SB - 06

1812 Words
Aku sedang fokus memperbaiki proposal di laptop saat beberapa senior memasuki ruang rapat. Ada K' Tana di sana. Dia dan senior lain mengambil tempat di kursi bagian belakang. Vano menjelaskan beberapa hal yang perlu diketahui oleh SC. Kemudian aku tunjukkan perubahan yang diminta oleh Dosen Pengawas pada senior-senior ku itu.  Mereka memberikan pendapat mereka. Mungkinkah ini hari keberuntungan karena mereka tak banyak berkomentar? Biasanya akan terjadi perdebatan yang kemudian akan membuat kami panitia inti sakit kepala.  "Baiklah." Aku mengangguk mengerti. Semoga semua ini cepat selesai. Aku rasanya ingin jalan-jalan begitu semua kegilaan ini berakhir. Sabar, Tarin. Sabar sebentar lagi.  Ting!  Aku meraih ponsel di samping laptop. Ada pemberitahuan yang masuk. Senyumku pasti sumbringah sekali sekarang. Ya, itu pemberitahuan dari sebuah aplikasi keuangan. Gaji bulananku sudah masuk. Rasanya bahagia sekali. Setidaknya kesalku tadi sudah lenyap berganti dengan keberuntungan ini.  "Tarin.." panggilan itu menarik paksa aku dari euforia angka di akun bank ku.  "Iya, Kak?"  "Nanti tolong kirimkan softcopynya ke email atau w******p ku."  "Baik, Kak."  "Aku rasa sudah tidak ada yang perlu kami tambahkan lagi. Persiapan kita sudah hampir selesai. Kalian tetap semangat dan semoga apa yang sudah kita usahakan ini tidak berakhir dengan sia-sia."  Semua orang mengaminkan. Aku kembali melirik ponselku. Aku masih bahagia karena nominal di akun bank ku.  Seluruh SC meninggalkan ruangan. Aku mengirim proposal tadi pada SC. Setelah memastikan tak ada pekerjaan lagi, aku mematikan laptop.  "Tarin.."  "Iya, kenapa?" Aku memasukkan laptop ke dalam tas. Vano kemudian memberikan sebuah coklat padaku. Jelas saja aku menaikkan alis.  "Ini apa? Aku tidak sedang berulang tahun."  "Memangnya memberi sesuatu hanya diperbolehkan saat berulang tahun?"  Aku menggeleng. Sebenarnya gelengan tidak tahu.  "Aku hanya ingin memberikannya." Vano tersenyum. Lalu dalam gerak kilat yang tak sempat aku hindari—Vano mendaratkan telapak tangannya di puncak kepalaku, lalu menggosoknya pelan.  Hah?  Apa itu barusan?  Vano kemudian meninggalkan ruangan.  "Tarin, kau dan Vano sedang pedekate ya? Atau kalian sudah pacaran?" Pertanyaan dari teman panitia yang ternyata masih ada di ruangan, berhasil membuat aku tersadar. Aku hanya bisa mengerjapkan mata beberapa kali.  Harusnya aku berbunga-bunga, kan, jika diperlakukan seorang pria begitu? Iya kan?  Harus aku akui kalau Vano ini laki-laki yang baik. Mungkin...  "Kalian cocok. Tapi akan ada banyak gadis yang patah hati. Tau kan kalau Vano idaman di TekLing?" Ya aku tahu. Seseorang beberapa kali mengingatkan aku tentang itu. Huh. Mengingat dia membuat mood ku kembali turun.  Aku meninggalkan ruang rapat. Langkahku terhenti saat melihat K' Tana sedang memainkan ponselnya, bersandar ke tembok pembatas. Ia langsung memasukkan ponselnya begitu melihatku. Apa dia sedang menungguku?  "Sudah selesai?" Dia bertanya.  "Ada apa?"  Tidak seperti tadi, kini dia menyunggingkan senyumnya.  "Kau sudah tidak ada kelas kan?"  Aku menggeleng.  "Ayo.."  "Mau ke mana?"  "Makan."  "Aku sudah makan."  "Makan es krim."  Aku tak serta-merta mengikuti langkahnya.  "Ayo, tunggu apalagi?" Dia memandangiku dengan raut bingung.  Manusia satu ini. Rasanya ingin sekali aku melempari kepalanya dengan tas berisi laptop ini. Aku menghela napas dan akhirnya luluh. Harusnya aku melempar kepalaku sendiri.  "Aku bawa mobil hari ini. Kita—"  Perasaanku tak enak. Apa dia akan mengajak Nayna juga? Hm, sudah pasti dia akan mengajak Nayna.  Drtt.. ponselku bergetar. Aku melihat siapa yang menelfonku.  "Vano. Halo Van, ada apa?"  Aku melihat Vano dari kaca depan mobil. Laki-laki itu celingak-celinguk entah mencari apa.  /kau di mana?/  Aku akhirnya keluar dari mobil, melambaikan tangan pada Vano. Ia bergegas menghampiri mobil K' Tana. Sebelum berlalu Vano sempat melambaikan tangannya sekilas pada K' Tana yang dibalas K' Tana dengan senyum tipis. Aku masuk kembali ke dalam mobil.  "Dia kenapa?"  "Apa?"  "Sejak kapan kau selalu balik bertanya ketika aku bertanya?"  Aku sontak saja menoleh. Aku pandangi K' Tana dengan ekspresi—entahlah—aku juga tidak tahu ekspresi ini disebut apa. Tapi aku bingung.  "Aku selalu begini. Memangnya biasa aku bagaimana?" Kenapa dia jadi aneh? Apa terjadi sesuatu saat di Bali?  "Apa kepalamu terbentur sesuatu saat di Bali?" aku bertanya lagi.  "Kau pikir aku sebodoh itu sampai kepalaku bisa terbentur?"  "Aku tidak mengatakan kau bodoh. Memangnya jika kepala seseorang terbentur itu artinya dia bodoh?"  K' Tana menatapku datar.  "Kau masih marah karena aku tidak memberitahumu kalau aku ke Bali? Atau kau masih marah karena aku tidak membelikan apapun?"  Hah?  "Kenapa jadi ke sana? Aku tidak mengatakan apapun soal itu. Kau ke Bali kan hak mu. Kau tidak ada kewajiban untuk memberitahuku."  Faktanya begitu. Meski hatiku berkata lain. IYA AKU MARAH. AKU KESAL SEKALI. DASAR MANUSIA TIDAK PEKA. TIDAK PUNYA PERASAAN.  K' Tana bergerak ke samping kanannya. Badannya yang besar membuat aku terkesiap karena gerakannya terlihat seolah ia akan menyambarku. Tapi ternyata K' Tana menjulurkan badannya ke jok belakang, entah melakukan apa. Tiba-tiba sebuah paper bag ukuran besar ia letakkan di atas pangkuanku.  "Ini ap—a?" Aku terkejut melihat isi paperbag itu. Ada banyak sekali cemilan dan kue. Ada juga sebuah kotak berwarna navy, tanpa pita.  "Ini untukku?"  "Memang untuk siapa lagi?" K' Tana merespon dengan ketus. Oke, dia sepertinya benar-benar kesal padaku.  Tunggu dulu..  "Ini benar-benar untukku? Ini—"  "Iya Talinnn astaga. Itu untukmu. Apa aku akan memberikan milik orang lain padamu? Kau tidak suka dibelikan barang atau apapun. Makanya aku membelikanmu oleh-oleh makanan."  Aku tidak sedang bermimpi kan? Tapi rasa gelenyar di perutku terasa nyata sekali. Apa kupu-kupunya sudah beterbangan sekarang?  Aku membuka kotak navy itu. Sebuah gelang. Simple dan tidak norak. Aku suka.  "Ini juga untukku?"  "Jika kau bertanya sekali lagi, aku akan menjualmu di platform belanja online."  "Kau tega menjualku?" Aku pasti tersenyum sekarang. s****n. Bodoh. Tapi aku tidak bisa bohong. Aku bahagia sekali. Dadaku rasanya akan meledak sebentar lagi. Cemilan dan kue di dalam paper bag ini pun merk-merk cemilan yang biasa aku beli. Atau setidaknya aku mengenal merk nya. Aku cenderung tidak memakan cemilan jika aku tidak mengenal merknya. Aku tidak terlalu suka mencoba hal baru, apalagi jika itu jajanan kemasan begini. Trauma karena aku pernah memakan cemilan rasa bensin.  "Tapi entah siapa yang akan membelimu. Aku rasa tidak akan ada yang mau membelimu."  Aku mencebikkan bibir cuek.  "Apa kita sudah bisa pergi sekarang?" dia bertanya. Aku mengangguk.  "Tidak mengajak Nayna?" tanyaku.  Karena suasana hatiku sedang baik, jadi aku tidak masalah jika Nayna ikut. Aku akan abaikan cemburuku untuk sekarang.  "Tidak."  ...  Lama mengenalnya, kadang aku masih tak mengerti apa yang K' Tana pikirkan. Kadang dia terlihat seperti seseorang yang sangat simple. Tapi kadang dia terlihat sangat rumit. Jalan pikirannya sulit sekali ditebak.  Seperti kemarin dia mengajakku makan es krim tanpa Nayna. Dia bahkan mematikan ponselnya. Alasannya sih baterai ponselnya tinggal sedikit. Tapi saat kami berpisah, aku mengirim pesan padanya dan dia langsung membalasnya.  "Kalian bagi sendiri kelompoknya. Jangan lupa kumpulkan minggu depan. Aku tidak akan memaafkan siapapun yang tidak mengerjakannya. Satu lagi, persiapkan bahan presentasi sebaik mungkin. Rian, kalau kau berpikir membuat power point dengan tema plain lagi, tidak perlu masuk ke kelasku."  Kami semua tertawa.  "Selamat berakhir pekan."  "Terima kasih Prof."  "Tal, kau sudah ada kelompok?"  "Belum."  "Dengan kami?"  "Oke."  "Baiklah."  "Aku juga ingin bergabung dengan kalian.." Boby menghempaskan pantatnya di kursiku. Tubuh berisinya hampir menghimpitku.  "Maaf tapi kami sudah full."  "Hey jahat sekali."  "Ini baru berempat."  "Arga dengan kami."  "Kalian kejam. Arga tidak hadir kenapa memasukkannya?"  "Kau seperti tidak tahu saja. Arga mana bisa dipisahkan dari mereka," seorang teman lainnya menimpali. Boby mengerucutkan bibirnya.  "Sudah kau dengan kami saja. Jangan banyak pilih."  Aku geleng-geleng melihat teman-teman sekelasku ini. Mereka ini lucu-lucu sekali.  "Tal, ada yang mencarimu."  "Siapa?"  "Vano."  "Oh.." aku segera bangkit, merapikan buku-bukuku ke dalam tas kemudian menghampiri Vano yang menunggu di depan pintu. Hari ini aku dan Vano ada pertemuan dengan Dosen sebagai finalisasi proposal. Setelahnya kami harus rapat lagi untuk persiapan pengurusan lokasi besok pagi. Hmm akhir minggu yang melelahkan.  Pertemuan dengan dosen berjalan lancar. Akhirnya proposal kami diterima tanpa ada perubahan lagi. Aku dan Vano sama-sama berseru lega. Perjuangan yang tak sia-sia. Semakin cepat ini selesai semakin cepat juga aku bisa bersantai. Jika bukan karena K' Tana, mungkin aku akan berpikir ratusan kali untuk mengikuti kegiatan ini sebagai panitia inti. Dia yang memasukkan namaku tanpa bertanya. Saat mendapat surat undangan rapat, di saat itulah aku tahu kalau aku masuk menjadi panitia inti.  Ting!  Carbo g**g.  Naynaracl : apa ini bagus??  Naynaracl send a picture.  Aku membuka ruang chat karena penasaran dengan foto yang Nayna kirim. Sebuket bunga mawar. Wow, melihatnya saja aku sudah tahu bahwa itu bunga pernyataan cinta. Warna merahnya merekah dengan luar biasa.  Tallinn21 : bunga dari siapa?  Naynaracl : coba tebak?   Nayna tersenyum sangat sumbringah begitu. Apa seseorang memang baru menyatakan perasaan padanya? Aku tidak tahu kalau Nayna sedang dekat dengan seseorang.  Tunggu dulu.. kenapa perasaanku tak enak begini? Bunga itu tidak dari—  Tanakatan : bunga yang bagus. Sepertinya mahal  Bukan dari K' Tana? Apa dugaanku salah?  Ting. Sebuah pesan masuk lagi. Tapi kali ini private chat, bukan group kami.  Tanakatan : Kau di mana?  Tallinn21 : rapat. Ada apa?  Tanakatan : tidak dengan Nayna?  Dia gila. Aku rapat bagaimana bisa ada Nayna?  Tanakatan : apa Nayna sedang dekat dengan seseorang?  Deg. Apa ini alasan perasaan tak enak yang aku rasakan tadi?  Tallinn21 : entahlah. Dia tidak memberitahu apapun padaku. Tanya sendiri padanya  Aku menunggu balasan K' Tana dengan d**a berdebar. Fokusku sampai terbagi.  Tanakatan : tak enak bertanya langsung  Hah? Sejak kapan dia tak enak bertanya langsung? Bukankah bertanya langsung jika penasaran adalah sesuatu yang wajar di antara kami selama ini. Kenapa kali ini ada pengecualian?  Ting. Carbo g**g.  Naynaracl : seorang senior FK menyatakan perasaan padaku. Kalian kenal Diero kan?  Diero? Kalau aku tidak salah ingat dia yang wajahnya terpajang di spanduk kampus.  Naynaracl : hmm apa itu bahkan menyatakan perasaan? Aku sendiri tidak yakin hihi. Dia hanya mengirimkan bunga ini padaku tanpa mengatakan apapun. Tapi bunganya indah kan?  Jika tidak menyatakan perasaan lalu kenapa dia mengirimkanmu bunga? Sudah pasti dia menyukaimu. Astaga si Nayna ini. Memang susah menjadi orang cantik.  Tallinn21 : mengirim atas dasar apa? Dia sepertinya memang menyukaimu  Jahatkah jika aku berkata begitu? Sejujurnya aku merasa bahagia jika ada yang menyatakan perasaan pada Nayna. Aku lebih bahagia jika Nayna punya pacar. Hmm, maaf, tapi memang begitulah isi kepalaku. Jika Nayna punya pacar maka tak ada harapan untuk K' Tana. Ah, aku berkata seolah K' Tana memang menyukai Nayna.  Tanakatan is calling..  Astaga, kenapa dia menelfonku? Aku tersentak kaget dan hampir mengacaukan rapat kami. Untung saja aku bisa dengan cepat mengendalikan diri lalu pamit sebentar untuk menjawab telfon itu. Ingatkan aku untuk tidak menjadi bodoh karena laki-laki satu ini.  "Halo kenapa kau menelfon? Aku sedang rap—"  "Aku tau. Aku sedang menuju fakultas Nayna untuk menjemputnya."  "Lalu?" Apa hubungannya denganku?  "Aku mau mengajaknya menonton."  Aku memutar bola mata. LALU KENAPA KAU MEMBERITAHUKU BODOH? APA URUSANNYA DENGANKU?  "Pergilah. Kenapa memberitahuku?" Aku tak yakin bagaimana intonasi suaraku saat ini.  "Nanti kau marah lagi karena aku tidak memberitahumu."  "Kau mengada-ngada. Kau bisa mengirim pesan kenapa harus menelfon. Sudah dulu, aku mau rapat." Aku memutuskan sambungan sepihak. s****n si Tanaka ini. Aku benci sekali padanya.  Pergi saja kau ke neraka.  ___
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD