mendingan cuma karena hal sepele Hans bisa emosi dan marah lagi,"keluhnya.
"Tapi dia gak banting gelas pecahan kaca lagi kan?"
"Enggak sih,"
"Yaudah yang penting aman dulu,"
Kenny segera mematikan teleponnya. Setelah Jean mendapatkan air itu satu sisi dirinya merasa senang. Disisi lain dia juga merasa panik dan khawatir. Karena itu semua bergantung dengan air mineral yang berada didalam botol. Sebab air bening itulah yang menjadi penentu dan mengendalikan keadaan anaknya sekaligus adik dari Claire.