Seorang wanita berpakaian seksi, dengan riasan wajah yang sedikit tebal, berjalan melenggak lenggok memasuki lobi gedung. Dapat dilihat, jika semua yang dipakai wanita itu mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut adalah barang-barang branded dari merek terkenal dan mahal.
Semua karyawan yang ada dilantai itu segera memberi hormat, begitu wanita itu melewati mereka dengan mengangkat dagu.
"Selly, apa suamiku ada diruangannya?" Tanya wanita tersebut kepada Selly, selaku resepsionis dikantor Arfa.
"Bu Laura, tadi saya melihat Pak Arfa keluar dengan tergesa-gesa, dan beliau tidak berkata apapun," jawab Selly dengan hormat.
"Oh ya?"
"Iya Bu. Kecuali wanita gembel itu," sahut Selly setengah berbisik.
"Wanita gembel? Siapa wanita gembel yang kau maksud?" Tanya Laura dengan wajah penasaran.
"Dia seorang wanita yang tidak tau diri Bu. Datang kesini hanya untuk membuat keributan. Dia memaksa mau meminta pekerjaan diperusahaan ini. Waktu mau saya usir eh, malah dibela sama Pak Alex. Dan saya justru dimarah-marah sama pak Alex. Asal Ibu Laura tau, pak Alex lalu membawa wanita itu kelantai atas, enggak tau apa yang mereka lakukan diatas, sampai sekarang saya belum melihat wanita itu keluar. Saya curiga Bu, jangan-jangan wanita itu sudah merayu pak Alex dan sekarang sedang bermain-main di atas."
"Kurang ajar! Berani sekali Alex memarahi orang kepercayaanku. Dan berani sekali dia membawa wanita gembel masuk keperusahaan ini," sahut Laura dengan wajah geram.
"Wanita itu kelihatannya saja lugu Bu, pakaiannya tertutup, memakai jilbab. Tapi kelakuannya, kayak wanita yang sering mangkal dipinggir jalan itu Bu," ucap Selly, semakin membuat panas suasana.
"Kamu tenang saja. Aku akan mengusir wanita itu dari perusahaan ini. Dan aku akan memarahi Alex karena telah berani-beraninya memarahi kamu," sahut Laura dengan kedua tangan mengepal.
Wanita itu segera melangkah menuju kearah lift kusus. Sedangkan Selly langsung tersenyum puas karena merasa diatas angin dengan kadatangan Laura yang akan membelanya.
Sementara itu lift yang dinaiki Laura membawa wanita seksi itu kelantai dimana ruangan kerja Arfa berada. Setelah sampai, wanita itu segera keluar dari lift, lalu berjalan menuju kearah ruangan kerja Arfa.
Dua orang pengawal Arfa yang berjaga dipintu, langsung menghadang Laura, begitu wanita itu akan menerobos masuk kedalam ruang kerja tuannya.
"Maaf Bu Laura, pak Arfa memerintahkan kepada kami untuk mencegah siapa saja yang mau masuk keruangannya," ucap salah satu pengawal.
"Dan itu tidak berlaku bagiku. Aku ini istrinya. Aku bebas keluar masuk ruang kerja suamiku sendiri."
"Tapi Bu, pak — "
"Sudah, sudah, minggir kalian. Kalau sampai suamiku tau istrinya di usir oleh anak buahnya sendiri, mau kalian menanggung resikonya?"
Kedua pengawal itu langsung saling pandang, kemudian hanya bisa pasrah ketika Laura menerobos masuk kedalam ruangan.
"Tumben-tumbennya pintu pake dijaga, kayak lagi ngumpetin sesuatu aja mas Arfa," gumam Laura.
Wanita itu kemudian menjatuhkan bobot tubuhnya disofa. Laura lalu mengeluarkan gawai dari dalam tas branded miliknya. Ketika ia mengeluarkan benda pipih itu, sebuah lipstik miliknya ikut tertarik keluar lalu terjatuh kelantai.
Dengan malas Laura kemudian membungkukkan tubuhnya hendak meraih lipstik tersebut, namun kedua mata wanita itu langsung terbelalak lebar, begitu tidak sengaja melihat flatshoes berwarna peach tergeletak tepat didepan matanya.
"Sepatu siapa ini? Bukankah ini sepatu wanita?" Gumam Laura dengan penuh tanda tanya, sambil memperhatikan sepatu tersebut.
Wanita itu kemudian bangkit dari duduknya lalu melangkah dengan pelan memeriksa setiap sudut ruang kerja Arfa. Semua aman. Sampai kedua matanya menatap pintu kamar pribadi Arfa yang sedikit terbuka.
Laura lantas menuju kekamar tersebut, dimana selama menjadi istri dari Arfa, ia belum pernah sama sekali masuk kedalam kamar tersebut, karena Arfa tidak pernah mengizinkannya untuk masuk.
Dengan tangan gemetar, Laura mendorong pintu kamar tersebut dengan pelan.
Kedua mata wanita seksi itu langsung terbelalak lebar dengan mulut yang ikut terbuka, begitu melihat seorang wanita muda nan cantik jelita sedang tertidur lelap diatas tempat tidur suaminya dengan memakai kemeja yang ia duga adalah milik Arfa.
Dada Laura seakan ditusuk oleh ribuan sembilu. Sakit hati, marah, dan cemburu menjadi satu. Ia tidak menyangka jika Arfa tega melakukan semua ini kepadanya.
Selama ini ia selalu berusaha menjadi istri yang baik dan patuh didepan Arfa. Bahkan ia rela menjadi wanita rumahan jika Arfa sedang tidak bekerja. Dan kini, Arfa memberinya dengan sebuah balasan yang begitu menyakitkan.
Kemarahan langsung menguasai d**a Laura. Dengan kasar wanita itu menjambak rambut Aleena, hingga membuat wanita itu langsung terbangun karena terkejut merasakan sakit yang luar biasa dikepalanya.
"Dasar pe*a*ur! Berani-beraninya kamu menggoda suamiku, hah!" Teriak Laura sambil menyeret tubuh Aleena keluar kamar, tanpa melepaskan jambakan rambutnya dikepala Aleena.
"Auwwh, sa-sakit Bu. Tolong lepaskan," ucap Aleena sambil berusaha melepaskan jambakan dirambutnya.
Kemarahan Laura semakin menjadi, ketika dilihatnya banyak bercak merah dileher Aleena.
Plak!
"Dasar wanita mu*a*an! Sudah sepantasnya aku menghajarmu karena berani-beraninya kau menggoda suamiku! P*la*ur!" Teriak Laura semakin menjadi.
Dengan sekuat tenaga Laura menghempaskan tubuh Aleena, hingga kening wanita itu membentur sisi meja kerja Arfa lalu tersungkur dilantai.
"Ma*p*s kau wanita rendahan!" Seru Laura sambil tertawa puas, melihat kening Aleena mengeluarkan darah.
"Saya bukan pe*l*cur. Saya bukan wanita rendahan. Kamulah wanita p*la*ur itu! Kamulah wanita rendahan itu, kamulah w************n itu!" Seru Aleena tertahan, sambil menahan sakit dikepalanya.
"Apa kau bilang?! Kau mau cari mati hah!" Teriak Laura.
Wanita yang sudah kesetanan itu kembali menjambak rambut Aleena, lalu kembali menyeretnya menuju kearah pintu keluar.
"Sakit, tolong lepaskan," pinta Aleena dengan air mata yang sudah mengalir diwajahnya.
Plak!
Laura kembali melayangkan tamparan diwajah Aleena.
"Sakit! Kau tau rasanya sakit bukan? Lalu mengapa kau menggoda suami orang, hah!" Ucap Laura dengan suara tinggi.
"A-aku tidak menggoda mas Arfa, mas Arfa yang menginginkan aku. Aauwh, sa-sakit Bu," cicit Aleena.
Plak!
Laura kembali melayangkan sebuah tamparan di wajah Aleena, hingga membuat sudut bibir wanita itu berdarah.
"Pe*ac*r sialaann!!
"Hentikan!!"
Terdengar suara teriakan Arfa yang menggelar diseluruh penjuru ruangan.
"Jangan pernah kau menyakitinya!! Teriak Arfa dengan penuh kemarahan, begitu melihat kondisi Aleena yang begitu mengenaskan.
Pria itu dengan cepat melepaskan jambakan tangan Laura dirambut Aleena. Lalu dengan kasar menghempaskan tubuh Laura kelantai hingga kepala wanita itu membentur meja sofa.
"Mas, aku ini istrimu!" Teriak Laura, sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing, karena kepalanya membentur sisi meja dengan kuat hingga mengeluarkan darah. Tapi nyatanya Arfa tidak perduli. Pria itu justru menghampiri Aleena yang terlihat begitu syok dan kesakitan dilantai.
"Aleena, sayang. Maafkan aku. Maafkan aku," ucap Arfa sambil merengkuh tubuh Aleena kedalam pelukannya.
"Mas Arfa, hiks, aku takut Mas. Sakit, hiks," cicit Aleena sambil terisak didalam pelukan Arfa.
"Sstt, tenanglah sayang, Mas ada disini sekarang," bisik Arfa sambil membelai kepala Aleena dengan lembut.
"Mas Arfaaaa!! Teriak Luara yang sudah mengeluarkan air mata sejak tadi.