38. Kembali ke Mansion

1016 Words
Langkah Raziel terhenti sejenak, ia menoleh ke belakang dan menyahut, “Tuan Morgwen, anda sudah membuat wanita saya ketakutan. Kali ini saya akan melepaskan anda, tapi jika kedepannya saya melihat anda masih mengganggunya, saya pastikan anda akan menyesalinya!” Ancaman Raziel layangkan pada Steven dengan tatapan tajam dan tegas, setelah itu ia kembali berbalik dan membawa Gladys menuju mobilnya yang juga terparkir tidak jauh dari sana.  Selama langkahnya menuju mobil, Gladys diam dalam gendongan Razirel. Wanita itu mengalungkan kedua tangannya di leher Raziel dengan wajahnya yang dibiarkan bersembunyi di d**a bidangnya. Isakan sudah tidak terdengar lagi, dan samar-samar Raziel mendengar hembusan napas halus dari wanita digendongannya. Lagi, Raziel menghentikan langkahnya sejenak saat menyadari hembusan napas lembut yang menyapa dirinya. Ia menundukkan wajahnya dan melihat ternyata wanita di gendongannya sudah memejamkan mata. Senyum lembut dan menenangkan itu akhirnya terbit setelah sekian lama tidak terlihat darinya. “Dasar! Akhirnya kamu tertidur juga.” Gumam Raziel.  Saat sampai di samping mobil, Raziel membukakan pintu samping bagian depan dan membaringkan Gladys secara perlahan disana. Ia juga sedikit menurunkan posisi jok agar membuat Gladys nyaman dalam tidurnya.  Sebelum menutup pintunya, Raziel memandang lekat-lekat wanita di depannya. Pandangannya tidak sekalipun beralih dari wajah teduh Gladys yang menurutnya indah untuk di pandang. Tangan Raziel terulur menyentuh wajah Gladys dan menyampirkan anak rambut yang menutupi wajah manisnya. “Tidurlah yang nyaman, aku tahu kamu telah menjalani keadaan yang berat hari ini. Kamu sudah berusaha keras, Dys. Sisanya, biar aku yang menyelesaikan.” ucap Raziel. Ia mengusap-usap dengan lembut pipi tembam wanitanya. Sebuah kecupan hangat mendarat di kening Gladys sebelum Raziel benar-benar menutup pintu mobil itu. Ia beralih posisi ke pintu sisi lain dan masuk ke dalam lantas duduk di jok kemudi.  Sejenak Raziel melihat jam di pergelangan tangannya. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.15 waktu setempat, Raziel mempercepat laju kendaraannya menuju mansion.  Mansion Night de Razor Ketika mobil berhenti di depan pintu gerbang, secara otomatis pintu itu terbuka. Mereka tiba di Mansion sudah dalam keadaan gelap. Raziel membawa mobilnya menuju ke depan pintu utama Mansion.  Bersyukurlah karena Gladys tidak bangun dari tidurnya meski Raziel mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Yah, sebenarnya sih karena Raziel sangat menghindari goncangan yang berlebihan. Dia bahkan menggunakan sedikit kekuatannya untuk menekan goncangan itu. Tidak heran, tidur di mobil pun serasa tidur di kasur empuk.  Raziel mematikan mesin mobilnya. Ia keluar dari dalam tanpa mengambil kunci mobilnya dan beralih ke pintu sisi penumpang.  Begitu pintu di buka, lagi-lagi Raziel kembali menyunggingkan senyum lembutnya melihat betapa nyamannya Gladys saat tertidur. Ia pun mengangkat Gladys perlahan dan membawanya dalam gendongan ala bridal keluar dari dalam mobil menuju pintu utama Mansion.  Suara derup mesin mobil itu membuat Bibi Margareth datang dan membukakan pintu. "Selamat datang kembali, Tuan." Sambut Bibi Margaret sopan.  Raziel menoleh ke arah Bibi Margareth. "Hm. Bi, tolong perintahkan seseorang untuk memarkirkan mobilnya ke garasi. Siapkan air hangat untukku dan makan malam, agar saat Gladys bangun nanti, dia bisa memakannya." "Baik Tuan. Sesuai perintah anda." Bibi Margareth mengangguk lantas pergi keluar lebih dulu meminta pria yang biasa berjaga di depan untuk memindah mobil Tuannya ke garasi.  Raziel sendiri meneruskan langkahnya menaiki anak tangga di lantai 2 menuju kamar yang biasa Gladys tempati. Begitu sampai di depan kamar, dia sedikit menyangga tubuh Gladys dengan kakinya untuk membuka pintu kamar Gladys yang tertutup rapat, dan hal itu sepertinya mengusik ketenangan Gladys.  "Mmmhhh…" Mengurangi halus keluar dari bibir Gladys. Dia bahkan mengusakkan kepalanya seolah tidak nyaman dengan posisinya.  Pintu terbuka, Raziel masuk ke dalam dan membaringkan Gladys di ranjang dengan amat sangat perlahan agar tidak membangunkannya.  Ia mendekatkan wajahnya. Kedua manik mata Raziel memandang lekat-lekat wajah indah di depannya. Cantik, cerewet, manis dan imut secara bersamaan. Sangat berbeda dengan Roshalia yang selalu berpenampilan anggun dan tenang, layaknya sungai yang mengalir.  Tangan Raziel kembali terulur. Ia mengusap surai rambut hitam Gladys, terasa lembut dan halus. Ia pun mengambil ujung rambut Gladys dan menciumnya. Terdapat wangi bunga lily yang menenangkan.  'Roshalia, apakah ini adalah keinginanmu, sampai kamu bereinkarnasi pun merubah kepribadianmu. Jika kamu memang telah nyaman dengan kehidupan saat ini, berikan aku petunjuk. Jika memang kamu menginginkan sosokmu sebagai Putri dari Bangsawan De Costa yang Agung. Maka aku tidak akan ragu untuk membangunkanmu dari tidur panjangmu.'  Ini adalah ungkapan hati Raziel. Dia mulai bimbang dengan sikap, dan keputusan yang ingin di ambilnya. Pertemuannya dengan Gladys yang memiliki karakter menarik, bahkan mampu membuatnya mengambil tindakan adalah hal baru bagi Raziel.  Selama hidupnya setelah kepergian Roshalia, dia menjalani semuanya dengan monoton dan tersusun rapi. Seolah robot tanpa hati yang diciptakan untuk menjalani kehidupan yang tiada habisnya. Namun, begitu mengenal Gladys, Raziel seperti kembali menemukan hidupnya. Hidup yang dulu monoton sekarang berubah menjadi tak terkendali dan memunculkan ekspresi dan perasaan baru baginya.  Tidak ingin kebimbangan dan ketidakstabilan emosi semakin menggerogoti hatinya. Raziel memilih pergi dari sana. "Selamat malam. Tidurlah dengan nyenyak dan lupakan semua kejadian hari ini yang membuat hatimu sakit dan lelah." Ucapnya lalu mengecup kening itu singkat serta menarik selimut untuk menutupi tubuh Gladys hingga d**a. Raziel lalu bergegas meninggalkan kamar itu sebelum ia benar-benar lepas kendali.  Dalam diam, sebenarnya Gladys sudah terbangun. Mau bagaimana lagi, mana ada orang tidak bangun saat tubuhnya diangkat dari mobil menuju kamar tanpa terganggu. Terlebih Raziel sempat memberikan tatapan yang cukup lama dan sentuhan padanya dengan kata-kata yang membuat dadanya berdegup kencang.  Ia pun membuka mata, kedua tangannya menyentuh dadanya yang berdedar. 'Apa-apaan itu tadi? Tumben-tumbenan Raziel bersikap tidak biasa padaku. Dan tatapan serta kata-katanya itu… apakah aku bisa menyebutnya, dia baru saja bersikap lembut dan penuh perasaan padaku?'  Hati Gladys kacau. Padahal sebelumnya dia baru saja menangis dan gemetar ketakutan dengan sikap Steven yang seolah ingin memangsa nya. Tapi coba lihat sekarang, dia justru berdebar hanya dengan sikap tidak biasa Raziel.  'Gladys… apa kau benar-benar wanita yang mudah jatuh hati? Mengapa kau se plin-plan itu dalam menentukan perasaanmu?' Pandangan Gladys dialihkan ke arah jam yang berada di nakas. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.40 malam dan Gladys merasa sangat lengket karena memang belum mandi. Ia pun menyingkap selimutnya dan beranjak dari posisinya menuju walk in closet untuk memilih salah satu pakaian yang beberapa hari lalu disiapkan Raziel hingga satu lemari penuh. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD