"Astaga Tarin, ada apa?" Diero muncul di ambang pintu. Aku tebak dia berlari dari depan tadi. Aku memandangi pecahan mug di lantai. Diero ikut memandang ke arah lantai. "Tidak usah dipegang. Apa kau terluka?" Diero mendekat. Ia langsung mencegahku yang hendak memunguti pecahan kaca di lantai. Ia memeriksa tanganku. "Aku baik-baik saja." "Yakin tidak ada yang terluka?" Pandangan kami bertemu. Aku melihat dengan jelas sorot khawatir di matanya. Diero memang konsisten dengan apa yang dia katakan. Dia tak menyembunyikan apapun dariku. Diero bilang dia selalu jujur pada hatinya. Aku kembali menggeleng. "Sudah duduk saja. Biar aku yang bereskan." Aku bangkit dan membiarkan Diero membersihkan pecahan kaca. Aku melanjutkan pekerjaanku membuatkan minuman untuknya. Sesekali aku menoleh