25. Menyatakan Perang

1404 Words
Rasanya sudah dua kali Bastian memarahi Chelsea sebab melanggar aturan yang telah ditetapkan di lantai tiga puluh. Salah satunya adalah Bastian tidak ingin melihat gadis itu ketika dia datang, baik di ruangannya ataupun seluruh sudut tempat di lantai tersebut. Akan tetapi entah terbuat dari apa kekeras kepalaan gadis itu hingga sekarang dia mendapati gadis itu lagi berdiri tepat di depan pintu ruang kerjanya. Dengan kedua tangan dilipat di depan d**a, Chelsea mengembangkan senyum lebar yang membuat Bastian sedikit terganggu. “Bukankah sudah kukatakan berkali-kali padamu untuk enyah—“ Kalimat Bastian terpaksa berhenti sebab Chelsea sudah mengangkat tangannya, tanda bahwa dia sedang tidak ingin mendengar omelan Bastian. Tentu saja hal itu membuat Bastian merasa tambah kesal sehingga dia kembali membuka mulut. “Kamu pikir, apa yang sedang kamu lakukan di sini?” desis Bastian dengan rahang mengetat. “Kamu ingin saya pecat?” “Tentu saja tidak!” jawab Chelsea singkat padat dan jelas. Sebuah senyum pun muncul di bibir tipisnya. “Justru saya di sini memang sengaja menunggu Pak Bastian. Dan kebetulan juga dia,” tunjuk Chelsea pada Alex yang membuat sebelah alis Alex langsung terangkat naik heran. Pasalnya Alex sama sekali tidak mengenal Chelsea . “Maksudmu? Apa kita pernah kenal sebelumnya?” Alex bertanya yang langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh Chelsea. Gadis itu melangkah lebih dekat ke arah Alex, semakin dekat dan dekat hingga membuat pria tersebut mundur selangkah demi selangkah sampai punggungnya menabrak tembok. Bukan karena takut, namun karena waspada pada apa yang akan Chelsea lakukan padanya. “Kamu!” tunjuk Chelsea tepat di depan wajahnya. “Mulai di hari ini, jam ini, menit ini dan detik ini saya menyatakan perang terhadap kamu!” Alex terperangah sesaat, bingung dalam mencerna kalimat pernyataan Chelsea. Perang katanya? Perang apaan? Batin Alex. Kebingungan Alex pun ditangkap baik oleh Chelsea yang membuat dia berada di atas awan. Baiklah, mungkin Alex belum tahu fakta yang baru saja Chelsea ketahui beberapa jam lalu. Baru saja Chelsea hendak membuka mulut untuk mengatakan seseuatu lagi namun tiba-tiba Indra keluar dari ruang kerjanya. Dia terkejut mendapati tiga orang yang dia kenal berdiri di lorong dengan ekspresi yang berbeda-beda. Bastian terlihat kesal, Chelsea dengan senyum miring di bibir sementara Alex tersudut di tembok kebingungan. Indra pun langsung bergerak cepat. Dia berjalan menuju Chelsea dan menarik lengannya, membuat gadis itu menoleh. “Chelsea. Kamu gila? Ingat peraturan di lantai ini!” desis Indra setengah berbisik. Dia melemparkan senyum sungkan pada Bastian maupun Alex. Bagaimana pun Indra merasa Chelsea merupakan salah satu tanggung jawabnya. “Ayo!” Sekali lagi Indra menarik Chelsea pergi akan tetapi tubuh gadis itu tidak mau bergeming sama sekali. Malah dia menarik lengannya balik. “Chelsea!” “Ish, bentar Pak Indra. Saya belum selesai bicara sama dia!” “Bicara apa? Kamu bisa membicarakannya melalui saya saja. Nanti saya yang akan menyampaikan pesan kamu sama dia.” “Nggak mau!” tolak Chelsea. “Harus saya sendiri! Ish, Pak Indra dibilang saya belum mau pergi.” Lalu terjadilah adegan tarik menarik di sana. Chelsea ngotot tidak mau pergi sementara Indra ngotot agar Chelsea segera pergi dari sana. Entah kekuatan dari mana namun saat itu kekuatan Chelsea lah yang menang. Gadis itu menghembuskan napas melalui mulut dengan senang saat berhasil menarik lengannya lepas dari Indra. “Kamu!” Chelsea cepat-cepat melanjutkan urusannya dengan Alex tadi. Dia tidak ingin mengambil risiko lama-lama sampai membuat Indra sekali lagi menyeretnya pergi dari sana. Alex sendiri kembaali menatap Chelsea dengan bingung. “Asal kamu tahu kalau Pak Bastian itu bi sek su al. Tau kan arti dari kata biseksual? Biseksual itu memiliki rasa tertarik tidak hanya pada laki-laki namun pada perempuan juga.” “Apa?” “Ya, mungkin kamu belum tahu dan mungkin juga kamu nggak akan pernah tahu kalau ternyata kekasih kamu itu biseksual. Saya paham. Saya juga baru tahu beberapa jam yang lalu. Makanya saya dengan baik hati memberi tahukan ini sama kamu karena saya yakin Pak Bastian akan terus merahasiakan hal ini seumur hidup dari kamu.” Alex melirik Bastian yang wajahnya terlihat sangat shock terhadap pernyataan terang-terangan dari Chelsea. Saking shocknya sampai-sampai dia tidak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. “Da-dari mana kamu tahu kalau dia biseksual?” tanya Alex kemudian. “Pertanyaan yang bagus!” jawab Chelsea. “Apa kamu pernah sekaliiii saja mengecek laptop kerja milik Pak Bastian?” Dengan polos Alex menggelengkan kepala. “Tidak.” “Itu dia! Selama ini dia menyembunyikan rasa tertariknya pada seorang wanita di dalam laptop kerjanya!” jelas Chelsea. “Nggak percaya? Coba saja langsung cek laptopnya. Sekarang ada di ruangan Pak Indra.” Semua mata kini tertuju pada Indra, membuat tubuh laki-laki itu kaku. Jadi firasatnya tadi memang benar? Bahwa akan terjadi sesuatu hal saat Chelsea menanyakan banyak hal tentang siapa sebenarnya pemilik laptop tadi? Indra meneguk saliva kasar, terutama ketika dia menangkap lirikan tajam dari Bastian. Mati aku! Chelsea pun berbalik, menghampiri Bastian. Dia berdiri tepat di depan pria itu untuk kemudian menyunggingkan senyum termanis yang dia punya. “Tenang saja, Pak. Dengan begini kamu nggak perlu menutupi apapun lagi pada Pak Alex. Bukankah sebuah hubungan akan lebih baik jika kedua belah pihak saling terbuka dan jujur satu sama lain?” Chelsea menarik napa, kemudian dengan berani meraih tangan Bastian. “Dan Pak Bastian perlu tahu satu hal kalau saya akan selalu ada buat kamu. Saya. Suka. Sama kamu,” ungkap Chelsea blak-blakan. Baik Alex maupun Indra membuka mulut, terperangah, terlalu terkejut. “Apakah baru saja kamu menembak dia?” tanya Alex tidak percaya. “Ya!” jawab Chelsea tegas, kemudia dia berbalik menatap Alex. “Saya. Suka sama pacar kamu.” Bukan hanya Alex yang tersedak saat itu juga, akan tetapi Bastian dan Indra juga. Bastian langsung menarik tangannya dari Chelsea dan menunjuknya. “Kamu gila?” “Rasanya memang butuh kegilaan sedikit agar bisa dapatin kamu.” “Psiko.” “Saya bukan psiko, Pak Bastian. Sungguh. Saya Cuma suka kamu dan ingin kamu kembali ke jalan yang benar.” Bastian mendengus kecil, lantas melipat kedua tangannya di depan d**a. “Jalan yang benar? Maksud kamu menjadi gay adalah jalan yang salah?” “Hmmm hmmm,” Chelsea menggeleng. “Bukan itu maksud saya. Asal kamu tahu kalau saya orangnya open minded. Tidak masalah orang menjadi gay, tidak masalah dia biseksual. Itu semua pilihan hidup.” “Kalau begitu apa maksud kamu ke jalan yang benar?” “Meskipun saya open minded, tapi saya maunya kamu kembali normal!” jujur Chelsea. “Kamu tahu, b******a dengan sesama jenis itu tidak seru.” Bastian tertawa kaku, memang tidak diniatkan untuk tetawa melainkan menghina argumen Chelsea. “Jangan menyimpulkan hal yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya.” “Sekarang Chelsea tanya sama Pak Bastian. Memang Bapak pernah b******a dengan lawan jenis?” “Bukan urusan kamu!” ketus Bastian. “Oh, jadi belum pernah?” Chelsea menarik kesimpulan. “Tenang aja, Pak. Mungkin karena sudut gay di diri Pak Bastian lebih mendominasi saat ini makanya Pak Bastian belum sangat tertarik untuk mencoba merasakannya. Tapi saya berjanji bahwa saya akan membuat Pak Bastian ingin melakukannya dengan lawan jenis. Terutama ke saya.” “Maaf, saya sama sekali tidak tertarik dengan perempuan yang jual diri.” “Say tidak menjual diri tapi menawarkan diri.” “Sama saja. “Beda.” “Sama.” “Beda. Karena kalau saya jual diri saya akan meminta bayaran. Tapi menawarkan diri tidak meminta apapun.” “Terdengar lebih buruk dari pada jual diri.” “Lebih baik dari pada jual diri yang bisa dinikmati oleh siapa saja. Menawarkan diri hanya dilakukan pada orang yang dia suka.” Baik Bastian maupun Chelsea sama-sama tidak mau mengalah. Kedua iris mata mereka saling mengunci satu sama lain menyuarakan pikirannya yang bertentangan. Di sisi lain, Alex yang sudah gerah langsung berdehem kecil. Menyentak keduanya untuk kembali ke realita bahwa di sana bukan hanya ada mereka berdua, melainkan masih ada Alex dan bahkan juga Indra. Chelsea yang merasa sudah cukup kembali menatap Alex. Pandangannya melihat berani ke arah pria itu. “Pokoknya mulai hari ini, kamu dan saya adalah rival. Kita bakal lihat di akhir kisah ini siapa yang akan menang. Kamu atau saya?” Chelsea maju, menepuk bahu Alex. “Tapi siap-siap aja kalah. Dan sampai saat itu nanti, kamu tidak boleh bersikap pengecut saat Pak Bastian jatuh cinta sama saya. Siapkan hati kamu.” Setelah mengatakan hal keren tersebut, barulah Chelsea berbalik. Meninggalkan lantai tiga puluh dengan langkah penuh percaya diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD