Bab 16 All about Hans

1217 Words
Jean merasa sangat senang karena ia mendengar hal yang membuat hatinya senang. Maka ia pun membuat laporan kepada Claire. "Claire, mama seneng banget deh," "Kenapa?" "Kemarin Hans ada kepikiran. Dia itu mau pake kartu," "Maksudnya kartu apa?" "Kartu provider," "Bagus lah kalau begitu," "Berarti kan dia ada kepikiran mau berkomunikasi dengan orang kan," "Ya," Sesudah hari itu mereka tampak senang dan santai dalam menghadapi kehidupan. Keluarga itu berjalan-jalan ke supermarket. Mereka berbelanja berdasarkan kebutuhannya masing-masing. Semuanya terasa aman dan damai. Hans membawa tiga buah masker bermerek tertentu dan membawanya ke Jean. "Untuk apa masker?"tanyanya "Buat dijual," "Oh, harganya berapa?" "Sepuluh ribuan," "Ok," "Uangnya nanti aku kasih, ma," Hati Jean girang bukan main karena melihat ada perubahan pada anaknya. Ini adalah suatu awal yang baik untuk ke depannya. Claire mengira semuanya sudah berakhir dan baik-baik saja. Namun sesuatu hal terjadi. Disiang hari yang cuacanya banyak angin dan cukup mendung. Hans ingin berjalan keluar menuju minimarket. Namun terjadi hal diluar dugaannya. Sesudah Hans kembali dari acara berbelanjanya. Hans turun ke tangga dapur dan berencana ingin memasak. Saat itu Mark menyusulnya dan ingin menyapu serta membersihkan lantai karena makanan yang berserakan. "Jangan disapu!"kata Hans Mark tetap bersikeras dan tidak mendengarkannya. Dia melakukan apa yang menjadi keinginannya. Maka Hans mengambil sapu dan melemparkan ke arahnya. Lalu Mark lari dengan terbirit-b***t ketakutan. Untunglah Mark masih dalam keadaan selamat. Jean dan Claire sedang berada diruangan lain. Mereka mendengar ada suara keributan dari arah dapur. Namun Jean mengira itu adalah suara pertengkaran. Kemudian tidak hanya disitu saja. Hans melemparkan barang lainnya diruang televisi. Prang....prang.... Terdengar suara piring berjatuhan dan berantakan. Maka Mark, Claire dan Jean segera cepat berlari ke luar rumah. Mereka berdiri di halaman rumahnya untuk melindungi dirinya. Mereka bersepakat untuk bertahan disana. Hans berjalan ke ruang depan dan melemparkan gelas yang suka dipakai oleh Mark ke lantai dan ia menutup pintu rumahnya secara paksa. Kemudian Hans menutup lagi pintu ruang bawahnya. Dirinya seperti tidak ingin diganggu oleh orang yang menjadi anggota keluarganya. Hans mengisi perutnya dengan membuat mie instan dan menggoreng telor. Hans memakannya dengan nikmat sambil memindahkan channel televisi. Keadaan ketiga anggota keluarganya diluar rumah. "Ma, kita sementara waktu diluar rumah dulu," "Iya," "Ayah sini, jangan dekat pintu," Mark menggeser tubuhnya. Jean masih merasa ketakutan karena ia takut dengan sikap beringas Hans yang mendadak berubah seratus delapan puluh derajat. "Udah gak usah takut,"kata Claire menenangkan ibunya "Iya," "Kan dia nyerangnya ayah. Jadi kita tidak usah takut," Jean mengangguk. Maka Claire penasaran apa yang membuat ayahnya sehingga diserang dan dihujani barang terbang oleh Hans. "Tadi papa lagi ngapain sih sebenarnya?" "Awalnya papi kan ke dapur gitu mau nyapu karena lihat lantai itu kotor banget, takut nanti Hans ngomel," "Terus?" "Hans bilang jangan sapu tapi ayah tetap menyapu. Terus Hans lempar barang ke arah ayah. Ayah lari kabur ke depan. Tapi dia masih aja lempar barang diruang tengah,"ceritanya panjang "Lagian papa udah dibilang jangan malah lakuin ya dia ngamuk. Ibarat macan lagi tidur papa bangunin," "Ya sih," "Nanti kalau dia ada dibelakang mau papa atau siapapun jangan temenin dia. Biarin dia sendiri," "Kenapa?"tanya Mark "Aduh, malah tanya lagi. Dia mending kita diamkan dan sendirian. Karena lagi zona danger lagi. Yang paling aman ya cuma itu aja,"jawab Jean panjang "Iya bener, karena dia lagi gak pengen diganggu," "Mama ngerasanya dia tuh kaya gak kenal sama anggota keluarganya," "Aku juga mikir gitu. Ini yang masuk ke dalam dirinya itu Lolo," "Apa itu Lolo?" "Jenis enemy yang mau menghancurkan masa depan kita ma," "Bentuknya seperti apa?"tanya Jean penasaran "Wanita tapi dililit ular," "Kayaknya kemarin dia bisa begitu karena lewat pohon besar deh," "Bisa jadi masuk," "Tapi nanti keluar kan kalau misal Hans tidur," "Tergantung ada yang mau pergi ada yang tinggal, kita lihat saja," "Mudah-mudahan udah keluar ya," "Ya,"tutup Claire Mereka pun masuk ke dalam rumah dari pintu gerbang sebelahnya. Untung saja pagar itu tidak dikunci jadi mereka bisa menembus dari sebelah sana. Tampang wajah Jean dan Mark masih sangat cemas dan takut. Keduanya tampak shock dan panik karena mengingat. "Udah coba jangan ketakutan gitu. Tenang masih manusia kan dia?" "Iya sih," "Kita kan bertiga nih lawan satu. Harusnya kita menang. Kalau dihitung nih tiga iman manusia lawan hantu pasti menang," "Oh, gitu," "Iya," "Ayah mau pergi dulu kalau begitu," "Kok papa pergi?" "Iya mau ada urusan," "Baiklah kalau begitu," "Hati-hati," Claire langsung menghubungi beberapa orang yang diminta tolong untuk mendoakan adiknya, Hans. "Ya, kita akan bantu doakan,"sahutnya "Baik, kami bantu," "Terimakasih ya," Claire memberitahu kepada Jean apa yang diperbuatnya. "Syukurlah kalau mereka mau bantu kita ya," "Ya, sampai berapa orang ini lebih dari satu," "Ada aja orang baik," Mark pergi dari rumah. Kini tinggalah Ibu dan anak yang berada dirumah tersebut. Keduanya duduk dibangku yang sama. Jean meneteskan air mata. Claire menyadari ibunya menangis. "Sudah jangan nangis, mam. Nangis juga ga selesaikan masalah. Gak usah takut, tenang kan kita ada yang jagain malaikat," Jean menghapus air matanya yang berjatuhan diwajahnya. Usai Jean menghapus air matanya lalu datanglah Hans secara misterius. Hans mendatangi Jean dan mengajaknya bicara. "Ma, ini nanti isi kuota ya hapenya. Kuotanya udah mau habis sama pulsa juga,"pintanya "Ya," Tanpa angin dan hujan. Hans langsung menuduh Jean mendadak. "Mam nyalain tombol ini ya dari semalam?" "Enggak," "Soalnya dari semalam ini nyala terus. Gak mungkin kalau gak ada yang nyalain,"omelnya ingin memancing emosi "Mama kurang tahu,"elaknya "Udah aku off disana," "Makasih ya Hans," Setelah itu malam pun tiba. Hans seperti tidak mengenal keluarganya. Dia juga makan malam dijam yang sangat larut. Jean merasa ini bukan Hans. Hans yang normal biasanya dalam keadaan sehat itu makan disiang hari dan selalu membuka kulkas serta cerita. Jean merasa ada sesuatu yang asing masuk ke dalam tubuh anaknya. Hans turun sebentar dan mengambil makanannya lalu ia naik ke tangga lantai atas dan makan sendirian disana. Saatnya mau jam tidur. Ayah, ibu dan anak itu masuk ke kamarnya. Karena kondisi belum kondusif maka Claire memilih tidur dikamar kedua orangtuanya yang terdapat dua kasur. Satu kasur untuk orangtuanya. Kasur lainnya kosong. "Aku tidur disini ya," "Yaudah," "Harusnya pintunya ditutupi dulu jadi kalau Hans masuk itu kedengaran," "Gak apa-apa," "Kemarin harusnya mama jangan bilang ke Hans soal Claire dapat kerjaan baru. Mentalnya dia terluka. Sekarang dia kayak gini itu balik lagi ke tahap awal kaya dulu dia kena depresi. Mama bilang ke dia itu sebelum Hans pergi keluar kan?" "Iya," "Mungkin mama nangkepnya Hans biar mau cari uang tapi Hans nangkepnya aku banyak uang dan mau merongrong. Dia jadi keenakan ma dan mentalnya dia terluka dan minder. Percaya diri dia itu sangat rendah. Dia pasti ngerasa gak berguna," "Mama salah sih," "Atau kita buang aja dia. Habisnya dia nyusahin hidup kita ma," "Jangan kita kan harus bersabar sama dia," "Cuma capek kaya gini lagi circle life berulang. Mau sampe kapan dia begitu?" "Mama juga gak bisa jawab," Satu persatu dari mereka pun tertidur dan benar saja feeling Mark. Hans masuk ke kamarnya dan membuka pintu dengan cepat. Dia mengambil minyak telon dan mengusapkan pada bagian tubuh yang terasa gatal. Tubuhnya mendadak gatal-gatal. Lalu dia pun keluar dari kamar tersebut. Jean dan Claire tak dapat memejamkan mata. "Kayaknya ini efek dari kita pasang bunyi yang usir hantu itu deh," "Masa sih," "Tiap kita abis pasang itu dia langsung reaksi gatal kan,"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD